1. Pengaruh Turunan
Pada saat Hassan masih kecil, di Singapura terdapat 4 orang yang berpaham Wahabi yang menganggap bidah perbuatan talqin, u alli, tahlil, dan
sebagainya. Keempat orang tersebut semuanya berasal dari India, yaitu ab b
Raja Alseroang, Abdul Rahim, Jail n , dan Akhmad ayah Hassan.
26
Walaupun demikian, hal ini kurang disetujui oleh teman-teman Hassan, tetapi Hassan sendiri
memutuskan menerimanya. Pada waktu Hassan masih kecil, sering ia melihat ayahnya bila mengantar mayat ke kubur, segera pulang setelah mayat ditanam
tanpa mengikuti upacara talqīn.
27
Mereka ini tidak seorangpun yang faham bahasa Arab secara benar, sehingga sukar untuk mempertahankan, apalagi menyebarkan faham mereka. Oleh
karena itu, mereka memegang paham sendiri, tanpa ada niat sedikitpun untuk diikuti oleh orang-orang.
28
2. Pengaruh Bacaan
Bacaan yang mempengaruhi jalan pikiran Ahmad Hassan antara lain: a.
Kira-kira tahun 1906-1907, Abdul Gani, ipar Hassan telah berlangganan majalah al-
Manār yang terbit di Mesir al-Munīr yang diterbitkan di Padang. Ahmad Hassan selalu membacanya meski
tidak menguasai isinya.
29
b. Majalah al-Imām yang mula-mula dipimpin oleh al-H d , kemudian
hir Jal ludd n al-Azhar dan akhirnya H. Abb s. Al-Imām pada saat itu termasuk surat kabar pembawa paham baru.
30
hir Jal ludd n dikenal sebagai pembawa paham baru karena
hir sempat belajar di Mesir, serta terpengaruh oleh pembaharuan Mu ammad Abduh dan
26
Noor, “A. Hassan”, h. 110.
27
Mughni, Hassan, h. 19.
28
Noor, “A. Hassan”, h. 110.
29
Mughni, Hassan, h. 20. Al-Munir adalah majalah pertama yang di terbitkan oleh kelompok kaum muda di Padang, Sumatera Barat. Lihat Minhaji, A. Hassan, h. 84.
30
Al-Imam adalah majalah yang terbit pertama kali di Singapura pada tahun 1906, yang mengumandangkan pembaruan Islam, dengan tujuan membangkitkan kembali kesadaran kaum
Muslimin serta memperingatkan bahaya yang mengancam Islam kalau kaum Muslimin tetap lalai dan lengah, majalah al-Imam juga menentang segala bentuk bidah, khurafat dan kebiasaan adat
yang di campur baurkan dengan ajaran agama.
Hassan mendengarnya sebagai seorang yang mengubah agama yang tidak disukai oleh kaum tua.
hir Jal ludd n adalah teman seperjuangan ulama-
ulama Minangkabau seperti Abdul Kar m Amrull h, Jamil Jambek, dan Abdull h Ahmad.
31
c. Sekitar tahun 1914-1915, Hassan mendapat buku Kafa„ah tulisan
Syaikh Ahmad Surkati, yang mengeluarkan fatwa bahwa muslim dan muslimah boleh menikah tanpa ada memandang golongan dan derajat.
Pendapat Syaikh Ahmad Surkati tentang persoalan Kafa„ah, ia
membolehkan wanita Syarifah menikah dengan laki-laki yang tidak Sayyid, sebab kafa„ah bukanlah termasuk syarat sahnya suatu
pernikahan, dalam arti akad nikah tetap sah meskipun kedua mempelai tidak sekufu, pernyataan itu dikenal dengan sebutan Fatwa Solo.
32
d. Pada saat di Surabaya, sesudah satu setengah tahun diam tanpa ada
memperhatikan persoalan-persoalan paham agama, ia melihat buku karangan Ibnu Rusyd yaitu Bidayatul Mujtahid pada saat bertamu di
rumah sahabatnya Bibi Wante. Buku itu dibuka ketika selesai berbicara dan tuan rumah pergi meninggalkan kamarnya. Buku
tersebut menarik perhatiannya, sehingga besoknya Hassan pergi untuk membeli buku tersebut di toko buku. Buku Ibnu Rusyd di dalamnya
berisikan tentang perbandingan keempat mazhab. Semua masalah ditinjau dari pendapat keempat mazhab tersebut berikut dalil-dalilnya.
Keempat mazhab tersebut adalah Syafi„i, Maliki, Hambali, dan Hanafi.
33
31
Noor, “A. Hassan”, h. 110.
32
Kafa„ah adalah hukum kesetaraan antara seorang suami dengan istrinya dalam kesempurnaan dan kerendahannya, selain dalam hal terbebasnya seseorang dari berbagai hal yang
membawa kepada aib-aib nikah. Menurut kelompok kaum tua atau mayoritas ulama tradisional, Kafa„ah adalah hukumnya wajib. Dalil tentang disyariatkannya kafa„ah dalam pernikahan adalah
hadis “Pilihlah tempat untuk mani kalian, dan nikahilah orang-orang yang sepadan, dan
nikahkanlah wanita dengan orang-orang yang sepadan”Ṭ Sunan Ibnu Majah, no. 1968,
Mustadrok Lil-hakim, no. 2687, Sunan Daruqutni, no. 3788 dan Sunan Kubro Lil-Baihaqi, no. 13758. Ibid., h. 111.
33
Mughni, Hassan, h. 20-21.
e. Bacaan yang berpengaruh ketika di Bandung adalah Zadul Ma„ād
karangan Ibnu Qayyim al- Jauz yah, Nailul Au ar karangan al-
Syaukani, dan Al-Manar bagian fatwa.
34
Semua kitab-kitab tersebut bagi Ahmad Hassan adalah bahan penolong penyelidikannya tentang Alquran dan Sunnah, sehingga sangat berpengaruh
terhadap pemikiran Ahmad Hassan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan terkait dengan kajian Islam.
3. Pengaruh Pergaulan