2. Murjiah
Nama Murjiah muncul pada abad ke 1 H 7 M, istilah Murjiah tersebut secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu
irjā‟ atau arjāa yang berarti penundaan, penangguhan dan pengharapan. Maksud dari kata
arjāa mengandung arti memberi pengharapan yaitu kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah Swt. Jadi, secara terminologi Murjiah berarti orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yaitu
„Al dan Mu„ w yah, serta setiap pasukannya hingga hari kiamat kelak.
78
Kelompok ini muncul di tengah-tengah memuncaknya perdebatan mengenai pelaku dosa besar yang dianggap beriman atau kafir. Pada saat itu,
pertentangan pendapat semakin memuncak di kalangan umat Islam, setelah terjadinya
tahkīm, dan masalah yang diperdebatkan tidak hanya masalah penetapan hukum pelaku
tahkīm, tetapi masuk kepada persoalan pelaku dosa besar. Munculnya aliran Murjiah sebagai kelompok yang menempuh pola
menangguhkan persoalan al- irjā‟ terhadap pelaku dosa besar, merupakan suatu
sikap yang ditempuh oleh sebagian kelompok sahabat. Mereka menetapkan bahwa pelaku dosa besar ditangguhkan atau ditunda kasusnya dan diserahkan kepada
Allah Yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi. Mereka menahan diri dari perbincangan pertentangan politik karena dasar pertentangannya adalah
hukum kafir yang dijatuhkan oleh kelompok Khawarij terhadap semua orang yang berbeda pendapat dengan mereka.
79
Berkaitan dengan pemahaman teologi Murjiah, Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokok kelompok Murjiah, yaitu:
a. Menunda hukuman atas „Al , Mu„ w yah, Ab M sa al-Asy„ari dan„Amr
bin A yang terlibat tahkīm sampai pada hari akhirat dan diserahkan
kepada Allah Swt. b.
Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang Mukmin yang melakukan dosa besar.
c. Meletakkan dasar penting dalam akidah Islam bahwa iman lebih utama
daripada amal.
78
Cyril Glasse, The Concise Encyclopedia of Islam London: Staceny International, 1989, h. 288-289.
79
Zahrah, “T r kh”, h. 145.
d. memberikan pengharapan kepada Muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah Swt.
80
Sementara itu, Im m Mu ammad Ab Zahrah menyebutkan tiga ajaran pokok kelompok Murjiah yaitu:
a. Pelaku dosa besar akan ditunda atau ditangguhkan hingga hari kiamat dan
Allah yang memutuskan perkara tersebut. b.
Iman adalah dasar pokok agama, dan dosa tidak membahayakan iman. Mereka mengatakan bahwa iman adalah pengakuan, pembenaran, dan
pengetahuan kepada Allah dan Rasul-Nya. c.
Setiap dosa akan diampuni oleh Allah selama masih ada iman dalam hati. Allah mengampuni semua dosa selain kekafiran, sehingga perbuatan
maksiat tidak dapat merusak keimanan, sebagaimana perbuatan taat tidak membantu kekafiran.
81
Pada perkembangan selanjutnya, kelompok Murjiah terbagi menjadi beberapa sekte-sekte. Ada perbedaan dalam pengklasifikasian sekte-sekte
Murjiah. Menurut al- Syahrast n menyebutkan sekte Murjiah yaitu Murjiah
Khawarij, Murjiah Qadariah, Murjiah Jabariah, dan Murjiah Murni.
82
Sementara itu, menurut Mu
ammad Im rah menyebutkan Murjiah terbagi menjadi 12 sekte yaitu:
a. Al-Jahmiyah pengikut dari Jahm bin afw n
b. A - ahilīyah pengikut dari Ab M sa a - ahil
c. Al-Yūnusiyah pengikut dari Y nus as-Sam ri
d. Asy-Syamriayah pengikut dari Ab Samr dan Y nus
e. Al-Gailaniyah pengikut dari Ab Marw n al-Gailan
f. An-Najariyah pengikut dari Al-Husain bin Mu ammad an-Nijr
g. Al-Hanāfiyah pengikut dari Ab Han fah an-Nu‟m n
h. Asy-Syabibiyah pengikut dari Mu ammad bin Syabib
i. Al-Muā iyah pengikut dari Mu a - awmi
j. Al-Mūrīsīyah pengikut dari Basr al-M r s
k. Al-Karamiyah pengikut dari Mu ammad bin Karam as-Sijist n .
83
Secara general, Murjiah dibagi menjadi dua tipe yaitu Murjiah moderat dan Murjiah ekstrim. Golongan Murjiah moderat berpandangan bahwa seorang
Muslim yang berdosa besar tetap Mukmin, bukan kafir dan tidak pula kekal dalam neraka. Mereka akan disiksa di dalam neraka sebesar dosanya yang dilakukannya
80
Nasution, Teologi, h. 22.
81
Zahrah, “T r kh”, h. 145-147.
82
Al- Syahrast n , “Al-Milal”, h. 175.
83
Mu ammad „Im rah, Ma„ālim al-Manhaj al-Islāmī ẒBeirut: D r al- ur q,1991ẓ, h. 33-
34.
dan ada kemungkinan bahwa Allah Swt., akan mengampuni dosanya sehingga tidak akan masuk ke dalam neraka sama sekali. Hal ini karena iman yang ada
dalam hati seorang Mukmin tersebut. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan Rasul-rasulnya serta yang datang darinya secara keseluruhan, tetapi secara
garis besar, iman tidak bertambah dan berkurang.
84
Berdasarkan tolak ukur tersebut, sejumlah besar tokoh Muslim digolongkan menjadi Murjiah di antaranya Ab Han fah, Al-Hasan ibn
Mu ammad ibn „Al ibn Ab lib, Sa„ d ibn Jubair, „Amr ibn Murrah, Mu rib
ibn a‟r, Muq til ibn Sulaim n, Him d ibn Ab Sulaim n dan Qadid ibn Ja‟far.
Mereka adalah para imam dalam bidang Hadis yang tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar, tidak pula menyatakan bahwa mereka akan kekal di neraka.
85
Kelompok Murjiah ekstrim adalah al-Jahmiyah, a - ahilīyah, al-Yūnusiyah, al-
Ubaidiyah dan al-Hasaniyah. Pandangan kelompok tersebut, sebagai berikut: a.
Jahmiyah, kelompok Jahm bin afw n dan para pengikutnya
berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan tidak menjadi kafir karena iman
dan kufur tempatnya di dalam hati, bukan bagian lain dalam tubuh manusia.
b. ahilīyah, kelompok Ab M sa a - ahil berpendapat bahwa iman adalah
mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Salat bukan merupakan ibadah kepada Allah Swt., karena yang disebut ibadah adalah
iman kepada-Nya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan
dan tidak merupakan ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah hanyalah iman.
c. Yūnusiyah dan Ubaidiyah, kelompok ini melontarkan pernyataan bahwa
melakukan maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidak merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat
yang dikerjakan tidak merugikan bagi yang bersangkutan.
d. Hasaniyah, kelompok ini menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan,
“saya tahu Allah melarang memakan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”. Orang tersebut tetap
Mukmin dan bukan kafir. Selanjutnya, begitu juga orang yang mengatakan bahwa, “Saya tahu Tuhan mewajibkan untuk pergi naik haji ke Ka‟bah,
tetapi saya tidak tahu apakah Ka‟bah itu berada di India atau berada di tempat lain”.
86
84
Nasution, Teologi, h. 22.
85
Zahrah, “T r kh”, h. 147.
86
Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 75.
Para ulama membagi penganut Murjiah ke dalam dua golongan, pertama adalah Murjiah al-Sunnah yaitu yang berpendapat bahwa pendosa akan disiksa
sesuai dengan ukuran dosanya dan tidak kekal di neraka. Bisa saja Allah memaafkan dan menaunginya dengan rahmat-Nya, sehingga tidak disiksa sama
sekali dan itu merupakan karunia Allah Swt., yang diberikan-Nya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya Allah memiliki karunia yang Maha Besar, yang
termasuk dalam kelompok ini adalah ulama fikih dan Hadis. Kelompok kedua adalah Murjiah al-
Bid„ah yaitu yang secara khusus memakai nama Murjiah di kalangan mayoritas umat Islam dengan tujuan memanfaatkan doktrin Murjiah
untuk berbuat dengan sesuka hati. Merekalah yang dikenal kelompok ekstrim dan yang pantas menerima penilaian buruk dari umat Islam.
87
3. Syi„ah