vii
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
1
BAB I P E N D A H U L U A N
Deskripsi Singkat
Mata  Diklat  Sistem  Penyelenggaraan  Pemerintahan  Negara Kesatuan  Republik  Indonesia  membahas  pengertian  sistem
penyelenggaraan  pemerintahan  negara  RI,  penyelenggaraan negara  yang  bersih  dan  bebas  dari  KKN,  lembaga-lembaga
pemerintah  RI,  dan  proses  menajemen  pemerintahan  dengan mengacu  kepada  UUD  1945  dan  perubahannya  serta  peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku.
Manfaat Pembelajaran
Dengan  mempelajari  mata  Diklat  ini  peserta  Diklat  akan memperoleh
pengetahuan tentang
Pelaksanaan Sistem
Penyelenggaraan  Negara  Kesatuan  RI  yang  diharapkan  dapat mendukung pelaksanaan tugas peserta.
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah  mengikuti  pembelajaran  ini  peserta  diharapkan mampu  memahami  hal  ikhwal  tentang  penyelenggaraan
pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah  mengikuti  pembelajaran  ini  peserta  diharapkan mampu:
2
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
a. Menjelaskan  sistem  penyelenggaraan  pemerintahan
negara; b.
Menjelaskan  penyelenggaraan  negara  yang  bersih  dan bebas dari KKN;
c. Menjelaskan lembaga-lembaga pemerintah;
d. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan.
3
BAB  II SISTEM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA
A. Pengertian
Sistem  Penyelenggaraan  Pemerintahan  Negara  pada  hakikatnya merupakan  uraian  tentang  bagaimana  mekanisme  pemerintahan
negara  dijalankan  oleh  Presiden  sebagai  pemegang  kekuasaan Pemerintahan  Negara.  Sistem  Penyelenggaraan  Pemerintahan
Negara  ialah  sistem  bekerjanya  Pemerintahan  sebagai  fungsi yang ada pada Presiden.
Pada  dasarnya  Sistem  Penyelenggaraan  Pemerintahan  Negara tidak  membicarakan  Sistem  Penyelenggaraan  Negara  oleh
lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti sempit, istilah  Penyelenggaraan  Negara  tidak  mencakup  Lembaga-
lembaga  Negara  yang  tercantum  dalam  UUD  1945.  Sedangkan dalam  arti  luas,  istilah  penyelenggaraan  negara  mengacu  pada
tataran  supra  struktur  politik  lembaga  negara  dan  lembaga pemerintah,  maupun  pada  tataran  infrastruktur  politik
organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. Dengan
demikian, yang
dimaksud dengan
Sistem Penyelenggaraan  Pemerintahan  Negara  sebenarnya  adalah
mekanisme  bekerjanya  lembaga  eksekutif,  yang  dipimpin  oleh
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
4 Presiden  baik  selaku  Kepala  Pemerintahan  maupun  sebagai
Kepala Negara.
B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan
Negara
Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara atau pemegang  kekuasaan  Pemerintahan  Negara.  Dalam  melakukan
kewajibannya, Presiden dibantu oleh  satu orang  Wakil Presiden. Selain  itu,  dalam  menjalankan  fungsinya  Presiden  dibantu  oleh
Menteri-Menteri  Negara,  dimana  setiap  Menteri  Negara membidangi  urusan  tertentu  dalam  pemerintahan.  Menteri-
Menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Sebagai  Kepala  Lembaga  Eksekutif  atau  Kepala  Pemerintahan,
Presiden  berhak  mengajukan  rancangan  undang-undang  dan menetapkan  peraturan  pemerintah  untuk  melaksanakan  undang-
undang sebagaimana
mestinya. Presiden
tidak dapat
membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat DPR.
Dalam  penyelenggaraan  kekuasaan  pemerintahan  Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden:
1. Memegang  kekuasaan  tertinggi  atas  Angkatan  Darat,
Angkatan Udara, dan Angkatan Laut; 2.
Menyatakan  perang,  membuat  perdamaian  dan  perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR;
3. Dalam  membuat  perjanjian  lainnya  yang  menimbulkan
akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
5 dengan  beban  keuangan  negara,  danatau  mengharuskan
perubahan  atau  pembentukan  Undang-undang  harus  dengan persetujuan DPR;
4. Menyatakan  keadaan  bahaya.  Syarat-syarat  dan  akibat
keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-Undang; 5.
Mengangkat  duta  dan  konsul.  Dalam  mengangkat  duta, memperhatikan pertimbangan DPR;
6. Menerima
penempatan duta
negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan DPR;
7. Memberi  grasi  dan  rehabilitasi  dengan  memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung MA; 8.
Memberi  abolisi  dan  amnesti  dengan  memperhatikan pertimbangan DPR;
9. Memberi  gelar,  tanda  jasa  dan  lain-lain  tanda  kehormatan
yang diatur dengan Undang-undang; 10.
Membentuk  dewan  pertimbangan  yang  bertugas  memberi nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya
diatur dengan Undang-undang; 11.
Membahas  rancangan  undang-undang  untuk  mendapatkan persetujuan bersama DPR;
12. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama DPR untuk menjadi Undang-Undang; 13.
Dalam  hal  ikhwal  kegentingan  memaksa,  Presiden  berhak menetapkan  peraturan  pemerintah  sebagai  pengganti
Undang-Undang; 14.
Mengajukan  rancangan  Undang-Undang  APBN  untuk dibahas  bersama  DPR  dengan  memperhatikan  pertimbangan
DPD Dewan Perwakilan Daerah;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
6 15.
Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD;
16. Menetapkan  calon  hakim  agung  yang  diusulkan  Komisi
Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi hakim agung;
17. Mengangkat  dan  memberhentikan  anggota  Komisi  Yudisial
dengan persetujuan DPR; 18.
Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.
C. Rangkuman
Sistem Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara
tidak membicarakan  sistem  penyelenggaraan  negara  oleh  lembaga-
lembaga  negara  secara  keseluruhan  akan  tetapi  adalah membicarakan
mekanisme bekerjanya
lembaga-lembaga eksekutif  yang  dipimpin  oleh  Presiden  baik  selaku  Kepala
Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.
D. LatihanDiskusi
1. Apakah  yang  dimaksud  dengan  Sistem  Penyelenggaraan
Pemerintahan Negara? 2.
Apa  saja  tugas  Presiden  sebagai  Kepala  Pemerintahan  dan sebagai Kepala Negara?
3. Mengapa  Menteri-Menteri  tidak  bertanggung  jawab  kepada
DPR?
7
BAB  III PENYELENGGARAAN NEGARA YANG
BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME
A. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara
Penyelenggaraan  Negara  yang  bersih  dan  bebas  dari  korupsi, kolusi  dan  nepotisme  ditetapkan  dalam  Ketetapan  MPR  No.  XI
Tahun 1998. Sebagai  tindak  lanjut  dan  Ketetapan  MPR  tersebut,  kemudian
diterbitkan  Undang-undang  No.  28  Tahun  1999,  tentang Penyelenggaraan  Negara  Yang  Bersih  dan  Bebas  dari  Korupsi,
Kolusi  dan  Nepotisme.  Dalam  Undang-Undang  ini  dinyatakan bahwa  dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan  negara  yang
mampu  menjalankan  fungsi  dan  tugasnya  secara  sungguh- sungguh  dan  penuh  tanggung  jawab,  perlu  diletakkan  asas-asas
penyelenggaraan  negara.  Adapun  yang  dimaksud  dengan penyelenggara  negara  adalah  pejabat  negara  yang  menjalankan
fungsi  eksekutif,  legislatif  atau  yudikatif  dan  pejabat  lain  yang fungsi  dan  tugas  pokoknya  berkaitan  dengan  penyelenggaraan
negara  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggara  negara  tersebut  meliputi:  pejabat-pejabat  negara pada  lembaga-lembaga  negara,  Menteri,  Gubernur,  Hakim,
pejabat  negara  lain  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
8 perundang-undangan  yang  berlaku;  pejabat  lain  yang  memiliki
fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan  yang
berlaku. Asas-asas
umum penyelenggaraan
negara sebagaimana
disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah: asas kepastian hukum,  asas  tertib  penyelenggaraan  negara,  asas  kepentingan
umum, asas
keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas
profesionalitas dan asas akuntabilitas. 1.
Asas  Kepastian  Hukum,  yaitu  asas  dalam  negara  hukum yang
mengutamakan landasan
peraturan perundang-
undangan,  kepatuhan,  dan  keadilan  dalam  setiap  kebijakan penyelenggaraan negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan negara.
3. Asas  Kepentingan  Umum,  yaitu  asas  yang  mendahulukan
kesejahteraan  umum  dengan  cara  yang  aspiratif,  akomodatif dan kolektif.
4. Asas  Keterbukaan,  yaitu  asas  yang  membuka  diri  terhadap
hak  masyarakat  untuk  memperoleh  informasi  yang  benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara
dengan  tetap  memperhatikan  perlindungan  atas  hak  asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas  Proporsionalitas,  yaitu  asas  yang  mengutamakan
keseimbangan  antara  hak  dan  kewajiban  Penyelenggara Negara.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
9 6.
Asas  Profesionalitas,  yaitu  asas  yang  mengutamakan keahlian  yang  berlandaskan  kode  etik  dan  ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7.
Asas  Akuntabilitas,  yaitu  asas  yang  menentukan  bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan
negara harus
dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat  atau  rakyat  sebagai  pemegang  kedaulatan
tertinggi  negara  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Dalam  rangka  meningkatkan  pelaksanaan  pemerintahan  yang berdayaguna,  berhasilguna,  bersih  dan  bertanggungjawab,  telah
diterbitkan  Instruksi  Presiden  No.  7  Tahun  1999  tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah AKIP.
Pelaksanaannya lebih
lanjut didasarkan
atas Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara Keputusan
Kepala  LAN  No.  589IX641999  dan  telah  diubah  dengan Keputusan Kepala LAN No. 239IX682003.
Akuntabilitas  Kinerja  Instansi  Pemerintah  adalah  perwujudan kewajiban
suatu instansi
pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan  keberhasilankegagalan  pelaksanaan misi  organisasi  dalam  mencapai  tujuan  dan  sasaran  yang  telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
10 1.
Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas
adalah kewajiban
untuk memberikan
pertanggungjawaban  atau  menjawab  dan  menerangkan kinerja dan tindakan seseorangbadan hukumpimpinan suatu
organisasi  kepada  pihak  yang  memiliki  hak  atau berkewenangan
untuk meminta
keterangan atau
pertanggungjawaban.  Berdasarkan  pengertian  ini,  maka semua  instansi  pemerintah,  badan  dan  lembaga  negara  di
pusat  dan  daerah  sesuai  dengan  tugas  pokok  masing-masing harus  memahami  lingkup  akuntabilitasnya  masing-masing,
karena  akuntabilitas  yang  diminta  meliputi  keberhasilan  dan juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.
2. Prinsi-Prinsip Akuntabilitas
Dalam  pelaksanaan  akuntabilitas  di  lingkungan  instansi pemerintah,  perlu  memperhatikan  Prinsi-Prinsip  sebagai
berikut: a.
Harus  ada  komitmen  dari  pimpinan  dan  seluruh  staf instansi  untuk  melakukan  pengelolaan  pelaksanaan  misi
agar akuntabel; b.
Harus  merupakan  suatu  sistem  yang  dapat  menjamin penggunaan  sumber-sumber  daya  secara  konsisten
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c.
Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan;
d. Harus  berorientasi  pada  pencapaian  visi  dan  misi  serta
hasil dan manfaat yang diperoleh; e.
Harus  jujur,  obyektif,  transparan,  dan  inovatif  sebagai katalisator  perubahan  manajemen  instansi  pemerintah
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
11 dalam  bentuk  pemutakhiran  metode  dan  teknik
pengukuran kinerja
dan penyusunan
laporan akuntabilitas.
C. Rangkuman
Sejalan  dengan  paradigma  baru  dalam  administrasi  negara  dan untuk  memberantas  korupsi,  kolusi  dan  nepotisme  berdasarkan
TAP MPR NO. XIMPR1998 telah diterbitkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan  Bebas  dari  Korupsi,  Kolusi  dan  Nepotisme.  Dalam  undang- undang  ini  ditetapkan  asas-asas  umum  penyelenggaraan  negara;
yaitu  Asas  Kepastian  Hukum,  Asas  Tertib  Penyelenggaraan Negara,  Asas  Kepentingan  Umum,  Asas  Keterbukaan,  Asas
Proporsionalitas,  Asas  Profesionalitas,  dan  Asas  Akuntabilitas. Dengan
memperhatikan dan
melaksanakan asas-asas
penyelenggaraan  negara  ini  diharapkan  para  penyelenggara negara mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-
sungguh dan penuh tanggung jawab. Di  samping  itu  untuk  mengetahui  kinerja  aparatur  pemerintah
telah  diterbitkan  Instruksi  Presiden  No.  7  Tahun  1999  tentang Akuntabilitas  Kinerja  Instansi  Pemerintah.  Akuntabilitas  kinerja
adalah  perwujudan  kewajiban  suatu  instansi  pemerintah  untuk mempertanggungjawabkan  keberhasilankegagalan  pelaksanaan
misi  organisasi  dalam  mencapai  tujuan-tujuan  dan  sasaran- sasaran  yang  telah  ditetapkan  melalui  alat  pertanggungjawaban
secara periodik.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
12
D. LatihanDiskusi
1. Sebutkan  Asas-asas  Umum  Penyelenggaraan  Negara
berdasarkan UU  No. 28 Tahun 1999? 2.
Apa  pengertian  akuntabilitas  yang  resmi  dianut  pemerintah dan apa saja prinsip-prinsipnya?
3. Mengapa
para penyelenggara
negara perlu
mempertanggungjawabkan keberhasilankegagalan
pencapaian misi atau tujuan organisasinya?
13
BAB  IV LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH
Dalam  rangka  penyelenggaraan  pemerintahan  negara,  pemerintah membentuk  lembaga-lembaga  pemerintah  seperti  Departemen,
Lembaga  Pemerintah  Non  Departemen,  dan  Lembaga-lembaga lainnya. Pada dasarnya lembaga-lembaga pemerintah ini dapat dibagi
dua,  yaitu  lembaga-lembaga  pemerintah  tingkat  pusat  dan  lembaga- lembaga
pemerintah tingkat
daerah. Lembaga-lembaga
penyelenggara  pemerintahan  negara  tersebut  merupakan  aparatur pemerintah  atau  disebut  juga  sebagai  birokrasi  pemerintah.  Presiden
bersama-sama  lembaga-lembaga  pemerintah  menyelenggarakan tugas-tugas  umum  pemerintahan  dan  pembangunan  dalam  rangka
mewujudkan tujuan nasional. Tugas  umum  pemerintahan  adalah  tugas-tugas  atau  urusan-urusan
pemerintahan  yang  sejak  dahulu  dilaksanakan  oleh  pemerintah dimana  saja  dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan  dan  kepentingan
masyarakat,  seperti  pemeliharaan  keamanan  dan  ketertiban, penyelenggaraan  pendidikan,  pelayanan  kesehatan  dan  lain-lain.
Sedangkan  tugas  pembangunan  adalah  tugas-tugas  atau  urusan- urusan dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan.
Dengan  adanya  lembaga-lembaga  pemerintah  ini,  maka  urusan- urusan  pemerintahan akan terbagi habis ke dalam lembaga-lembaga
pemerintahan  yang  ada.  Akan  tetapi  tidak  harus  setiap  urusan pemerintahan diwadahi dalam satu lembaga pemerintahan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
14
A. Urusan
Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah
Urusan  pemerintahan  yang  sepenuhnya  menjadi  kewenangan pemerintah  adalah  urusan-urusan  yang  menyangkut  terjaminnya
kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. Berdasarkan  Undang-Undang  No.  32  Tahun  2004  tentang
Pemerintahan  Daerah  Pasal10,  terdapat  urusan  pemerintahan yang menjadi Urusan Pemerintah, yaitu :
1. Politik Luar Negeri, antara lain meliputi:
a. Mengangkat pejabat politik dan menunjuk warga  negara
untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional; b.
Menetapkan kebijakan  luar negeri; c.
Melaksanakan perjanjian dengan negara lain; d.
Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri.
2. Pertahanan, antara lain meliputi:
a. Mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata;
b. Menyatakan damai dan perang;
c. Menyatakan  negara  atau  sebagai  wilayah  negara  dalam
keadaan bahaya; d.
Membangun  dan  mengembangkan  sistem  pertahanan negara dan persenjataan;
e. Menetapkan  kebijakan  untuk  wajib  militer,  bela  negara
bagi setiap warga negara.
3. Keamanan, antara lain meliputi:
a. Mendirikan dan membentuk kepolisian negara;
b. Menetapkan kebijakan keamanan nasional;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
15 c.
Menindak setiap orang yang melanggar hukum negara; d.
Menindak  kelompok  atau  setiap  organisasi  yang kegiatannya melanggar keamanan negara.
4. Moneter dan Fiskal, antara lain:
a. Mencetak uang dan menentukan nilai mata uang;
b. Menetapkan kebijakan moneter;
c. Mengendalikan peredaran uang.
5. Yustisi, antara lain:
a. Mendirikan lembaga peradilan;
b. Mengangkat hakim dan jaksa;
c. Mendirikan lembaga pemasyarakatan;
d. Menetapkan  kebijakan  kehakiman  dan  keimigrasian,
memberi  grasi,  amnesti,  abolisi,  membentuk  Undang- Undang,  Peraturan  Pemerintah  Pengganti  Undang-
Undang,  Peraturan  Pemerintah,  dan  peraturan  lain  yang berskala nasional.
6. Agama, antara lain:
a. Menetapkan  hari  libur  keagamaan  yang  berlaku  secara
nasional; b.
Memberikan  pengakuan  terhadap  keberadaan  suatu agama;
c. Menetapkan
kebijakan dalam
penyelenggaraan kehidupan keagamaan.
Di  samping  itu  terdapat  bagian  urusan  pemerintah  yang bersifat  concurrent,  artinya  urusan  pemerintahan  yang
penanganannya  dalam  bagian  atau  bidang  tertentu  dapat dilaksanakan  bersama  antara  Pemerintah  dan  Pemerintah
Daerah.  Dengan  demikian  setiap  urusan  yang  bersifat
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
16
concurrent  senantiasa  ada  bagian  urusan  yang  menjadi
kewenangan Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan kepada  Provinsi,  dan  ada  bagian  urusan  yang  diserahkan
kepada Kabupaten Kota. Dengan kata lain bahwa Pemerintah dapat:
a. Menyelenggarakan
sendiri sebagian
urusan pemerintahan;
b. Melimpahkan  sebagian  urusan  pemerintahan  kepada
Gubernur selaku Wakil Pemerintah; atau c.
Menugaskan  sebagian  urusan  kepada  pemerintahan daerah  danatau  pemerintahan  dengan  berdasarkan  asas
tugas pembantuan. Untuk
mewujudkan pembagian
kewenangan yang
concurrent  secara  proporsional  antara  Pemerintah,  Daerah
Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota, maka disusun kriteria yang  meliputi:  eksternalitas,  akuntabilitas,  dan  efisiensi
dengan mempertimbangkan
keserasian hubungan
pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan. Kriteria  Eksternalitas  adalah  pendekatan  dalam  pembagian
urusan  pemerintahan  dengan  mempertimbangkan  dampak akibat  yang  ditimbulkan  dalam  penyelenggaraan  urusan
pemerintahan tersebut. Apabila  dampak  yang  ditimbulkan  bersifat  lokal,  maka
urusan pemerintahan
tersebut menjadi
kewenangan KabupatenKota,  apabila  regional  menjadi  kewenangan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
17 Provinsi,  dan  apabila  nasional  menjadi  kewenangan
Pemerintah. Kriteria  Akuntabilitas  adalah  pendekatan  dalam  pembagian
urusan  pemerintahan  dengan  pertimbangan  bahwa  tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah
tingkat  pemerintahan  yang  lebih  langsungdekat  dengan dampakakibat  dari  urusan  yang  ditangani  tersebut.  Dengan
demikian  akuntabilitas  penyelenggaraan  bagian  urusan pemerintahan  tersebut  kepada  masyarakat  akan  lebih
terjamin. Kriteria  Efisiensi  adalah  pendekatan  dalam  pembagian
urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber  daya  personil,  dana,  dan  peralatan  untuk
mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.
B. Urusan
Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Daerah
Berdasarkan  Undang-Undang  No.  32  Tahun  2004  tentang Pemerintahan  Daerah,  terdapat  urusan  pemerintahan  yang
menjadi  kewenangan  daerah,  yang  meliputi  urusan  wajib  dan urusan  pilihan.  Urusan  pemerintahan  wajib  adalah  urusan
pemerintahan  yang  berkaitan  dengan  pelayanan  dasar  seperti pendidikan  dasar,  kesehatan,  pemenuhan  kebutuhan  hidup
minimal,  prasarana  lingkungan  dasar.  Sedangkan  urusan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
18 pemerintahan  yang  bersifat  pilihan  terkait  erat  dengan  potensi
unggulan dan kekhasan daerah. Urusan  wajib  yang  menjadi  kewenangan  pemerintah  daerah
provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: 1.
Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2.
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3.
Penyelenggaraan  ketertiban  umum  dan  ketenteraman masyarakat;
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
5. Penanganan bidang kesehatan;
6. Penyelenggaraan  pendidikan  dan  alokasi  sumber  daya
manusia potensial; 7.
Penanggulangan masalah sosial lintas kabupatenkota; 8.
Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; 9.
Fasilitasi  pengembangan  koperasi,  usaha  kecil,  dan menengah termasuk lintas kabupatenkota;
10. Pengendalian lingkungan hidup;
11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten kota;
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
14. Pelayanan  administrasi  penanaman  modal  termasuk  lintas
kabupatenkota; 15.
Penyelenggaraan  pelayanan  dasar  lainnya  yang  belum  dapat dilaksanakan oleh kabupatenkota; dan
16. Urusan  wajib  lainnya  yang  diamanatkan  oleh  peraturan
perundang-undangan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
19 Urusan  pemerintahan  provinsi  yang  bersifat  pilihan  meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat  sesuai  dengan  kondisi,
kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Urusan  wajib  yang  menjadi  kewenangan  pemerintahan  daerah
KabupatenKota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota meliputi:
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
3. Penyelenggaraan
ketertiban umum
dan ketentraman
masyarakat; 4.
Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5.
Penanganan bidang kesehatan; 6.
Penyelenggaraan pendidikan; 7.
Penanggulangan masalah sosial; 8.
Pelayanan bidang ketenagakerjaan; 9.
Fasilitasi  pengembangan  koperasi,  usaha  kecil,  dan menengah;
10. Pengendalian lingkungan hidup;
11. Pelayanan pertanahan;
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
14. Pelayanan administrasi penanaman modal;
15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
16. Urusan  wajib  lainnya  yang  diamanatkan  oleh  peraturan
perundang-undangan.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
20 Urusan  pemerintahan  KabupatenKota  yang  bersifat  pilihan
meliputi  urusan  pemerintahan  yang  secara  nyata  ada  dan berpotensi  untuk  meningkatkan  kesejahteraan  masyarakat  sesuai
dengan  kondisi,  kekhasan  dan  potensi  unggulan  daerah  yang bersangkutan.
Gambar: Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi, KabupatenKota
Sumber : Undang-undang No. 32 Tahun 2004
C. Lembaga Pemerintah Pusat
Dalam  Undang-undang  No.  32  Tahun  2004  dikatakan  bahwa Pemerintah  Pusat  atau  Pemerintah  adalah  Presiden  RI  yang
memegang  kekuasaan  pemerintahan  negara  RI.  Dalam penyelenggaraan  pemerintahan,  lembaga-lembaga  pemerintah
tingkat  pusat  meliputi:  Kementerian  Negara,  Lembaga Pemerintah  Non  Departemen  LPND,  Kesekretariatan  yang
membantu  Presiden;  Kejaksaan  Agung;  Perwakilan  RI  di  Luar
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
21 Negeri; Tentara Nasional Indonesia TNI, Kepolisian Negara RI
Polri; BadanLembaga Ekstra Struktural.
1.
Kementerian Negara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,  Tugas,  Fungsi,  Susunan  Organisasi  dan  Tata
Kerja  Kementerian  Negara,  disebutkan  bahwa  Kementerian Negara  terdiri  dari  Kementerian  Koordinator,  Kementerian
Negara  yang  berbentuk  Departemen  dan  Kementerian Negara.
a. Kementerian Koordinator
Kedudukan
Kementerian  Koordinator  adalah  unsur  pelaksana Pemerintah  yang  dipimpin  oleh  Menteri  Koordinator
yang  berada  di  bawah  dan  bertanggung  jawab  kepada Presiden.
Tugas
Kementerian  Koordinator  mempunyai  tugas  membantu Presiden  dalam  mengkoordinasikan  perencanaan  dan
penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangnya.
Fungsi
Dalam melaksanakan
tugasnya, Kementerian
Koordinator menyelenggarakan fungsi: 1
Koordinasi  perencanaan  dan  penyusunan  kebijakan di bidangnya;
2 Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
22 3
Pengendalian penyelenggaraan
kebijakan, sebagaimana dimaksud pada huruf 1 dan 2;
4 Pengelolaan  barang  milikkekayaan  negara  yang
menjadi tanggung jawabnya; 5
Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 6
Pelaksanaan  tugas  tertentu  yang  diberikan  oleh Presiden;
7 Penyampaian  laporan  hasil  evaluasi,  saran,  dan
pertimbangan  di  bidang  tugas  dan  fungsinya  kepada Presiden.
Dalam  Kabinet  Indonesia  Bersatu  dibawah  pimpinan Presiden  Susilo  Bambang  Yudhoyono  ada  tiga
Kementerian Koordinator,
yaitu: Kementerian
Koordinator  Bidang  Politik,  Hukum,  dan  Keamanan; Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian;  dan
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 1
Kementerian  Koordinator  Bidang  Politik,  Hukum, dan  Keamanan  mengkoordinasikan:  Departemen
Dalam Negeri,
Departemen Luar
Negeri, Departemen  Pertahanan;  Departemen  Hukum  dan
HAM;  Kejaksanaan  Agung;  BIN;  TNI;  POLRI;  dan Instansi yang dianggap perlu.
2 Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian
mengkoordinasikan: Departemen
Keuangan; Departemen
Energi dan
SDM; Departemen
Perindustrian; Departemen
Perdagangan; Departemen  Pertanian;  Departemen  Kehutanan;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
23 Departemen Perhubungan; Departemen Kelautan dan
Perikanan; Departemen
Tenaga Kerja
dan Transmigrasi;
Departemen Pekerjaan
Umum; Departemen  Kominfo;  Kementerian  Negara  Ristek;
Kementerian Negara
Koperasi dan
UKM; Kementerian
Negara Pembangunan
Daerah Tertinggal; dan Instansi yang dianggap perlu.
3 Kementerian  Koordinator  Bidang  Kesejahteraan
Rakyat  mengkoordinasikan:  Departemen  Kesehatan; Departemen  Pendidikan  Nasional;  Departemen
Sosial; Departemen
Agama; Departemen
Kebudayaan  dan  Pariwisata;  Kementerian  Negara Lingkungan  Hidup;  Kementerian  Negara  PP;
Kementerian  Negara  PAN;  Kementerian  Negara Perumahan  Rakyat;  Kementerian  Negara  Pemuda
dan  Olah  Raga;  dan  Instansi  lain  yang  dianggap perlu.
Susunan Organisasi
Kementerian  Koordinator dibantu oleh: 1
Sekretariat  Kementerian Koordinator; 2
Deputi; 3
Staf Ahli; 4
Di  lingkungan  Kementerian  Koordinator  dapat diangkat  tiga  orang  Staf  Khusus  Menteri  Perpres
No.62 Tahun 2005.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
24
b. Departemen
Kedudukan
Departemen  adalah  unsur  pelaksana  Pemerintah  yang dipimpin  oleh  Menteri  yang  berada  dibawah  dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
Departemen  mempunyai  tugas  membantu  Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan.
Fungsi
Dalam pelaksanaan
tugasnya, Departemen
menyelenggarakan fungsi: 1
Perumusan kebijakan
nasional, kebijakan
pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidangnya; 2
Pelaksanaan  urusan  pemerintahan  sesuai  dengan bidang tugasnya;
3 Pengelolaan  barang  milikkekayaan  negara  yang
menjadi tanggung jawabnya; 4
Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5
Penyampaian  laporan  hasil  evaluasi,  saran,  dan pertimbangan  di  bidang  tugas  dan  fungsinya  kepada
Presiden. Dalam  Kabinet  Indonesia  Bersatu  2004-2009  ada  20
dua puluh Departemen, yaitu: 1
Departemen Dalam Negeri; 2
Departemen Luar Negeri; 3
Departemen Pertahanan; 4
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
25 5
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 6
Departemen Perindustrian; 7
Departemen Perdagangan; 8
Departemen Pertanian; 9
Departemen Kehutanan; 10
Departemen Perhubungan; 11
Departemen Kelautan dan Perikanan; 12
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 13
Departemen Pekerjaan Umum; 14
Departemen Kesehatan; 15
Departemen Pendidikan Nasional; 16
Departemen Sosial; 17
Departemen Agama; 18
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; 19
Departemen Komunikasi dan Informatika; 20
Departemen Keuangan.
Susunan Organisasi
Departemen terdiri dari: 1
Menteri; 2
Sekretariat Jenderal,
bertugas melaksanakan
pembinaan  dan  koordinasi  pelaksanan  tugas  dan administrasi Departemen;
3 Direktorat Jenderal, bertugas melaksanakan rumusan
dan  pelaksanaan  kebijakan  serta  standarisasi  teknis di bidangnya;
4 Inspektorat
Jenderal, bertugas
melaksanakan pengawasan fungsional;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
26 5
Badan danatau Pusat; 6
Staf Ahli; 7
Di  lingkungan  Departemen  dapat  diangkat  3  tiga orang  Staf  Khusus  Menteri  Perpres  No.  62  Tahun
2005. Departemen
yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan  yang  tidak  diserahkan  kepada  Daerah
dapat  membentuk  Instansi  Vertikal  yang  ditetapkan dengan  Peraturan  Presiden.  Departemen  secara  selektif
dapat  membentuk  UPT  sebagai  pelaksana  tugas  teknis operasional danatau tugas teknis penunjang.
c. Kementerian Negara
Kedudukan
Kementerian  Negara  adalah  unsur  pelaksana  pemerintah yang  dipimpin  oleh  Menteri  Negara  yang  berada  di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
Kementerian  Negara  mempunyai  tugas  membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di
bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara.
Fungsi
Dalam  melaksanakan  tugasnya,  Kementerian  Negara menyelenggarakan fungsi:
1 Perumusan kebijakan nasional di bidangnya;
2 Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
27 3
Pengelolaan  barang  milikkekayaan  negara  yang mengabdi tanggung jawabnya;
4 Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;
5 Penyampaian  laporan  hasil  evaluasi,  saran,  dan
pertimbangan  di  bidang  tugas  dan  fungsinya  kepada Presiden;
Berdasarkan  Perpres  No.  62  Tahun  2005,  Kementerian Negara  Koperasi  dan  UKM,  Kementerian  Negara
Perumahan  Rakyat,  dan  Kementerian  Negara  Pemuda dan  Olah  Raga,  di  samping  melaksanakan  fungsi-fungsi
sebagaimana  tersebut  diatas,  juga  melaksanakan  fungsi teknis  pelaksanaanfungsi  operasionalisasi  kebijakan  di
bidang masing-masing. Dalam  Kabinet  Indonesia  Bersatu,  Kementerian  Negara
terdiri dari: 1
Kementerian Negara Riset dan Teknologi; 2
Kementerian Negara Koperasi dan UKM; 3
Kementerian Negara Lingkungan Hidup; 4
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan; 5
Kementerian Negara
Pendayagunaan Aparatur
Negara; 6
Kementerian Negara
Pembangunan Daerah
Tertinggal; 7
Kementerian  Negara  Perencanaan  Pembangunan NasionalKepala
Bappenas Keppres
No.
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
28 171MTahun  2005  tentang  Perubahan  Kedua
Keppres No. 187M Tahun 2005; 8
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara; 9
Kementerian Negara Perumahan Rakyat; 10
Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga.
Susunan Organisasi
Kementerian Negara dibantu oleh: 1
Sekretariat Kementerian Negara; 2
Deputi; 3
Staf Ahli; 4
Di lingkungan Kementerian Negara dapat diangkat 3 tiga  orang  Staf  Khusus  Menteri  Perpres  No.  62
Tahun 2005.
2. Lembaga Pemerintahan Non Departemen LPND
LPND  diatur  dengan  Keppres  No.  103  Tahun  2001  yang telah enam kali mengalami perubahan terakhir perubahannya
dengan Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005.
Kedudukan
LPND  dalam  Pemerintahan  Negara  RI  adalah  lembaga pemerintah  pusat  yang  dibentuk  untuk  melaksanakan  tugas
pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas
LPND  mempunyai  tugas  melaksanakan  tugas  pemerintahan tertentu  dari  Presiden  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
29 perundang-undangan  yang  berlaku.  Dalam  Perpres  No.  11
Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keppres No. 103 Tahun
2001 tentang
Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan,  Susunan  Organisasi  dan  Tata  Kerja  LPND,
pada Pasal 3-nya menyebutkan bahwa LPND terdiri dari: 1
Lembaga Administrasi Negara LAN; 2
Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI; 3
Badan Kepegawaian Negara BKN; 4
Perpustakaan Nasional RI Perpusnas; 5
Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
Bappenas; 6
Badan Pusat Statistik BPS; 7
Badan Standarisasi Nasional BSN; 8
Badan Pengawas Tenaga Nuklir BAPETEN; 9
Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN; 10
Badan Intelijen Negara BIN; 11
Lembaga Sandi Negara LEMSANEG; 12
Badan Koordinasi Keluarga Berencana BKKBN; 13
Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional LAPAN; 14
Badan  Koordinasi  Survei  dan  Pemetaan  Nasional BAKOSURTANAL;
15 Badan  Pengawasan  Keuangan  dan  Pembangunan
BPKP; 16
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI; 17
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT; 18
Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
30 19
Badan Pertanahan Nasional BPN
1
20 Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM
21 Lembaga Ketahanan Nasional LEMHANNAS
2
22 Badan Meterologi dan Geofisika BMG
23 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia
3
24 Badan SAR Nasional
4
25 Badan Nasional Penanggulangan Nasional
5
Sesuai  dengan  Perpres  No.  64  Tahun  2005,  masing-masing LPND melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri,
yang meliputi: 1
Menteri Dalam Negeri bagi BPN; 2
Menteri Pertahanan
bagi LEMHANAS
dan LEMSANEG;
3 Menteri Perdagangan bagi BKPM;
4 Menteri Kesehatan bagi BPOM dan BKKBN;
1
Berdasarkan Perpres No. 10 Tahun 2006, BPN merupakan LPND dimana di dalam  lingkungan  BPN  dapat  diangkat  Staf  Khusus  paling  banyak  3  tiga
orang  yang  bertugas  memberikan  saran  dan  pertimbangan  kepada  Kepala BPN sesuai dengan penugasan dari  Kepala  BPN.  Selain itu  dalam Perpres
tersebut, dalam rangka menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang  berkepentingan  dengan  bidang  pertanahan  dan  dalam  rangka
perumusan  kebijakan  nasional  di  bidang  pertanahan,  BPN  membentuk Komite Pertanahan.
2
Berdasarkan  Perpres  No.  67  Tahun  2006,  LEMHANNAS merupakan  LPND dimana  di  dalam  lingkungan  struktur  organisasi  LEMHANNAS  memiliki
sedikit perbedaan dengan struktur organisasinya LPND lainnya, yaitu selain terdapat  Gubernur,  Wakil  Gubernur,  Deputi  dan  Inspektorat,  juga  terdapat
Dewan Pengarah dan Tenaga Ahli.
3
Pembentukan  berdasarkan Peraturan  Presiden  No.  81  Tahun  2006  tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
4
Pembentukan berdasarkan Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional
5
Pembentukan berdasarkan Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
31 5
Menteri Pendidikan Nasional bagi PERPUSNAS; 6
Menteri  Negara  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  bagi LAN, BKN, BPKP, dan ANRI;
7 Menteri  Negara  Riset  dan  Teknologi  bagi  LIPI,
LAPAN, BPPT,
BATAN, BAPETEN,
BAKOSURTANAL, dan BSN; 8
Menteri  Negara  Perencanaan  Pembangunan  Nasional bagi BPS;
9 Menteri Perhubungan bagi BMG.
Dalam Keppres No. 103 Tahun 2001, Susunan Organisasi LPND diatur sebagai berikut:
1 Kepala;
2 Bila  dipandang perlu  Kepala dapat  dibantu oleh seorang
Wakil Kepala; 3
Sekretariat Utama,
sebagai pelaksana
fungsi stafpenunjang  dan  mengkoordinasikan  perencanaan,
pembinaan dan
pengendalian terhadap
program administrasi  dan  sumber  daya  yang  dipimpin  oleh
seorang Sekretaris Utama; 4
Deputi, pelaksana fungsi lini dan membawahi Direktorat danatau
pusat Direktorat
digunakan sebagai
nomenklatur unit yang fungsinya pembinaan. Sedangkan Pusat untuk unit yang fungsinya pelaksanaan;
5 Unit  pengawasan  dapat  berbentuk  Inspektorat  Utama
atau  Inspektorat,  dan  bertugas  untuk  melaksanakan pengawasan fungsional;
Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II
32
3. Kesekretariatan yang Membantu Presiden