ada dan yang akan ada. Imam wajib ditaati oleh semua makhluk, dan menerima segala perintah imam.
98
Terjadinya perbedaan golongan Syi„ah sebenarnya tidak hanya pada doktrin
imāmah, namun lebih kepada yang berhak memperoleh posisi sebagai imam pengganti „Al . Pada dasarnya, setiap kelompok Syi„ah memiliki imam-
imam yang berbeda- beda dari keturunan „Al atau ahl al-bait. Walaupun
demikian, setiap kelompok mengatakan bahwa imam mereka tetap keturunan dari ahl al-bait dan pilihan dari Allah Swt.
Selain itu, penganut Syi„ah juga terdapat golongan yang ekstrim yaitu kelompok al-Gulat yang menyatakan bahwa imam memiliki kedudukan yang
sama dengan Tuhan.
99
Kelompok al-Gulat menempatkan posisi „Al pada derajat
ketuhanan dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. Kelompok ini dipimpin oleh „Abdull h bin Saba‟ dan
dianggap menyimpang dari pemahaman dasar Syi„ah.
100
4. Jabariah
Kata Jabariah berasal dari bahasa Arab yaitu jabara yang berarti terpaksa atau mengharuskan melakukan sesuatu. Aliran ini dinamakan Jabariah karena
memiliki paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Nama Jabariah dalam bahasa Inggris, paham ini disebut fatalism atau
predestination, yang secara istilah dapat dipahami bahwa Jabariah adalah semua perbuatan dan tindakan yang dilakukan manusia dalam keadaan terpaksa, karena
Allah Swt., telah menentukan qadha dan qadar manusia sejak azali.
101
Aliran Jabariah, pertama kali muncul pada abad ke 2 H 8 M, yang diper
kenalkan oleh Ja‟d bin Dirham. Selanjutnya, paham ini disebarkan oleh Jahm
98
Al- iddieqy, Sejarah, h. 165-166. Mereka membedakan antara Rasul, Nabi dan imam. Menurut mereka Rasul adalah orang yang didatangi Jibril, melihat dan mendengar perkataannya,
dan terkadang melihat di dalam tidur seperti mimpi. Nabi adalah terkadang mendengar perkataan dan terkadang melihat malaikat dengan tidak mendengar perkataan, sedangkan imam mendengar
perkataan namun tidak melihatnya.
99
Al- Syahrast n , “Al-Milal”, h. 153.
100
Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi al-Lugah wa al-A‟lam Beirut: Al-Matba„ah al-Ka ulikiah Lil Ab al-Yasu„ n, 1935ẓ, h. 586. Lihat juga Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 127.
101
Nasution, Teologi, h. 31.
ibn afw n dari Khurasan. Sejarah mencatat bahwa Jahm yang menyebarkan
paham Jabariah adalah orang yang tercatat sebagai golongan Jahmiyah dalam aliran Murjiah, ia juga menjabat sebagai sekretaris Suraih bin al-
H r s dan menemaninya dalam melawan kekuasaan Bani Umayyah.
102
Selain itu, sebagian ahli menganggap faktor kemunculan aliran Jabariah dipengaruhi oleh keadaan lingkungan bangsa Arab. Kehidupan bangsa Arab yang
di kelilingi oleh gurun pasir sahara memberi pengaruh besar terhadap cara hidup mereka. Ketergantungan mereka pada alam sahara yang ganas terealisasi menjadi
sikap penyerahan diri terhadap Alam.
103
Keadaan dan situasi yang serupa, membuat masyarakat Arab tidak melihat arah ataupun tujuan untuk mengubah
keadaan di sekeliling mereka, sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Mereka merasa dirinya lemah dan tidak kuasa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
dalam hidup. Akhirnya, mereka bergantung kepada kehendak alam, hal inilah yang membawa mereka kepada sikap fatalisme.
104
Berdasarkan sejarah tersebut, Jabariah terbagi menjadi dua kelompok, yakni Jabariah murni dan Jabariah moderat. Jabariah murni yang menolak adanya
perbuatan yang berasal dari manusia dan menganggap manusia tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perbuatan, sedangkan Jabariah moderat
mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun baik, namun manusia memiliki andil di dalamnya.
105
Jabariah moderat juga dinamakan dengan paham
kasāb.
106
Akibat dari kepercayaan Jabariah murni dan moderat, aliran Jabariah menurut Al-
Syahrast n dibagi menjadi 3 sekte Jabariah, yaitu:
102
Ibid., h. 33.
103
Ahmad Amin, Fajr al- Islām Kairo: an-Nahdhah, 1965, h. 45.
104
Nasution, Teologi, h. 31-32.
105
Al- Syahrast n , “Al-Milal”, h. 71. Aliran ini mengembangkan pahamnya dengan
didukung ayat Alquran surah a - ffat [37]: 96, al-Had d [57]: 22, al-Anf l [8]: 17, dan al- Ins n
[76]: 30.
106
Nasution, Ensiklopedi, h. 522. Paham kasab menyatakan bahwa tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Manusia bukanlah
majbur dipaksa oleh Tuhan, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalangnya dan tidak pula menjadi pencipta dari perbuatannya, tetapi manusia yang berusaha memperoleh perbuatan
yang diciptakan Tuhan. Baca juga Nasution, Teologi, h. 35.
a. Al-Jahmiyyah adalah aliran Jabariah murni yang dibawa oleh Jahm ibn
afw n dan Ja‟d bin Dirham. Kelompok ini berpendapat bahwa manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya dan
kehendak sendiri serta tidak mempunyai pilihan karena semuanya Allah yang menentukan, manusia hanyalah terpaksa oleh Allah dalam segala-
galanya.
107
b. An-Najjariyyah adalah kelompok Jabariah moderat yang didirikan oleh al-
Husain ibn Mu ammad an- Najj r. Ia mengatakan bahwa Allah
menciptakan perbuatan manusia, yang baik dan yang buruk dan manusia yang berencana. Ia menyakini adanya kasab manusia dalam perbuatannya,
sehingga tidak sepenuhnya manusia dalam keadaan terpaksa.
108
c. Ad- irariyah merupakan kelompok Jabariah moderat yang dibawa oleh
hirar ibn „Amr dan Haf ul al-Fard. Mereka berkeyakinan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah Swt., pada hakikatnya, namun
manusia yang mempergunakannya dan mereka berpendapat bahwa terjadinya suatu perbuatan karena kehendak dari dua pelaku yaitu Allah
dan manusia.
109
Pada dasarnya, aliran Jabariah baik yang murni dan moderat menekankan adanya kehendak Tuhan dalam setiap perbuatan manusia yang baik maupun yang
buruk. Akan tetapi, kedua bentuk aliran Jabariah tersebut berbeda pada posisi dan kedudukan manusia sebagai pelaku perbuatan tersebut. Jabariah murni
memberikan seluruh perbuatan manusia atas kehendak Allah Swt., yang telah diciptakan sejak azali dan manusia hanya menjalankannya saja sesuai dengan
takdirnya. Sementara itu, Jabariah moderat menganggap bahwa terdapat campur tangan manusia dalam setiap perbuatannya atau manusia memiliki
kasāb terhadap perbuatannya walaupun Allah telah menciptakan perbuatan manusia sejak azali.
5. Qadariah