Bagi Masyarakat Aceh di Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan

BAB IV PERANAN IPTR DI KOTA MEDAN

4.1 Bagi Masyarakat Aceh di Kota Medan Dalam Bidang Pendidikan

Sejak berdirinya IPTR, IPTR menjadi jembatan bagi masyarakat Aceh yang berada di Kota Medan yang ingin melanjutkan pendidikannya di Medan, dengan cara memberi informasi tentang tempat kursus ataupun sekolah yang baik dan sedang menerima murid baru.IPTR bahkan tidak jarang memberikan bimbingan-bimbingan pelajaran kepada masyarakat Aceh yang ingin melanjutkan pendidikannya di Medan. Setiap tahunnya IPTR memberikan pembekalan bagi pelajar baru yang ingin sekolah ataupun kursus. Seketariat IPTR yang berada di Amaliun memudahkan para anggota untuk berkumpul secara periodik, baik dengan tujuan pendidikan formal maupun kegiatan ekstrakurikuler. Rapat-rapat IPTR selalu diadakan di Seketariatnya, begitu pula ceramah-ceramah, sholat berjamaah, berbuka puasa bersama hingga bermain catur. Ketika meletusnya Pemberontakan Darul Islam-Tentara Islam Indonesia DITII di Aceh yang dipimpin Teungku M. Daud Beureueh 55 55 Ahmad Taufan, Hasan Tiro: Dari Imajinasi Negara Islam Ke Imajinasi Etno-Nasionalis, Jakarta : Friedrich Ebert Stiftung, 2011, hlm. 19. , banyak para anggota yang mengalami kesulitan biaya hidup karena putusnya hubungan mereka dengan para orang tuanya sehingga mereka kesulitan untuk memperoleh ongkos pemondokan dan biaya sekolah. Belum lagi anggota yang baru masuk dan sama sekali belum tahu dimana mereka akan bersekolah dan bertempat tinggal. Universitas Sumatera Utara Untuk memecahkan persoalan ini IPTR berusaha memperjuangkan biaya hidup dari pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara. Akhirnya Pada tanggal 1 Oktober 1953, bagi para anggota IPTR diberikan pinjaman pelajar yang diberikan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara. Ini berlangsung beberapa tahun, namun tidak pernah dibayar kembali oleh para anggota yang menerimanya karena pemerintah telah memutihkannya. 56 Sekitar tahun 1956, penerima pinjaman melalui IPTR lebih kurang 700 orang kemudian diseleksi lagi dan hanya tersisa 450 orang dan terakhir lebih kurang hanya 250 orang hingga terbentuknya Provinsi Aceh dan pulihnya kondisi Aceh. IPTR pada fase pertama setelah berdiri berhasil mengkonsolidasikan diri. Selain itu, kesenian-kesenian daerah telah dapat ditampilkan, bukan saja untuk Kota Medan dan sekitarnya, telah dapat pula mengirimkan duta keseniannya keluar negeri bahkan hingga ke Moskow Rusia. Pada saat itu delegasi tim kesenian langsung dipimpin oleh Zainuddin Yusuf. 57 Pada tahun 1959 ketika keadaan Aceh sudah mulai membaik, pemerintah Aceh sangat membutuhkan tenaga pengajar, maka anggota IPTR banyak yang kembali ke Aceh guna memberikan sumbangan ilmu kepada daerah asal mereka. IPTR Melaksanakan Pendataan Daerah Aceh Gagasan untuk melaksanakan study tour ke daerah Istimewa Aceh Dista sudah lama dicita-citakan oleh mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam IPTR. Tetapi rencana tersebut 56 Memutihkan disini mengandung pengertian dihapuskan tidak perlu dibayar lagi. Hal ini terjadi setelah IPTR meminta keringanan kepada pemerintah daerah Sumatera Utara agar pinjaman yang diberikan kepada para pelajar Aceh tidak perlu dibayar lagi menginggat para pelajar kesulitan untuk membayarnya. Akhirnya pemerintah Sumatera Utara menyetujuinya. 57 Panitia Ulang Tahun ke XII, op.cit., hlm 20. Universitas Sumatera Utara baru terlaksana pada bulan Agustus 1964, dimana satu rombongan yang berjumlah 150 orang disertai oleh penasehat dan tamu-tamu dari organisasi daerah lainnya serta wartawan dari beberapa harian kota Medan meninggalkan Medan menuju Aceh pada tanggal 2 sampai dengan 17 Agustus 1964. Tujuan dari pada kegiatan ini untuk mengumpulkan data tentang keadaan yang sebernarnya terjadi di Aceh paska kemerdekaan. Mencari tahu bagaimana kondisi kesejahteraan masyarakat Aceh yang ada di Aceh. Selanjutnya akan di buat menjadi sebuah laporan yang akan diberikan kepada pemerintah daerah Aceh yang diharapkan akan menjadi acuan bagaimana mencari solusi kesejahteraan Aceh. Rombongan tersebut di bagi dalam 4 tim sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing. Tim yang dimaksud adalah : 1. Tim Research mencari data-data dengan mengunakan metode kuisioner 2. Tim Kesehatan memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat 3. Tim Olahraga melakukan pertandingan-pertandingan Olah raga 4. Tim Kesenian melakukan pertunjukan-pertunjukan seni Dengan 4 tim tersebut, para peserta telah melakukan pengumpulan data dan penganalisaan data-data sepanjang pantai utara Daerah Istimewa Aceh. Sebelum berangkat semua peserta digolongkan kedalam timnya masing-masing sesuai dengan tugas yang sudah diberikan. Setiap anggota sebelum berangkat terlebih dahulu diberikan latihan-latihan seperti: • Coaching • Daftar pertanyaan-pertanyaan Kuisioner • Cara-cara menginterview • Cara-cara menentukan objek Universitas Sumatera Utara Persiapan sudah disusun dengan sangat baik, terutama yang bertugas sebagai tim researh yang memiliki tanggung jawab memberikan kuisioner kepada petani-petani. Dari hasil interview inilah yang menjadi laporan dari Study Tour ini. 58 Daerah-daerah yang menjadi lokasi dari Study Tour ini yaitu meliputi daerah-daerah yang berada dipesisir Utara Daerah Istimewa Aceh yaitu Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Pidie, dan Aceh Besar dengan perincian waktu ditiap-tiap kabupaten dua hari dan di Kabupaten Aceh Besar empat hari. Para mahasiswa IPTR tidak sempat mengunjungi pantai Barat Aceh seperti Kabupaten Aceh Selata, Aceh Barat, dan Aceh Tengah. Ditinjau dari segi waktu yang digunakan dan luasnya objek yang diteliti, jelaslah bahwa suatu analisa yang kongkrit tidak mungkin dapat diperoleh. Namun demikian Study Tour ini dianggap sebagai dasar untuk mengumpulkan data tahap awal dan nantinya dapat dilaksanakan kembali untuk mengumpulkan data yang lebih memuaskan. Karena waktu yang terlalu singkat, maka hasil yang dicapai kurang memuaskan. Walaupun demikian, data yang didapat dikumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul Hasil Study Mahasiswa IPTR. Hasil dari pada Studi Tour ini memang belum sesuai dengan harapan, namun dapat menjadi acuan dalam penelitian tentang daerah Aceh berikutnya. Hasil dari pada Studi Tour ini juga kemudian diserahkan kepada pemerintah Aceh.

4.2 Dalam Bidang Sosial Politik