Khawarij Pemikiran Ahmad Hasan Bandung tentang teologi Islam - Repository UIN Sumatera Utara

mengenai aliran-aliran kalam ini, sebagai landasan dalam meneliti pemikiran Ahmad Hassan Bandung tentang teologi Islam. Dengan demikian, akan diuraikan kajian aliran-aliran teologi Islam satu persatu secara singkat, sebagai berikut:

1. Khawarij

Kata Khawarij secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab al- khārijah yang berarti keluar, atau menunjukkan sikap mereka yang keluar dari barisan „Al karena tidak setuju dengan penyelesaian pertikaian pada perang iffin dengan Mu„ w yah melalui tahkīm. 64 Secara terminologi, Khawarij adalah suatu sekte, aliran, kelompok pengikut „Al bin Ab lib yang keluar meninggalkan barisan „Al , karena tidak sepakat terhadap „Al yang menerima tahkīm dalam perang iffin pada tahun 37 H648 M dengan kelompok pemberontak Mu„ w yah bin Ab Sufy n terkait permasalahan khalifah. 65 Persoalan politik yang timbul pada saat itu, menjadi persoalan kalam yang mempermasalahkan pelaku tahkīm dan pelaku dosa besar, keluar dari Islam atau masih tetap Islam. Berlandaskan semboyan la hukma illa lillah tidak ada hukum selain hukum Allah atau la hukma illa Allah tidak ada pengantara selain Allah, aliran Khawarij menuduh kafir kepada pelaku tahkīm, „Al bin Ab lib, Mu„ w yah, Ab M sa al-Asy„ari dan „Amr bin A . 66 Kelompok Khawarij memperkuat pandangannya berdasarkan firman Allah yaitu: ....           Artinya: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang- orang yang kafir”. QS. al-M idah [5]: 44. 67 Aliran Khawarij juga memiliki sebutan lain, kelompok mereka sering juga disebut dengan nama Haruriyah. Nama tersebut bermula dari nama desa Hurura 64 „Al Mu af al-żur b , T rīkh al-Firaq al-Islāmiyah wa Ẓasy‟atu „Ilmi al-Kalāmi „Inda al-Muslimīn, cet. II Mesir: Haidan al-Azhar, 1958, h. 264. Mereka menamakan kelompok mereka sebagai Khawarij adalah karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka dengan maksud berjihad di jalan Allah, yang berdasarkan Alquran surat an- Nis ‟ ayat 100. 65 Nasution, Teologi, h. 11. 66 Nasution, Islam, h. 26. 67 Kementerian Agama, Al- Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta: Al-Fatih, 2012, h. 115. yang termasuk dalam wilayah kota Kuffah, Irak. Kota ini menjadi tempat bertemunya orang-orang yang keluar dar i barisan „Al bin Ab lib, yang jumlah kelompok mereka hampir 12000 orang. Kelompok mereka bermusyawarah memilih pemimpin, dan yang terpilih menjadi imam atau khalifah adalah „Abdull h ibn Wahab al-Rasy di. 68 Selain itu kelompok Khawarij juga sering disebut dengan nama Syurah dan Al-Mariqah. 69 Historis menerangkan bahwa Khawarij telah melakukan peperangan dengan kelompok „Al bin Ab lib, dan mengalami kekalahan, sehingga dengan keadaan dan kondisi yang lemah, kelompok Khawarij membuat taktik dan strategi untuk membunuh para pelaku tahkīm, yaitu „Al , Mu„ w yah, Ab M sa dan „Amr bin A . Namun, yang berhasil di bunuh oleh orang Khawarij adalah khalifah „Al bin Ab lib pada tahun 40 H. 70 Perlawanan yang dilakukan Khawarij bukan hanya pada masa khalifah „Al bin Ab lib, tetapi juga terhadap kekuasaan Islam yang lain, mulai dari Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Kelompok Khawarij tetap menganggap bahwa para khalifah menyeleweng dari ketentuan Islam. Oleh sebab itu, di antara pokok pemahaman-pemahaman Khawarij adalah: a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam, khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, setiap Muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat, khalifah dipilih secara tetap dan konstan. Hal ni berlangsung selama yang bersangkutan memiliki sikap adil dan menjalankan syariat Islam. Ia harus dijatuhkan hukuman, bahkan dibunuh jika melakukan kezaliman, khalifah sebelum „Al , Ab Bakar, „Umar dan „U m n adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, „U m n dianggap telah menyeleweng, khalifah „Ali juga sah, tetapi setelah terjadi tahkīm atau arbitrase, ia dianggap menyeleweng, Mu„ w yah dan „Amr bin A serta Ab M sa al-Asy„ari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir, 71 b. Seorang yang berdosa besar tidak lagi disebut Muslim, maka harus dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang Muslim tidak lagi Muslim kafir disebabkan tidak mau membunuh Muslim lain yang telah dianggap 68 A - iddieqy, Sejarah, h. 170-171. 69 Al- żur b , Tārīkh, h. 265. Syurah artinya golongan yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhoan Allah Swt. Al-Mariqah adalah lepas, kelompok Khawarij yang lunak dalam masalah mengkafirkan dan masih dianggap beriman, meskipun kelompok lain telah menganggapnya kafir. 70 Ibid., h. 72-73. 71 Nasution, Teologi, h. 12. kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula, setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Artinya, jika seorang Muslim tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dār al- arb negara musuh, sedangkan golongan mereka dianggap dār al-Islām negara Islam, 72 c. Seseorang harus menghindar dari kepemimpinan yang menyeleweng, adanya wa‟ad dan wa‟īd orang yang baik harus masuk surga, sedangkan orang yang jahat harus masuk neraka, memalingkan ayat-ayat Alquran yang tampak mutasyābihat samar. 73 Khawarij sebagaimana telah dikemukakan, menjadikan persoalan khalifah sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin teologis lainnya. Sikap radikalitas kelompok Khawarij yang melekat pada setiap tindakan dan perbuatannya, menyebabkan rentannya perpecahan, baik secara internal maupun eksternal dengan sesama kelompok Islam lainnya. Hal ini terjadi setelah pemimpin Khawarij „Abdull h ibn Wahab al-Rasy di wafat, aliran Khawarij pecah menjadi beberapa macam aliran. Sekte yang pecah dari kubu Khawarij, antara lain al-Muhakimah, al-Azariqah, an-Najdat, al-Baihasiyah, al-Ajaridah, as-Salabiyah, al-Abadiyah dan as-Sufriyah. 74 Sekte-sekte tersebut sebenarnya membicarakan persoalan hukum orang yang berbuat dosa besar, mereka disebut Mukmin ataukah kafir. Adanya berbagai sekte Khawarij tersebut, yang membedakannya adalah sikap ekstrim dan tidak ekstrimnya dalam menyikapi doktrin pelaku dosa besar. Hal ini disebabkan oleh keinginan mereka yang kuat agar kebaikan dapat terlaksana, baik oleh diri mereka sendiri dan juga dengan mengajak orang lain untuk turut bersama mereka. Namun, kelompok Khawarij tidak mengkaji ulang maksud dari ayat-ayat Alquran, sehingga pada saat itu timbul berbagai kekerasan di antara umat Islam. Tindakan kelompok Khawarij tentunya merisaukan hati semua umat Islam pada saat itu, sebab dengan cap sebagai kafir yang diberikan oleh sekte ekstrim Khawarij, menjadikan mereka sebagai kafir yang wajib dibunuh, sehingga dapat dikatakan jiwa seorang yang Yahudi atau Majusi masih lebih berharga dibanding dengan jiwa seorang Mukmin yang melakukan kesalahan atau dosa besar. 72 Nurcholis Madjid ed., Khazanah Intelektual Islam, cet. II Jakarta: Bulan Bintang, 1985, h. 12-13. 73 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam Bandung: Pustaka Setia, 2012, h. 66. 74 Ibid., h. 68-69. Meskipun demikian, ada sekte Khawarij yang lunak dalam mengkafirkan kelompok muslim, yaitu sekte Najdiyah dan Abadiyah. Keduanya membedakan kafir nikmat dan kafir agama, yang pada dasarnya sekte ini menyatakan bahwa kafir nikmat adalah seorang Mukmin yang hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada Allah Swt., sehingga tidak perlu dikucilkan dari masyarakat dan umat Islam. 75 Pada prinsipnya, kelompok Khawarij berusaha mengkaji Alquran dan Sunnah, serta berusaha memahami Hadis dan tradisi Arab dengan tekun dan semangat yang tinggi. Kaum Khawarij juga senantiasa berpegang kepada makna lahir Alquran tanpa mau mengkaji maksud, tujuan dan konteks nas. Selain itu kelompok ini memiliki sikap fanatisme yang kuat dan senang berdebat sebagai upaya untuk menanamkan pandangan mereka terhadap musuh. Namun, kelompok Khawarij tidak pernah mau menerima pendapat lawannya, walaupun pendapat tersebut dekat dengan kebenaran. Hal ini disebabkan sikap kelompok Khawarij yang lebih senang bermusuhan, bahkan besarnya keinginan untuk membela mazhab Khawarij, kadang-kadang mendorong mereka berdusta tentang nabi untuk menunjukkan dalil demi membela kelompok mereka. 76 Khawarij dengan sikapnya yang ekstrim dan radikal, juga tidak terlepas dari sikap-sikap yang paling tidak memiliki keistimewaan-keistimewaan. Orang Khawarij memiliki keikhlasan yang sempurna terhadap akidahnya. Mereka juga keras sekali dalam beribadah dan teguh mempertahankan sifat kebenaran dan kesetiaan, serta berlepas diri dari orang-orang yang berdusta dan mengerjakan maksiat yang nyata. Mereka mempunyai keberanian yang luar biasa dalam menghadapi musuh dan berterus terang tanpa ragu-ragu dalam mempertahankan kebenaran. Oleh sebab itu, „Al berwasiat kepada para pengikutnya, setelah ia wafat untuk tidak memerangi kelompok Khawarij, dengan alasan bahwa kelompok Khawarij adalah orang yang mencari kebenaran tentang ajaran Islam yang sesungguhnya, tetapi tidak menemui sasarannya. 77 75 Toshihiko Izutsu, The Concept of Believe in Islamic Theology Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994, h. 15. 76 Zahrah, “T r kh”, h. 75-77. 77 A - iddieqy, Sejarah, h. 184-185.

2. Murjiah