128
LAMPIRAN 7. TRANSKIP WAWANCARA
Tujuan peneliti melakukan wawancara dengan pihak dewan pendidikan adalah untuk memperkaya analisis dan penyajian data penelitian. Wawancara
dilakukan setelah data penelitian berhasil diolah sehingga dewan pendidikan memberikan tanggapannya terhadap hasil olah data tersebut. Dengan demikian
dalam penelitian ini tidak sekedar memperlihatkan hasil persepsi publik namun disajikan pula tanggapan dewan pendidikan atas hasil persepsi publik.
Berikut ini adalah transkrip wawancara dengan Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta masa jabatan 2014-2018 yang dilakukan pada tanggal 22 Juni
2016 Pukul 11:30 WIB. P = Peneliti
DP = Dewan Pendidikan
A. Badan Pertimbangan Advisory Agency
P : Seperti ini pak, berikut adalah hasil olah data dari instrumen penelitian
yang sudah diisi oleh responden. Keseluruhan ada 12 butir pernyataan yang dipersepsikan oleh responden yang tak lain adalah komite sekolah,
dinas pendidikan, dan Komisi D DPRD. Jadi berdasarkan hasil ini, bagaimana tanggapan dari pihak dewan pendidikan serta aktualisasi
peran yang sudah dilaksanakan contohnya seperti apa, demikian pak, mohon tanggapannya.
DP : Butir pertama mengenai memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.
Jadi dewan itu, kebijakan kebijakan dinas berkaitan dengan pendidikan sangat sering didiskusikan dengan dewan pendidikan. Jadi misalnya
tentang BAPERJAKAT tentang kebijakan penentuan kepala sekolah, itu diskusi dengan dewan pendidikan sehingga kemudian pikiran-pikiran
dewan itu diakomodir oleh dinas dan termasuk kebijakan pengembangan pendidikan misalnya pelaksanaan kurikulum dan sebagainya kita
129 lakukan. Lalu dengan sekolah, jadi dewan itu tidak selalu tapi sangat
sering datang ke sekolah untuk memberikan penilaian-penilaian kinerja sekolah, memberi masukan kepada sekolah bagaimana kepala sekolah itu
harus melakukan fungsi-fungsinya termasuk dengan komite sekolah. Jadi hal ini mungkin dirasakan. Kalau dengan dinas pendidikan dalam butir
ini sangat intensif, kalau untuk sekolah biasanya pada event-event tertentu, misalnya pada saat ujian sekolah dan ujian nasional. Kalau
dengan komite baru mulai dirintis, karena bertahun-tahun kerja sama dengan komite ini sangat jarang dilakukan. Kemudian dengan dprd kita
dalam tahun pertama banyak melakukan FGD Focus Group Discussion yang menghadirkan semua penentu kebijakan dengan nara sumber dari
dewan pendidikan sendiri, dinas pendidikan, dan DPRD. Pemikiran pemikiran dari stakeholder yang muncul pada FGD kemudian menjadi
kebijakan. Tergantung topik FGDnya apa, kalau topiknya tentang regulasi pendidikan maka yang diundang adalah kepala sekolah dan
komite sekolah, kalau yang di FGDkan mengenai tanggung jawab dewan pendidikan mengenai implementasi program wajib belajar itu yang
diundang para camat, lurah, dan dinas. P
: Kemudian yang kedua mengenai memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi mengenai kriteria tenaga daerah dalam bidang pendidikan,
gurututor dan kepala satuan pendidikan bagaimana pak? DP : Memang dalam kaitannya dengan kriteria tenaga daerah maupun tenaga
pendidikan, masalahnya seperti ini, jadi penentuan guru itu melewati sebuah proses ujian yang diselenggarakan secara nasional, jadi sekarng
sudah tidak ada lagi model untuk mengetahui kualitas guru dari misalnya micro teaching praktek mengajar sehingga seleksi guru benar-benar
melewati proses yang diselenggarakan secara nasional. Ada diskusi- diskusi internal terkait hal ini, Hal ini dimungkinkan tidak begitu
diketahui oleh publik yang berdampak pada persepsi yang berkategori tidak baik. Namun secara tidak langsung dewan pendidikan tetap
130 memberikan perannya, yang sifatnya memberikan masukan-masukan
kepada instansi pendidikan terkait. P
: Selanjutnya Pak, mengenai pembemberian masukan, pertimbangan, dan rekomendasi mengenai kriteria fasilitas pendidikan?
DP : Jadi Dewan masih melihat, bahwa fasilitas pendidikan di Kota Yogyakarta masih perlu peningkatan serta pemerataan, tetapi perihal
fasilitas pendidikan itu wewenang serta mekanismenya berada pada pemerintah kota maupun BAPPEDA. Dengan demikian selama ini
kapasitas dan akses dewan pendidikan hanya sebatas pada memberi masukan, pertimbangan, serta rekomendasi sehingga secara eksplisit
peran ini tidak begitu dirasakan oleh beberapa responden. P
: Butir terakhir dari aspek peran sebagai badan pertimbangan dalam menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, tanggapan Bapak seperti apa?
DP : Terkait menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, jadi kita
mencoba untuk melakukan sosialisasi peran melalui radio dengan intensitas dua kali dalam satu bulan di Pro 1 RRI dan MQ fm. Melalui
siaran inilah kita menjembatani pikiran masyarakat dengan ralita kebijakan pendidikan di Kota Yogyakarta. Di sinilah aspirasi masyarakat
ditampung sehingga peran dewan dalam hal ini dirasakan oleh publik.
B. Badan Pendukung Supporting Agency