h. 61-62. Lihat juga Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 136. Asy„ariah

digunakan Mu‟tazilah. Mereka menginginkan agar pengkajian akidah kembali kepada prinsip-prinsip yang dipegang oleh para sahabat dan tabiin. Mereka mengambil prinsip-prinsip akidah dan dalil-dalil berdasarkan Alquran dan Sunnah. 129 Paham Salaf dikenal sebagai kelompok yang tidak mau mentakwilkan ayat-ayat mutasyābihat agar tidak terjerumus kepada paham tasybih perumpamaan atau penyerupaan. 130 Gerakan Salafiah berkembang terutama di Baghdad pada abad ke 3 H9 M. Pada saat itu, terjadi gairah menggebu-gebu yang diwarnai fanatisme terhadap paham yang dibawa A mad bin anbal. Respon terhadap sikap fanatisme terhadap A mad bin anbal disebabkan peristiwa mihnah 131 terjadi pada masa pemerintahan al-Makmun, yang mengembangkan mazhab Mu‟tazilah. Pada peristiwa tersebut, A mad bin anbal dan 30 pemuka agama lainnya di uji oleh Is q ibn Ibr h m yang ditanya tentang pendapatnya mengenai Alquran dan sifat-sifat Allah. A mad bin anbal dengan tegas menjawab bahwa Alquran adalah sabda Allah dan Allah adalah sebagaimana Ia sifatkan diri-Nya dalam Alquran, sehingga pernyataan A mad bin anbal tersebut mengakibatkan ia di penjara. 132 Nasib yang sama dialaminya pada masa pemerintahan para pengganti al- Makmun, yaitu al- Mu‟ta im dan al-W iq. Selanjutnya, setelah al-Mutawakil naik tahta, A mad bin anbal memperoleh kebebasan. Pada masa pemerintahan al- Mutawakil, ia memperoleh kehormatan dan kemuliaan. 133 Sikap A mad bin anbal yang berani dan tidak takut mati dalam mempertahankan keyakinannya 129 Zahrah, “T r kh”, h. 226. 130 Al- Syahrast n , “Al-Milal”, h. 77. 131 Dalam sejarah Islam, mihnah dijalankan oleh pemerintahan al- Ma„mun untuk mengetes keyakinan para ulama hadis mengenai hakikat Alquran, apakah diciptakan makhluk, atau bukan. Menurut Watt, mihnah adalah kebijaksanaan politis yang muncul dari ketegangan antara blok-blok otokratik dan konstitusionalis. Dua kelompok yang bertentangan itu ialah tokoh- tokoh ortodoksi yang menyatakan kekadiman Alquran dan kelompok Muktazilah dengan dukungan khalifah yang berkuasa menyatakan keterciptaan Alquran. Pendapat Watt dalam hal ini hanya melihat dari sudut pandang politik, tanpa melihat sisi lain yang lebih penting. Menurut buku Rozak dan Anwar, misi penting dalam peristiwa mihnah disebabkan dengan maksud tujuan misi suci untuk melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar. Lihat W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, Terj. Hartono Hadikusumo Yogyakarta: Tiara Wacana,

1990, h. 61-62. Lihat juga Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 136.

132 Nasution, Teologi, h. 62. 133 Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 136. membuat ia mempunyai banyak pengikut di kalangan umat Islam yang tidak sepaham dengan kelompok Mu‟tazilah. 134 Sebelum akhir abad itu, banyak dibangun sekolah-sekolah Hanbali di Jerusalem dan Damaskus, kemudian datang para pengungsi dari Irak, dan terdapat keluarga Ibn Taim yah, yang pada akhirnya berguru dan menganut pemahaman A mad bin anbal. 135 Karakteristik paham Salafiah dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Lebih mendahulukan riwayat naql daripada dirayah aql, 2. Salafiah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan pokok agama u uluddīn dan persoalan-persoalan cabang agama furu‟ ad-din, hanya bertolak pada penjelasan-penjelasan al-Kitab dan as-Sunnah, 3. Mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut tentang zat-Nya maupun sifat-Nya, tidak pula memiliki paham tasybih, 4. Memahami ayat-ayat Alquran sesuai dengan makna lahirnya dan tidak mentakwilkannya. 136 Dengan demikian, paham Salaf merupakan paham yang merujuk hanya kepada Alquran dan Sunnah, dan memahaminya secara qa ‟i, tanpa adanya ta‟wil dan tasybih, serta merujuk kepada generasi sahabat, tabiin, tabi tabiin.

8. Asy„ariah

Serangan Mu‟tazilah terhadap para fuqaha dan mu addī in semakin gencar dan serangan dalam bentuk pemikiran, disertai dengan penyiksaan fisik dalam suasana mihnah. Akibatnya, muncul kebencian masyarakat terhadap paham Mu‟tazilah, sehingga berkembang menjadi permusuhan. Serangan dan tekanan yang dilakukan Mu‟tazilah terhadap masyarakat yang tidak sepaham dengan mereka dalam hal pemikiran, mulai menurun setelah al-Mutawakil berkuasa, ia menjauhkan pemerintahannya dari pengaruh Mu‟tazilah. Sebaliknya, ia mendekati lawan-lawannya dan membebaskan para ulama dari penjara. 137 Pada akhir abad ke 3 H, muncul Ab al-Hasan al-Asy„ari yang lahir di Bashrah pada tahun 260 H dan wafat pada tahun 330 H. Ia dikenal sebagai ulama yang pada akhirnya menentang paham Mu‟tazilah. Sebenarnya, Ab al-Hasan al- 134 Nasution, Teologi, h. 63. 135 Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 134. 136 Ibr h m Ma kur, Fī al-Falsafah al-Islāmiyah: Manhaj wa Ta bīquh ẒMesir: D r al- Ma‟ rif, 1947ẓ, jilid II, h. 30. 137 Zahrah, “T r kh”, h. 189. Asy„ari mempelajari ilmu kalam dari seorang tokoh Mu‟tazilah, Ab „Al al- Jubb „ , sebagai seorang murid yang pintar dan mahir, ia selalu mewakili gurunya dalam berdiskusi. Namun, pada perkembangan selanjutnya, ia menjauhkan diri dari pemikiran Mu‟tazilah. 138 Al- Asy„ari menganut paham Mu‟tazilah hanya sampai usia 40 tahun. Setelah itu, secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jamaah Masjid Bashrah bahwa dirinya telah meninggalkan paham Mu‟tazilah dan akan menunjukkan keburukan-keburukannya. 139 Riwayat menjelaskan bahwa penyebab al- Asy„ari keluar dari Mu‟tazilah adalah pengakuan al-Asy„ari yang bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw., sebanyak tiga kali, yaitu pada malam ke 10, 20 dan 30 bulan Ramadan, dan dari ketiga mimpinya, Rasulullah Saw., selalu memperin gatkannya agar segera meninggalkan paham Mu‟tazilah yang salah dan Ahli Hadislah yang benar dan segera membela paham yang telah diriwayatkan dari beliau. 140 Dengan kata lain, al- Asy„ari keluar dari Mu‟tazilah dan selanjutnya membentuk aliran teologi yang kemudian dikenal dengan namanya sendiri yaitu Asy„ariah. Pada perkembangan selanjutnya, paham yang dibawa oleh Abu al- Hasan al- Asy„ari sering disebut juga dengan ahl as-Sunnah wa al-Jama„ahṬ 141 Istilah ahl as-Sunnah wa al- Jama„ah terdiri dari tiga kata, yaitu alh, as-Sunnah, dan al- Jama„ah. Menurut bahasa, ahl adalah keluarga, kerabat, pengikut atau golongan. As-Sunnah berarti Hadis, atau segala perkataan, perbuatan dan taqrir serta diamnya Nabi Muhammad Saw., atas suatu perbuatan sahabat. Al- Jama„ah berarti kelompok, orang banyak, atau mayoritas. 142 Jadi, secara istilah ahl as- Sunnah wa al- Jama„ah adalah sekelompok umat Islam yang menjadikan Hadis Nabi Muhammad Saw., sebagai pedoman hidup. 143 Pada perkembangan 138 Ibid., h. 190. 139 Hanafi, Pengantar, h. 92. 140 Jal l Mu ammad M sa, Ẓasy„at al-Asy‟ariyyah wa Ta awwuruha Edinburgh: Edinburgh University Press, 1985, h. 172-173. 141 Nasution, Teologi, h. 64. 142 Sa‟d Ab Jaib, Al-Qāmūs al-Fiqh Lugatan wa I ila atan ẒDamaskus: D r al-Fikr, 1988, h. 29. 143 Mu ammad Abdul Had al-Mi r , Manhaj dan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama‟ah Menurut Pemahaman Ulama Salaf Jakarta: Gema Insani Press, 1994., h. 86. selanjutnya, istilah ahl as-Sunnah wa al- Jama„ah berkembang luas di kalangan umat Islam di penjuru dunia, yang istilah tersebut dikenal juga dengan Sunni. Sejak saat itu, al- Asy„ari menegakkan pemahaman tentang ahl as-Sunnah wa al- Jama„ah, dengan berpedoman dengan Alquran dan Sunnah serta menggabungkannya dengan pertimbangan akal dan pikiran. Adapun doktrin ajaran Asy„ariah adalah Allah memiliki sifat-sifat, manusia mengetahui perbuatan baik dan buruk karena adanya wahyu, kadimnya Alquran, Allah dapat dilihat di akhirat kelak, perbuatan Allah dan manusia, serta mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik. 144

9. Maturidiah