Pengertian Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan

2 Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b. Menjelaskan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN; c. Menjelaskan lembaga-lembaga pemerintah; d. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan. 3 BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA

A. Pengertian

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintahan sebagai fungsi yang ada pada Presiden. Pada dasarnya Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti sempit, istilah Penyelenggaraan Negara tidak mencakup Lembaga- lembaga Negara yang tercantum dalam UUD 1945. Sedangkan dalam arti luas, istilah penyelenggaraan negara mengacu pada tataran supra struktur politik lembaga negara dan lembaga pemerintah, maupun pada tataran infrastruktur politik organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara sebenarnya adalah mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif, yang dipimpin oleh Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 4 Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.

B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan

Negara Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara atau pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Selain itu, dalam menjalankan fungsinya Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara, dimana setiap Menteri Negara membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri- Menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Sebagai Kepala Lembaga Eksekutif atau Kepala Pemerintahan, Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dan menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang- undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden: 1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut; 2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR; 3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 5 dengan beban keuangan negara, danatau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-undang harus dengan persetujuan DPR; 4. Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-Undang; 5. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, memperhatikan pertimbangan DPR; 6. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR; 7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung MA; 8. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR; 9. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Undang-undang; 10. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dengan Undang-undang; 11. Membahas rancangan undang-undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR; 12. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi Undang-Undang; 13. Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang; 14. Mengajukan rancangan Undang-Undang APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD Dewan Perwakilan Daerah; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 6 15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD; 16. Menetapkan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi hakim agung; 17. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR; 18. Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.

C. Rangkuman