Pedoman Koordinasi Sarana atau Mekanisme Koordinasi

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 66 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah, koordinasi ini disebut dengan koordinasi instansional. Koordinasi ini dapat dibedakan atas koordinasi fungsional horizontal, koordinasi fungsional diagonal dan koordinasi fungsional teritorial. 1 Koordinasi fungsional horizontal, dilakukan oleh seorang pejabat atau suatu unitinstansi terhadap pejabat atau unitinstansi lain yang setingkat. Misalnya Sekretaris Jenderal mengkoordinasikan para Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal dan Kepala Badan dalam menyusun rencana di lingkungan departemennya. Dinas Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Dinas Kebersihan dan lain-lain yang mempunyai kaitan tugas dengan pelaksanaan program kesehatan; 2 Koordinasi fungsional diagonal, dilakukan oleh seorang pejabat atau instansi terhadap pejabat atau instansi lain yang lebih rendah tingkatannya tetapi bukan bawahannya. Misalnya Biro Keuangan pada Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan Bagian Keuangan dari Sekretariat Direktorat Jenderal dalam lingkungan departemen yang bersangkutan, Badan Kepegawaian Negara mengkoordinasikan Biro-biro Kepegawaian pada Departemen atau Instansi Pemerintah lainnya dalam bidang Kepegawaian; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 67 3 Koordinasi fungsional teritorial, dilakukan oleh seorang pejabat pimpinan atau instansi lainnya yang berada dalam suatu wilayah teritorial tertentu dimana dalam semua urusan yang ada dalam wilayah teritorial tersebut menjadi wewenang atau tanggung jawab pejabatpimpinan yang bersangkutan. Misalnya, koordinasi yang dilakukan oleh Administrator Pelabuhan, koordinasi oleh Pembina Lokasi Transmigrasi yang belum diserahkan kepada pemerintah daerah, koordinasi oleh Gubernur selaku kepala wilayah, wakil Pemerintah Pusat terhadap instansi-instansi vertikal yang ada diwilayahnya.

2. Pedoman Koordinasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipedomani dalam koordinasi antara lain: a. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat perumusan kebijakan; b. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan kerja mana yang secara fungsional berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah; c. Pejabat atau instansi yang secara fungsional berwenang dan bertanggung jawab menangani sesuatu masalah, berkewajiban memprakarsai penyelenggaraan koordinasi; d. Perlu kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas unitinstansi yang terkait; Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 68 e. Perlu dirumuskan program kerja organisasi secara jelas yang memperlihatkan keserasian kegiatan di antara satuan-satuan kerja; f. Perlu ditetapkan prosedur dan tata cara melaksanakan koordinasi; g. Perlu dikembangkan komunikasi dan konsultasi timbal- balik untuk menciptakan kesatuan bahasa dan kerjasama; h. Koordinasi akan lebih efektif apabila pejabat yang berkewajiban mengkoordinasikan mempunyai kemampuan kepemimpinan dan kredibilitas yang tinggi; i. Dalam pelaksanaan koordinasi perlu dipilih sarana koordinasi yang paling tepat.

3. Sarana atau Mekanisme Koordinasi

a. Kebijakan Kebijakan sebagai alat koordinasi memberikan arah tujuan yang harus dicapai oleh segenap organisasi atau instansi sebagai pedoman, pegangan atau bimbingan untuk mencapai kesepakatan sehingga tercapai keterpaduan, keselarasan dan keserasian dalam pencapaian tujuan. b. Rencana Rencana dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena di dalam rencana yang baik tertuang secara jelas, sasaran, cara melakukan, waktu pelaksanaan, orang yang melaksanakan dan alokasi. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 69 c. Prosedur dan Tata Kerja Prosedur dan tata kerja pada prinsipnya dapat digunakan sebagai alat untuk kegiatan yang sifatnya berulang-ulang. Prosedur dan tata kerja dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena di dalamnya memuat ketentuan siapa melakukan apa, kapan dilaksanakan dan dengan siapa harus berhubungan. Untuk itu prosedur perlu dituangkan dalam manual, petunjuk pelaksanaan juklak, petunjuk teknis juknis atau pedoman kerja agar mudah diikuti oleh semua pihak-pihak yang berkepentingan. d. Rapat Briefing Untuk menyatukan bahasa dan saling pengertian mengenai sesuatu masalah, rapat dapat digunakan sebagai sarana koordinasi. Rapat sebagai sarana koordinasi digunakan untuk memberikan pengarahan, memperjelas atau menegaskan kebijakan sesuatu masalah. e. Surat Keputusan Bersama SKBSurat Edaran Bersama SEB Untuk memperlancar penyelesaian sesuatu kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi, dapat diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat Edaran Bersama. Sarana koordinasi ini sangat efektif dalam mewujudkan kesepakatan dan kesatuan gerak dalam pelaksanaan tugas antara dua atau lebih instansi yang terkait. Namun demikian, SKBSEB perlu ditindaklanjuti dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 70 disusun oleh masing-masing instansi secara serasi dan saling menunjang. f. Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan Tugas Apabila sesuatu kegiatan yang dilakukan bersifat kompleks, mendesak, multisektor, multidisiplin, multifungsi sehingga asas fungsionalisasi secara teknis operasional sulit dilaksanakan, maka untuk lebih memantapkan koordinasi dapat dibentuk Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan Tugas yang bersifat sementara dengan anggota-anggota dari berbagai instansi terkait. g. Dewan atau Badan Dewan atau Badan sebagai sarana koordinasi, untuk menangani masalah yang sifatnya kompleks, sulit dan terus menerus, serta belum ada sesuatu instansi yang secara fungsional menangani atau tidak mungkin dilaksanakan oleh sesuatu instansi fungsional yang sudah ada. Misalnya, Dewan Ketahanan Pangan, Dewan Maritim Nasional, Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi BAKORNAS PBP. h. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap SAMSAT atau One Roof System dan Sistem Pelayanan Satu Pintu One Door Service: 1 SAMSAT dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 71 yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu atap. Misalnya dalam pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, pelayanan pembayaran pajak kendaran bermotor dan bea balik nama diberikan oleh Dinas Pendapatan Daerah, asuransi kecelakaan lalu lintas oleh Perum Asuransi Jasa Raharja, sedangkan pengurusan surat-surat kendaraan bermotor seperti BPKB dan plat nomor serta STNK diberikan kepolisian, yang semuanya dilakukan pada satu tempat. 2 Sistem pelayanan satu pintu diselenggarakan untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat oleh satu instansi yang mewakili berbagai instansi lain yang masing-masing mempunyai kewenangan tertentu atas sebagian urusan yang harus diselesaikan. Misalnya dalam proses penanaman modal yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal. Baik pelayanan satu atap maupun satu pintu dimaksudkan juga untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus kepentingannya yang melibatkan berbagai instansi. Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II 72

4. Pelaksanaan Koordinasi dalam Sistem Penyelenggaraan