Maturidiah Pemikiran Ahmad Hasan Bandung tentang teologi Islam - Repository UIN Sumatera Utara

selanjutnya, istilah ahl as-Sunnah wa al- Jama„ah berkembang luas di kalangan umat Islam di penjuru dunia, yang istilah tersebut dikenal juga dengan Sunni. Sejak saat itu, al- Asy„ari menegakkan pemahaman tentang ahl as-Sunnah wa al- Jama„ah, dengan berpedoman dengan Alquran dan Sunnah serta menggabungkannya dengan pertimbangan akal dan pikiran. Adapun doktrin ajaran Asy„ariah adalah Allah memiliki sifat-sifat, manusia mengetahui perbuatan baik dan buruk karena adanya wahyu, kadimnya Alquran, Allah dapat dilihat di akhirat kelak, perbuatan Allah dan manusia, serta mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik. 144

9. Maturidiah

Paham Maturidiah, muncul dan berkembang di Samarkand pada pertengahan abad ke 3 H, yang dibawa oleh Ab Man r al-Maturidi w. 333 H. Paham al-Maturidiah yang berkembang di Bukhara dibawa oleh al-Bazdawi. Sama dengan al- Asy„ariah, aliran ini juga menggunakan Alquran dan Sunnah sebagai argumen dalam pemikiran kalam mereka. Aliran Maturidiah dikelompokkan juga ke dalam golongan ahl as-Sunnah wa al- Jama„ahṬ 145 Ab Man r al-Maturidi dan Ab al-Hasan al-Asy„ari hidup dalam satu masa. Keduanya memperjuangkan tujuan yang sama, hanya saja Ab al-Hasan al- Asy„ari lebih dekat dengan lawan, karena ia berdomisili di Bashrah, tempat domisili pertumbuhan Mu‟tazilah. Adapun Abu Man r al-Maturidi berada di tempat yang jauh dari pusat perselisihan. Walaupun demikian, gaung perselisihan itu bergema juga di kawasan tempat ia berada, karena kaum Mu‟tazilah yang senantiasa mengumandangkan dan menyebarkan pemikiran-pemikiran paham Mu‟tazilah. Pada dasarnya, persamaan lawan yang dihadapi al-Maturidi dan al- Asy„ari, maka kesimpulan-kesimpulan pemikiran mereka hampir berdekatan. 146 Pemikiran al-Maturidi yang sejalan dengan al- Asy„ari adalah tentang sifat Allah, kadimnya Alquran, dan keimanan orang yang berbuat dosa besar. 144 Rozak dan Anwar, Ilmu, h. 147-150. 145 Afrizal M., Ibn Rusyd Tujuh Perdebatan Utama dalam Persoalan Teologi Islam Jakarta: Erlangga, 2006, h. 36. 146 Zahrah, “T r kh”, h. 210. Sebaliknya, pemikiran al-Maturidi tentang al- wa‟d wa al-wa‟īd, persoalan kasab, dan keadilan Tuhan memiliki kesamaan dengan paham Mu‟tazilah. Berbeda dengan al-Maturidi, al-Bazdawi membawa paham yang dekat dengan al- Asy„ari, terutama tentang mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan buruk. Menurutnya, akal hanya mampu mengetahui Tuhan, sedangkan kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan buruk, serta mengetahui wajibnya melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk hanya diketahui oleh wahyu. 147 Pada prinsipnya, al- Maturidi berpegang kepada keputusan akal pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara‟. Sementara itu, apabila masalah tersebut bertentangan dengan syara‟, maka akal harus tunduk dan patuh kepada keputusan syara‟. Selanjutnya, aliran Maturidiah berkembang menjadi dua kelompok, yakni Maturidiah Samarkand dan Maturidiah Bukhara. Demikianlah paham teologis klasik dalam sejarah umat Islam, yang diwarnai dengan perbedaan-perbedaan. Aliran-aliran tersebut ada yang menggunakan akal dan wahyu, dan ada yang hanya menggunakan wahyu saja dalam menyelesaikan persoalan-persoalan teologis. Pada hakikatnya semua aliran kalam atau paham teologi Islam tetap menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai pedoman ajaran Islam. Sesungguhnya, mereka hanya berbeda dalam memahami Alquran dan Sunnah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan kalam, dan hal yang terpenting, mereka tidak melepaskan fungsi wahyu sebagai sumber ajaran Islam.

D. Kajian Teologi Islam

Persoalan kalam yang pertama kali muncul dalam teologi Islam adalah tentang orang yang kafir dan bukan kafir. Selanjutnya, permasalahan ini berkembang menjadi permasalahan iman dan kufur, sehingga pedebatan terus berlanjut pada masalah perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Persoalan kalam lain yang menjadi pedebatan antara aliran kalam yang berawal dari persoalan perbuatan Tuhan adalah tentang sifat-sifat Allah, kalam Allah, kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan. 147 Nasution, Teologi, h. 92. Persoalan kalam tidak hanya terkait dengan permasalah tentang Tuhan, melainkan juga terkait dengan permasalahan utusan Allah yang meliputi