sesuatu dengan cara yang sudah dipengaruhi oleh budaya dimana kita tinggal.
Stereotip mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul
sewajarnya dengan orang-orang lain yang dikenai prasangka itu. Biasanya, stereotip terbentuk padanya berdasarkan keterangan-keterangan yang
kurang lengkap dan subjektif Genigan, 2004:181. Gambaran stereotip tidak mudah berubah serta cenderung unutk dipertahankan olehorang
berprasangka. Meskipun demikian, stereotip dan atau prasangka sosial dapat pula berubah, yaitu dengan usaha-usaha intensif secar langsung atau
karena perubahan keadaan masyarakat pada umumnya, misalnya karena peprangan dan revolusi Genigan, 2004:182.
2.1.5 Stereotip Laki-laki
Salah satu kebutuhan pokok manusia ialah kebutuhan untuk melambangkan atau menyimbolkan dalam membedakan manusia yang
satu dengan lainnya. Konsep ini mengacu pada pengertian bahwa segala bentuk sikap dan pandangan tentang karakteristik dan kemampuan
manusia bisa disimbolkan dari apa yang mereka gunakan. Dalam hal ini laki-laki atau pria, bisa disimbolkan dengan bentuk fisiknya maupun
tingkah laku atau perilakunya. Seorang pria bisa disimbolkan atau dipotret dengan ciri maskulin, jantan, gagah, mandiri, kuat, keras, dll. Beberapa
bentuk simbol atau tanda laki-laki yang secara tradisional ialah seorang
yang berbeda bentuk fisiknya dalam hal ini berzakun, dan mempunyai zakar dengan yang lain serta berkarakteristik secara sempurna bijak,
kuat, tangguh, jantan, dewasa. Laki-laki, beruntung atau tidak, selalu menempati posisi lebih tinggi dari perempuan dipandang dari budaya dan
agama apapun dan dari manapun. Laki-laki secara tradisional distereotipkan sebagai sesorang
berkemampuan dan berkepribadian yang macho, jantan, bertanggung jawab, pelindung. Namun itu semua masih belum bisa menggambarkan
laki-laki seutuhnya. Sedangkan media menggambarkan seterotip laki-laki sebagai sosok yang independen, agresif dan berkuasa, dan media juga
mengajarkan laki-laki dan pria untuk menjadi ”lelaki sejati” yang artinya menjadi berkuasa dan mempunyai kontrol Wood, 2005:262. Lelaki sejati
yang digambarkan oleh media berdasarkan perkembangan dan kebudayaan pria atau laki-alaki secara umum memiliki sifat atau karakteristik yang
maskulin, jantan, berani, macho, dll. Banyak pria atau lelaki berbondong- bondong untuk mendapatkan stereotip tersebut, hal ini tidak lain hanya
untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis yang disukainya. Seorang laki- laki harus mempunyai keunikan.
la harus berbeda dari teman- temannya yang lain. Sikap ekstrim- menentang aturan dan nilai-nilai yang berlaku di rumah, sekolah atau
masyarakat-dan sikap eksentrik, bisa membuat seorang laki-laki artikel Jadi Populer di Mata Cewek {HAI, 2621999}. Sumber :
http:www.archive.orgstreamNewsletterKunci8MaskulinitasNewsletter
_KUNCI_8_Maskulinitas_djvu.txt, diakses 4-8-2010 pukul 9.50pm.Dalam keberanian cowok atau pria atau laki-laki yang mendapat
giliran pertama, walapun ada beberapa orang perempuan atau wanita yang bisa dibilang berani. Laki-laki dianggap lebih berani dari perempuan bila
melakukan kegiatan- kegiatan keras dan cenderung menyerempet bahaya seperti panjat tebing, tinju, arung jeram, tampak lebih lazim jika dilakukan
laki-laki. Perempuan yang kegiatan olahraganya tinju dan sepak bola misalnya, akan dianggap seperti anak laki-laki dan berbeda dari
perempuan lain. Pendeknya, cowokatau laki-laki harus kelihatan berani. Dan konsep berani disini berarti siap membela dan menjaga
pasangan perempuannya, berani menjadi diri sendiri, dan berani bertanggungjawab atas apa yang sudah diperbuatnya. Semuanya adalah
sikap yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan
memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya kebenarannya.
Kode-kode kejantanan tidak berhenti pada sifat intrinsik yang melekat pada diri manusia, ia juga ikut dilekatkan pada asesoris kulit, metal, motor
besar harley davidson, dan pilihan musik tertentu. Musik rock sempat menjadi jenis musik yang identik dengan laki-laki, meskipun kemudian
banyak juga perempuan yang menggemari jenis musik ini. Namun banyak juga laki-laki atau pria yang senang akan musik-
musik jenis melankolis.Dalam hal macho, pria atau laki-laki secara
tradisional disimbolkan dengan tubuh yang berotot, atletis dan kekar. Ciri- ciri ini yang kemudian dipotret oleh media dan menjadi stereotip yang
melekat di masyarakat. Jika pada diri perempuan terdapat stereotipe bahwa bentuk tubuh ideal yang harus dikejar adalah tubuh yang kurus, tinggi,
langsing, lengkap dengan rambut lurus panjang, maka pada diri seorang laki-laki pun sebenarnya juga terdapat stereotipe bentuk tubuh tertentu
yang berlaku. Bahwa seorang laki-laki sebaiknya harus mempunyai bentuk tubuh
yang kuat, berotot, dan sehat. Ini sesuai dengan tuntutan bahwa setiap laki- laki harus mempunyai sikap mental yang jantan dan macho. Laki-laki yang
bertubuh lemah gemulai, kurus, dan lembek dianggap tidak sepenuhnya laki-laki, karena diragukan kemampuannya bisa menjaga perempuan
2.1.6 Macho