87 maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan masih lemah. Khususnya
dalam hal pendanaan, Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan belum memberikan dukungannya secara signifikan. Terkait dengan penelitian ini
maka dapat dikatakan bahwa permasalahan mengenai pendanaan pendidikan merupakan hal yang belum dianggap sebagai bentuk tanggungjawab bersama,
padahal menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomer 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Sedangkan terkait dengan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, PP Nomor
17 tahun 2010 menyebutkan bahwa pendanaan Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan dapat bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
bantuan pihak asing yang tidak mengikat, dan sumber lain yang sah.
c. Sebagai Badan Pengontrol Controlling Agency
Berdasarkan hasil analisis apek peran, peneliti menemukan bahwa peran Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta sebagai badan pengontrol berada
pada kategori baik dengan persentase 62,8. Sementara itu, 19,9 responden mempersepsikan dengan sangat baik dan 13,5 menyatakan cukup. Namun,
masih terdapat 3,8 responden yang memberikan persepsi pada kategori tidak baik pada ketiga sub indikatornya. Berdasarkan perolehan persentase kategori
sebagai badan pendukung, mayoritas publik memberikan persepsi yang baik, yang artinya hingga Bulan Juni 2016 peran tersebut telah dilaksanakan dengan
baik oleh Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta.
88 Penelitian mengenai peran Dewan Pendidikan dalam pengawasan
pengontrol controlling agency juga dilakukan oleh Rendra Vicky Firmansyah dengan judul proses pengawasan Dewan Pendidikan di Kota
Surabaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Pendidikan Surabaya belum optimal, sebab Dewan Pendidikan
Surabaya jarang melakukan monitoring langsung, monitoring langsung biasanya dilakukan oleh Dewan Pendidikan Surabaya hanya ketika muncul
permasalahan pendidikan yang terjadi di Kota Surabaya, sehingga Dewan Pendidikan Surabaya tidak dapat mengidentifikasi secara langsung sebab dan
akibat masalah pendidikan yang terjadi di Kota Surabaya. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Kota Yogyakarta, dimana
Dewan Pendidikan tetap memberikan pengawasan meskipun tidak secara langsung turun ke lapangan. Pengawasan yang dilakukan Dewan Pendidikan
lebih bersifat koordinatif dengan dinas pendidikan dan Komite Sekolah, sementara aktualisasi pengawasan dilakukan oleh dinas pendidikan dan
Komite Sekolah yang secara teknis memiliki akses lebih luas di lapangan. Apabila dilihat kembali pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044U2002 pada poin pengertian, nama, dan ruang lingkup Dewan Pendidikan, disebutkan bahwa ruang lingkup pendidikan meliputi pendidikan
prasekolah, jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah, dengan demikian selama ini pengawasan Dewan Pendidikan belum dilakukan
secara lanngsung sesuai dengan ruang lingkupnya.
89
d. Sebagai Badan Penghubung Mediator Agency