Generasi Kedua Generasi Ketiga Generasi Keempat Perkembangan Telekomukasi di Indonesia

Kemudian ponsel-ponsel yang masuk ke Indonesia juga sejalan dengan perkembangan operator-operator seluler yang telah disebutkan di atas. Kehadiran ponsel di Indonesia dimulai dari generasi kedua, sampai generasi ke empat. Berikut ulasan singkat tentang generasi ponsel tersebut :

a. Generasi Kedua

Ponsel generasi ini juga biasa disebut 2G hadir pada pertengahan 1990-an. Beroperasi pada jaringan GSM dengan menggunakan frekuensi standar 900 Mhz dan frekuensi 1800 Mhz. Pada generasi ini sinyal analog telah di ubah dengan sinyal digital.Penggunaan sinyal digital melengkapi ponsel dengan pesan suara, panggilan tunggu dan SMS.

b. Generasi Ketiga

Ponsel generasi ini juga disebut 3G, fiturnya adalah memungkinkan operator jaringan untuk memberi para pengguna ponsel ini memiliki jangkauan yang lebih luas,termasuk internet dan Video call berteknologi tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia telekomunikasi yaitu Enhance Datarates for GSM Evolution EDGE, Wideband-CDMA, dan CDMA 2000. Kelemahan dari generasi 3G ini adalah biaya yang relatif lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan karena masih barunya teknologi ini.

c. Generasi Keempat

Ponsel generasi ini juga disebut 4G. 4G merupakan sistem ponsel yang menawarkan babak baru dan solusi infrastruktur yang mengintegrasikan teknologi wireless yang telah ada termasuk wireless broadband WiBro, CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dan lain-lain. Sistem 4G berdasarkan keragaman jaringan IP, yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan beragam sistem kapan saja dan dimana saja. 4G juga memberikan penggunanya kecepatan tinggi, volume tinggi, kualitas baik, jangkauan global, dan fleksibilitas utnuk menjelajahi berbagai teknologi berbeda. Terakhir, 4G memberikan pelayanan pengiriman data cepat untuk mengakomodasi berbagai aplikasi multimedia seperti, video conferencing, game on-line, dan lainnya. www.suaramedia.com

4.3. Perkembangan Telekomukasi di Indonesia

Dalam kurun waktu delapan tahun terakhir industri telekomunikasi bergerak cepat. Ibarat jet coaster, pertumbuhan industri telekomunikasi melesat, dan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional. Betapa tidak jika pada tahun 1999 laju pertumbuhan sektor telekomunikasi masih relatif kecil dibanding pertumbuhan sektor lainnya misalnya sektor perdagangan dan manufaktur, pada tahun 2008 sektor telekomunikasi yang merupakan bagian dari teknologi informasi dan komunikasi Information, Communication and TechnologyICT ini mampu memberi kontribusi hingga 1,8 persen terhadap produk domestic bruto PDB. Menurut Kamar Dagang dan Industri Kadin Indonesia, kontribusi sektor telekomunikasi terhadap PDB terus mengalami peningkatan dan telah mencapai 1,8 persen, lebih tinggi dibanding perkiraan lembaga survei asing sekitar 1,3 persen. Harus diakui dampak multiplier industri telekomunikasi di Indonesia sangat luar biasa, karena menjadi infrastruktur penggerak seluruh sektor mulai industri telekomunikasi itu sendiri, juga mendorong sektor perdagangan, manufaktur, sektor usaha kecil sebagai penggerak ekonomi rakyat. Seiring perkembangan teknologi, layanan telekomunikasi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Jika sekitar 10 tahun lalu rata-rata seorang penduduk mengeluarkan biaya komunikasi masih relatif kecil, belakangan dengan kasat mata seorang pengguna telepon bisa menghabiskan pulsa hingga ratusa ribu rupiah. Mengutip hasil riset Sharing Vision, potensi pasar telekomunikasi kian meningkat tercermin dari hasil survei bahwa belanja komunikasi masyarakat saat ini berkisar 10-15 persen dari penghasilan per bulan. Jika merujuk data Badan Pusat Statistik pendapatan per kapita pada 2007 sebesar 1.946 dolar AS, dengan kurs Rp9.500 per dolar AS maka pendapatan rata-rata penduduk mencapai Rp18,5 juta per tahun. Dengan itu dapat dihitung bahwa belanja komunikasi masyarakat meliputi telepon tetap kabel, telepon seluler, maupun internet bisa mencapai sekitar Rp 2,7 juta per penduduktahun. Demikian halnya total belanja komunikasi seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 230 juta orang, diperkirakan bisa mencapai sekitar Rp 500 triliun setiap tahun. Belum lagi biaya pembangunan infrastruktur operator telekomunikasi yang setiap tahun dianggarkan operator telekomunikasi untuk investasi yang mencapai total sekitar Rp 60-80 triliun setiap tahun. Setiap pertumbuhan investasi satu persen di sektor ICT akan memberi dampak berantai terhadap kegiatan ekonomi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu perlu kemampuan untuk meningkatkan daya saing, terutama dalam menghadapi tantangan global dengan berpijak pada asas kemandirian dan kepastian hukum. Merujuk pada besarnya potensi ekonomi yang dapat digerakkan dan demi menangkap peluang usaha di sektor telekomunikasi maka pelaku industri di bidang ICT meningkatkan penggunaan kandungan lokal local content perangkat hingga minimal 35 persen dari saat ini yang mencapai sekitar 20-25 persen. Diharapkan peningkatan lokal industri ICT dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Persaingan sengit tahun 2008 boleh dikatakan sebagai masa yang sangat berat bagi industri telekomunikasi karena persaingan antar operator yang kian sengit. Pada tahun 2008 itu pula banyak catatan penting yang menghiasi wajah industri telekomunikasi tanah air. Registrasi data pelanggan telepon mulai diberlakukan. Penurunan tarif interkoneksi yang ditetapkan regulator mengimplikasikan penurunan tarif layanan komunikasi Pada tahun 2008, industri telekomunikasi juga dikejutkan keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU bahwa enam operator enam operator telepon seluler PT Excelcomindo Pratama Tbk XL, PT Telkomsel, PT Telkom Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mobile-8 Telecom, dan PT Smart Telecom terbukti melakukan pelanggaran persaingan usaha tidak sehat dengan melakukan kartel layanan pesan singkat SMS periode tahun 2004 sampai 1 April 2008. Memasuki tahun 2009, sebagian besar kalangan masih memperkirakan bahwa industri telekomunikasi menjadi sektor yang masih aktraktif meski dibayang-bayangi dampak krisis keuangan global. Salah satu proyek pemerintah dalam mengembangkan ICT ditanah air adalah pembangunan Palapa Ring dan Unversal Service Obligation USO yang diharapkan selesai pada tahun 2009 dan 2010. Proyek Palapa Ring merupakan proyek pembangunan jaringan serat optik nasional yang akan menjangkau 33 provinsi, 440 kotakabupaten di seluruh Indonesia. Direncanakan proyek ini akan menggunakan kabel laut sepanjang 35.280 kilometer, sedangkan kabel di daratan sejauh 21.807 km. Proyek ini bertujuan menyediakan infrastruktur telekomunikasi berkapasitas besar dan terpadu diseluruh Indonesia. Kedua proyek ini tujuannya dipastikan sangat mulia, karena menjamin membuka keterisolasian suatu daerah, hingga memberikan layanan komunikasi yang sangat handal ke depan. ANTRoike Sinaga.

4.4. Permasalahan yang terjadi pada usaha counter pulsa