Qadariah Pemikiran Ahmad Hasan Bandung tentang teologi Islam - Repository UIN Sumatera Utara

a. Al-Jahmiyyah adalah aliran Jabariah murni yang dibawa oleh Jahm ibn afw n dan Ja‟d bin Dirham. Kelompok ini berpendapat bahwa manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Manusia tidak mempunyai daya dan kehendak sendiri serta tidak mempunyai pilihan karena semuanya Allah yang menentukan, manusia hanyalah terpaksa oleh Allah dalam segala- galanya. 107 b. An-Najjariyyah adalah kelompok Jabariah moderat yang didirikan oleh al- Husain ibn Mu ammad an- Najj r. Ia mengatakan bahwa Allah menciptakan perbuatan manusia, yang baik dan yang buruk dan manusia yang berencana. Ia menyakini adanya kasab manusia dalam perbuatannya, sehingga tidak sepenuhnya manusia dalam keadaan terpaksa. 108 c. Ad- irariyah merupakan kelompok Jabariah moderat yang dibawa oleh hirar ibn „Amr dan Haf ul al-Fard. Mereka berkeyakinan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah Swt., pada hakikatnya, namun manusia yang mempergunakannya dan mereka berpendapat bahwa terjadinya suatu perbuatan karena kehendak dari dua pelaku yaitu Allah dan manusia. 109 Pada dasarnya, aliran Jabariah baik yang murni dan moderat menekankan adanya kehendak Tuhan dalam setiap perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk. Akan tetapi, kedua bentuk aliran Jabariah tersebut berbeda pada posisi dan kedudukan manusia sebagai pelaku perbuatan tersebut. Jabariah murni memberikan seluruh perbuatan manusia atas kehendak Allah Swt., yang telah diciptakan sejak azali dan manusia hanya menjalankannya saja sesuai dengan takdirnya. Sementara itu, Jabariah moderat menganggap bahwa terdapat campur tangan manusia dalam setiap perbuatannya atau manusia memiliki kasāb terhadap perbuatannya walaupun Allah telah menciptakan perbuatan manusia sejak azali.

5. Qadariah

Qadariah berasal dari kata bahasa Arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan atau kekuatan. 110 Secara terminologi, Qadariah adalah aliran yang percaya dan berpegang teguh bahwa manusia memiliki kemampuan dan kekuatan dalam berkehendak tanpa adanya intervensi kehendak Tuhan, yang dalam istilah 107 Al- Syahrast n , “Al-Milal”, h. 71. 108 Ibid., h. 73. 109 Ibid., h. 74. 110 Ma‟luf, Al-Munjid, h. 436. Inggris dikenal dengan nama free will dan free act. 111 Kemunculan paham Qadariah tidak diketahui secara pasti dalam sejarah perkembangan teologi Islam. Namun, menurut keterangan para ahli teologi Islam, paham Qadariah muncul pertama kali diperkenalkan oleh Ma‟bad al-Juhan dan żailan ad-Dim sq . Ma‟bad al-Juhan adalah seorang tabi‟i yang dapat dipercaya, namun memasuki lapangan politik dengan menentang kekuasaan Bani Umayyah. Sementara Gailan ad- Dim sq adalah seorang orator yang berasal dari Damaskus. 112 Paham Qadariah yang dibawa oleh Gailan menyatakan doktrinnya bahwa manusia berkuasa atas perbutan-perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan kehendak dan kekuasaannya sendiri, begitu pula manusia sendiri yang menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kehendak dan kekuasaannya. 113 Kemunculan paham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat Islam ketika itu. Ada beberapa hal yang mnyebabkan terjadinya reaksi keras terhadap paham Qadariah. Pertama, karena masyarakat Arab dipengaruhi oleh sikap fatalis disebabkan kondisi daerah Arab dan juga berkembangnya penganut aliran Jabariah. Kedua, karena tantangan dari para pejabat pemerintahan yang menganut paham Jabariah, sehingga mereka takut paham Qadariah mampu membangkitkan kesadaran sikap kritis rakyat dan mampu mengkritik kebijakan-kebijakan dari pemerintah. 114 Doktrin Qadariah yang menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri, yang memposisikan manusia sebagai pemilik kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, walaupun perbuatan itu baik dan jahat. Oleh sebab itu, menurut Qadariah bahwa manusia berhak mendapatkan pahala dari perbuatan baik yang dilakukannya, dan manusia juga berhak memperoleh hukuman dari perbuatan jahat yang dilakukannya. Paham Qadariah berpendapat bahwa manusia diberi ganjaran terhadap perbuatannya dengan siksa neraka dan nikmat surga, karena pilihan 111 Hery Agustyn Walfson, The Philosophy of The Kalam London: Harvard University Press, 1976, h. 619. Lihat juga Nasution, Teologi, h. 31. 112 Amin, Fajr, h. 284. 113 Al- żur b , Tārīkh, h. 201. Lihat Nasution, Teologi, h. 31. 114 Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 90. pribadinya bukan karena takdir Tuhan, karena tidak adil bagi manusia, apabila manusia menerima siksa disebabkan bukan kehendak dan keinginannya tetapi karena takdir Allah. Paham takdir dalam pandangan Qadariah bukan dalam pengertian yang umum dipakai oleh bangsa Arab pada saat itu, yaitu paham yang mengatakan takdir adalah penentuan nasib manusia yang telah ditentukan Allah terlebih dahulu. Paham Qadariah menganggap takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya berlaku untuk alam semesta beserta isinya sejak azali yaitu hukum yang ada dalam istilah Alquran yaitu sunnatullāh. 115 Sesungguhnya, secara ilmiah manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat sesuatu, kecuali mengikuti hukum alam, misalnya, manusia tidak ditakdirkan Allah memiliki sirip seperti ikan sehingga dapat berenang dilautan bebas. Namun, Allah menakdirkan manusia memiliki anggota tubuh yang dapat difungsikan manusia dengan daya fikir dan berlatih, sehingga manusia dapat berenang seperti ikan. 116 Kemampuan berpikir tersebutlah yang ditakdirkan Allah kepada manusia, sehingga manusia dapat memilih dan melakukan perbuatan baik dan buruk. Pemahaman Qadariah tersebutlah yang membawa pada paham tidak ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia kepada kehendak Tuhan, dan doktrin-doktrin tersebut disandarkan kelompok Qadariah pada Alquran surat al-Kahf18 ayat 29, Ᾱli „Imr n3 ayat 165, ar-Ra‟d13 ayat 11 dan an- Nis ‟4 ayat 111.

6. Mu‟tazilah