Semiotik John Fiske Landasan Teori .1 Iklan Televisi

tenatng tanda yang ebrbeda, cara tanda-tanda yang erbbeda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. Kedua , kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikemangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. Ketiga, kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Studi ini bergantung pada penggnaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri Fiske, 2006:61.

2.1.11 Semiotik John Fiske

Menurut John Fiske, pokok perhatian tentang studi semiotika ialah tentang tanda. Semiotika membahas tiga elemen atau bidang studi yang sama, antara lain: 1. Sign atau tanda Tanda ialah konstruksi manudaia dan hanya bisa dipahami dalam artian manisia yang menggunakannya. Pada wilayah ini akan dipelajari tentang macam-macam tanda. Cara seseorang dalam memproduksi tanda, macam-macam makna yang terkandung didalamnya dan juga bagaimana mereka saling terhubung dengan orang-orang yang menggunakannya. 2. Codesi atau kode Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Studi tentang system yang terdiri dari berbagai macam tanda yang terorganisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya untuk mengekploitasi media komunikasi yang sesuai dengan transmisi pesan mereka. 3. Budaya Lingkungan dimana tanda dank ode itu berada. Kode dan lambing tersebut segala sesuatunya tidak apat lepas dari latar belakang budaya dimana tanda dan lambing itu digunakan. Menurut John Fiske dalam Introduction to Communication Studies Fiske, 2006 : 69 komunikasi merupakan aktivitas manusia yang lebih lama dikenal namun hanya sedikit orang yang memahaminya. Dalam mempelajari komunikasi kita dapat membaginya dalam dua perspektif, yaitu : segi proses, serta sisi produk dan pertukaran makana. Berkaitan dengan penelitian iini, maka peneliti hanya akan menggunakan perspektif yang kedua, yaitu dari sisi produksi dan pertukaran makna. Perspektif produksi dan pertukaran makana memfokuskan bahasannya pada bagaimana sebuah pesan ataupun teks berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya untuk dapat menghasilakan sebuah makan. Hal ini berhubungan dengan peranan teks tersebut dalam budaya kita. Perspektif ini seringakali menimbulkan kegagalan berkomunikasi karena pemahaman yang berbeda antara pengirim pesan dan penerima pesan. Meskipun demikian, yang ingin dicapai adalah signifikasinya dan bukan kejelasan sebuah pesan yang disampaikan. Untuk itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks iklan dan budaya ini danamakan pendekatan semiotik. Definisi semiotik yang umum a dalah studi mengenai tanda-tanda. S tudi ini tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda tersebut. Bentuk-bentuk tanda disini antara lain berupa kata-kata, gambar images, suara, gerak tubuh dan objek. Bila kita mempelajari tanda yang satu dengan tanda-tanda yang lain membentuk sebuah system, dan kemudian dibuat system tanda. Lebih sederhananya semiotic mempelajari bagaimana system tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske, konsentrasi semiotic adalah pada hubungan yang timbulantara sebuah tanda dan makna yang terkandung di dalamnya, juga bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode. Menurut James Monaco, seseorang ahli yang lebih berafiliasi dengan gramatika tata bahasa mengatakan bahwa film iklan tidak mempunyai gramatika film has no grammar. Untuk itu ia menawarkan kritik bahwa teknik yang digunakan dalam film iklan dan gramatika pada sifat kebahasaannya adalah tidak sama. Akan sangat beresiko apabila memaksa dengan menggunakan kajian linguistic untuk menganalisa sebuah film iklan, karena film iklan terdiri dari kode-kode yang beraneka ragam. Menurut Daniel Chancler 2002 , model linguistic seringakali mengarahkan unit analisi media audio visual pada analogi- analogi linguistik. Pada semiotika film iklan, model ini menggeneralisasikan secara kasar bahwa dalil-dalil dalam film iklan sama dengan bahasa tulis, seperti : frame sebagai morfem atau kata, shot sebagai kalimat, scene sebagai paragraph, dan sequence sebagai bab. Penerapan Semiotik pada iklan televise, berarti kita harus memperhatikan aspek medium televise yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut pandang ini jenis ambilan kamera selanjutnya disebut shot saja dan krja kamera camera work. Dengan cara ini, peneliti bisa memahami shot apa saja yang muncul dan bagaimana maknanya. Misalnya, close-up CU shot berarti pengambilan kamera dari leher ke atas atau menekankan bagian wajah, makna dari CU shot adalah keintiman dan sebagainya. Selain shot, yang terdapat pada camera work atau kerja yaitu bagaimana gerak kamera terhadap objek, misalnya panning-up atau pan-up yaitu gerak kamera mendingak pada poros horizontal. Pan-up berarti kamera melihat ke atas, dan ini bermakna adanya otoritas atau kekuasaan pada objek yang diambil Berger, 1987 : 37. Lebih jauh yang harus diperhatikan tidak hanya shot dan camera work tetapi juga suara. Suara meliputi sound effect dan music. Televisi sebagai media audio visual tidak hanya mengandung unsure visual, namun juga suara, karena suara merupakan aspek kenyataan hidup. Suara yang keras, menghentak, lemah, memliki makna yang berbesa-beda. Setiap suara mengekspresikan sesuatu yang unik Sumarno, 1996:71. Diasumsikan pembuatan iklan televise sama dengan pembuatan film ccerita. Analisi semiotik yang dilakukan pada cinema atau film layar lebar menurut John Fiske disetarakan dengan analisa film iklan yang ditayangkan di televisi. Sehinggga yang dilakukan pada iklan kopi Nescafe Classic versi Rasa Lebih Hitam, menurut John Fiske dibagi menjadi tiga level, yaitu:

1. Level Realitas

Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian, dan make up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, peerilaku, ucapan, gerak tubuh gesture, ekspresi, suara, dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronika melalui kode- kode teknis. Kode-kode social yang merupakan realitas yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat berupa : a. Penampilan Penampilan, kostum, dan make-up yang digunakan oleh tokoh di iklan kopi Nescafe Classic versi Rasa Lebih. Dalam penelitian ini tokoh yang menjadi objek penelitian adalah beberapa orang pria atau laki-laki. Bagaimana pakaian dan tata rias yang digunakan, serta apakah kostum dan make-up yang ditampilkan tersebut memberikan signifaksi tertentu menurut kode sosial dan kultural. b. Lingkungan Lingkungan atau setting yang ditampilkan dari cerita masing-masing tokoh tersebut, bagaimana symbol-simbol yang ditonjolkan serta fungsi dan makna didalamnya. Setting mengacu kepada tempat di mana sebuah aksi film berlangsung. Tempat- tempat yang dipilih sifatnya beragam, bisa jadi tempat yang ditayangkan merupakan imaginary places bersifat khayalan ataupun nyata. Fungsi utama dari setting adalah untuk membangun tempat dan waktu, untuk mengenalkan ide dan tema, dan untuk menciptakan mood Prammagiore, 2005 : 62. c. Gesture Gesture atau gerak tubuh, apa makna dari gerak tubuh dari masing-masing tokoh iklan tersebut 2. Level Representasi Meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, music, dan suara, yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi yang bersifat konvensional. Bentuk-bentuk representasi yang bersifat konvensional. Bentuk-bentuk representasi dapat berupa cerita, konflik, karakter, action, dialog, setting, casting, dan sebagainya. Level Representasi meliputi : a Teknik Kamera, Teknik-teknik kamera diuraikan sebagai berikut : 1 Camerawork Penggunaan kamera dalam pembuatan film iklan tidak saja berfungsi untuk menangkap gambar, akan tetapi hasil dari tangkapan kamera dapat menciptakan makna. Unsur-unsur yang difungsikan dalam penggunaan kamera adalh sebagai berikut: a Scene Naratif yang lengkap dalam sebuah film iklan, temasuk awal, pertengahan hingga akhir film. Biasanya scene adalah sebuah rangkaian yang dibedakan melalui waktu dan setting Pramaggiore, 2005 : 103. b Take Istilah penggunaan kamera yang digunakan dalam sebuah produksi film yang menandai kapan sebuah rangkaian frame yang berisi gambar bergerak. Pembuat film biasanya melakukan beberapa kali take untuk sebuah scene dan kemudian film editor akan memilih salah satu take yang terbaik untuk dipergunakan Pramaggiore, 2005 : 104. 2 Shot, Beberapa jenis Shot gambar meliputi : a Eye-level shot Pengambilan gambar yang dilakukan dari jarak kamera 5’ hingga 6’ dari dasar ground. Teknik ini menggambarkan figure pameran sebelum melakukan action Pramaggiore, 2005 : 109. b High-angel shot Shot yang diambil pada posisi kamera berada di atas atau lebih tinggi daripada subjek, sehingga penonton melihat kea rah bawah dan juga berfungsi memperkecil tampilan subjek Pramaggiore, 2005 : 110. c Low-angle shot Pengambilan gambar dengan menempatkan kamera diposisi lebih rendah dari pada subjek. Biasanya menjadikan subjek menjadi lebih besar Pramaggiore, 2005 : 110. d Zoom shot Teknik memindahkan lensa dari wide-angel position menuju telephoto position, yang menghasilkan pembesaran objek dalam frame, dan menjaga objek dalam focus, biasa desebut zoom in. Sedangkan kebalikannya adalah zoom out, yaitu teknik untuk memindahkan lensa dari telephoto position menuju wide-angel position, sehingga objek yang besar menjadi lebih kecil dalam frame tetapi tetap dalam fokus. e Long Shot Shot yang menghasilkan gambar dimana objek menjadi berukuran kecil atau hamper sama tinggi dengan layar. Teknik ini sangat dapat menampilkan pergerakan yang dilakukan objek tanpa harus berganti tampilan Pramaggiore, 2005 : 112. f Medium Long Shot Shot yang menampilkan objek figure manusia lutut kaki ke atas Pramaggiore, 2005:112. g Extreme Long Shot Pengambilan framing dimana skala dari objek diperlihatkan sangat kecil; gedung, landscape atau kerumunan orang akan mengisi layar. Dapat juga berfungsi sebagai establishing shot yaitu berguna untuk mengenalkan environment setting. h Medium Shot Pengambilan gambar yang menampilkan objek atau figure manusia dari bagian bahu ke atas Pramaggiore, 2005 : 112. i Close Up Shot yang menghasilkan gambar objek menjadi besar dan memnuhi frame dan dekat dengan tubuh objek seperti dada, wajah, kaki, ataupun tangan Pramaggiore, 2005 : 104 j Medium Close Up Shot yang diambil dari bagian dada manusia hingga ke atas Pramaggiore, 2005 :113 k Extreme Close Up Pengambilan shot dengan skala objek yang ditunjukkan amat besar dan berfokus pada bagian tubuh tertentu 3 Sedangkan untuk teknik pergerakan kamera camera movement antara lain : a. Pan Pergerakan kamera ke kanan dan kekiri dalam pengambilan gambar. Pan berfungsi untuk menghubungkan dua tempat atau karakter dan menimbulkan kesadaran penonton pada hubungan antara keduanya Pramaggiore, 2005 :116. b. Swish pan Pergeseran kamera yang dilakukan secara cepat sehingga menghasilkan gambar buram pada beberapa bagian gambar Pramaggiore, 2005 :116. c. Tilt Pergerakan kamera pada pengambilan gambar mengayun kea rah atas atau ke bawah dengan tumpuan yang kuat Pramaggiore, 2005: 116. d. Tracking shot Pergerakan kamera yang menghasilkan tampilan bergerak maju, mundur atau menyamping. Tracking shot mengikuti pergerakan karakter secara utuh sehingga seolah-olah penonton ikut bergerak bersama karakter Pramaggiore, 2005 :117. e. Follow shot Pengambilan gambar dengan kamera bergerak berputar untuk mengikuti pameran dalam adegan Effendy,2002 :138 b Teknik editing Editing merupakan proses pemilihan potongan film yang telah dihasilkan dan digunakan sehingga membentuk urutan kesatuan cerita yang koheran. Beberapa teknik editing yaitu : 1 Cut Transisi instan dari suatu gambar ke gambar lainnya. Menunjukkan bahwa tidak ada jeda waktu. 2 Cut back Mengubah gambar dalam film iklan secara cepat dari adegan saat ini ke adegan lain yang telah dilihat sebelumnya. Pemotongan ini dilakukan tanpa adanya transisi. 3 Cut to.... Secara cepat mengubah gambar dalam film iklan dari adegan masa kini ke adegan lainnya, tanpa adanya transisi Effendy, 2002:133. 4 Jump cut Melakukan pemotongan dari suatu pengambilan gambar ke gambar lainnya pa dasebuah film iklan tanapa adanay penyesuaian Effendy, 2002:140. Biasanya cut ini bertujuan membuat adegan dramatis. c Pencahayaan Lighting Merupakan kebutuhan yang bersifat dalam pembuatan sebuah film iklan. Tanpa adanya cahaya yang masuk ke lensa kamera, maka tidak akan ada gambar yang terekam ke dalamnya. Lighting memiliki kemampuan menrangi bagian set dan aktor, pencahayaan juga bisa didesain sedemikian rupa untuk membentuk mood dan efek tertentu. Pencahayaan berfungsi untuk menimbulkan pengertian penonton terhadap sebuah karakter, memberikan perhatian terhadap action tertentu, mengembangkan tema dan juga membantu mood. Beberapa jenis Lighting yang bisa dipergunakan dalm pembuatan film iklan adalah sebagai berikut : 1. Three-point lighting Sebuah sistem pencahayaan efisien yang digunakan untuk pembuatan film iklan. Three-Point Lighting terdiri atas 3 pencahayaan, yaitu key-light, fill-light dan back-light. Pada set up standar pencahayaan, key-light berfungsi menerangi subjek dari adegan, biasanya diletakkan tepat disebelah kanan atau kiri kamera, kira-kira 45º dari poros kamera. Fill-light berfungsi menghilangkan bayangan yang dihasilkan dari terpaan key-light, sedangkan back-light berfungsi untuk memisahkan antara subjek dengan latar belakang yang digunakan Pramaggiore, 2005:79. 2. High-key lighting Jenis pencahayaan dimana fungsi fill-light hampir menyamai level key-light. Gambar yang dihasilkan menjadi sangat terang dan hanya menghasilkan sedikit bayangan dari subyek adegan. Biasanya digunakan dalam adegan yang menggambarkan keceriaan dan komedi Pramaggiore, 2005:81. 3. Natural-key lighting Pada sistem pencahayaan ini, key-light sedikit banyak digunakan lebih terang dibandingkan fill-light sehingga fill- light tidak perlu menghilangkan bayangan. Gambar yang dihasilkan menjadi lebih ceria dibandingkan high key-light. Biasanya digunakan untuk pengambilan gambar diluar ruangan Pramaggiore, 2005:81. 4. Low-key lighting Pencahayaan denagn menggunakan fill-light yang sangat sedikit, sehingga menghasilkan kontras yang sangat kuat anatar bagian gambar yang paling terang dan yang gelap. Biasanya digunakan untuk film yang bertema menegangkan atau film noir Pramaggiore, 2005:81. d Sound Mempunyai fungsi integral dalam perannya untuk turut mengkonstruksi gambar-gamabr sistematis. Suara atau sound memegang peranan yang kritis dalam menjelaskan bagaimana pemirsa bereaksi ketika menyaksiskan iamge atau gambar di layar. Oleh sebab itu, pendalaman tentang bagaimana berpikir, berbicara dan menulis tentang sound menggunakna bahasa analisis yang konkrit diperlukan dalam pemaknaan sebuah film iklan. 1 Direct sound Suara yang direkam dalam set, dalam lokasi, jika dalma film dokumenter direkam dalam kejadian yang sesungguhnya Pramaggiore, 2005:207. 2 Looping Sebuah teknik yang digunakan untuk merekam dialog, menggunakan mesin yang difungsikan merekam maju dan mundur Pramaggiore, 2005:207. 3 Offscreen space Suara yang datang dari sember asli berada dalam lingkup ruang dalam sebuah scene tetapi tidak terlihat. Seperti dalam shotreverse-shot ketika karakter mendengarkan suara lawan bicaranya. Karakter tersebut terlihat, tetapi suara lawan bicaranya hanya terdengar Pramaggiore, 2005:209. 4 Diegetic non-diegetic Diegetic membantu penempatan musik atau sound effect yang dipresentasikan secara langsung dalam dunia di dalam film iklan, sedangkan non Diegetic suara berasal dari dunia di luar film iklan Pramaggiore, 2005:210. 5 Voice over Apabila suara yang biasanya berasal dari karakter film, terdengar ketika pemirsa melihat image dalam ruang dan waktu yang pada saat tersebut sebenarnya karakter tersebut tidak berbicara disebut voice over. Suara karakter terdengar, tetapi sebenarnya berada di tempat lain Pramaggiore, 2005:218. 6 Music Hampir semua film naratif menambahkan unsur musik untuk menarik perhatian penontonnya, walau begitu musik juga mampu memanipulasi kenyataan dengan cara tertentu Pramaggiore, 2005:226.

3. Level Ideologi

Level ini diorganisasikan ke dalam kesatuan coherence dan penerimaan sosial social acceptability seperti individualisme, kelas patriarki, pluralisme, umur, ras dan sebagaianya.

2.1.12 Komunikasi non Verbal

Dokumen yang terkait

REPRESENTASI LAKI-­LAKI DALAM IKLAN DI TELEVISI(Studi Semiotik pada Iklan L­Men dan Gatsby Body Lotions)

0 16 3

REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN PRODUKPERAWATAN TUBUH UNTUK LAKI-LAKI REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN PRODUK PERAWATAN TUBUH UNTUK LAKI-LAKI.

0 2 15

REPRESENTASI LAKI-LAKI METROSEKSUAL DALAM IKLAN VASELINE MEN FACE MOISTURIZER.

0 0 2

REPRESENTASI LAKI – LAKI PADA IKLAN PRODUK KECANTIKAN NATASHA VERSI KULIT KERIPUT (Representasi Model Laki – laki Pada Iklan Natasha Versi “kulit keriput”).

2 5 76

“PEMAKNAAN IKLAN EXTRA JOSS VERSI LAKI DI TELEVISI” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Iklan Extra Joss Versi Laki di Media Televisi).

1 7 96

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN PRODUK LAKI-LAKI (Studi Semiotik Mengenai Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Axe Deodorant Bodyspray versi ”Harga Minim” di Media Televisi).

2 8 86

KATA PENGANTAR - REPRESENTASI STEREOTIP LAKI-LAKI PADA IKLAN TELEVISI. (Studi Semiotik Representasi Stereotip Laki-laki pada Iklan Nescafe Classic rasa Lebih Hitam di Televisi)

0 0 18

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN PRODUK LAKI-LAKI (Studi Semiotik Mengenai Representasi Citra Perempuan Dalam Iklan Axe Deodorant Bodyspray versi ”Harga Minim” di Media Televisi)

0 0 19

STEREOTIP LAKI-LAKI PADA IKLAN TELEVISI PARFUM AXE TERHADAP MASKULINITAS PRIA METROSEKSUAL (Analisis Semiotika Iklan Parfum Axe Versi “Dark & Gold Temptation”) - Unika Repository

0 0 13

STEREOTIP LAKI-LAKI PADA IKLAN TELEVISI PARFUM AXE TERHADAP MASKULINITAS PRIA METROSEKSUAL (Analisis Semiotika Iklan Parfum Axe Versi “Dark & Gold Temptation”) - Unika Repository

0 0 9