adalah milik pengusaha pribumi Indonesia dan selebihnya milik pedagang keturunan Cina. Bank Sumatera Bank of Sumatera yang dimiliki pedagang-pedagang Aceh mengalami
kerugian besar ketika beberapa peminjam kreditornya yaitu pengusaha-pengusaha Cina kabur keluar negeri dengan membawa sejumlah uang bank tersebut, akhirnya bank tersebut ditutup.
36
Bank Dagang Nasional Indonesia BDNI pemiliknya yang pertama adalah orang Mandailing, hampir bangkrut karena mismanajemen, penguasaan atas bank beralih kepada pengusaha
keturunan Cina yang berhasil mengambil alih dan menyelamatkan bank.
37
2.4 Berdirinya Ikatan Pemuda Pelajar Tanah Rencong IPTR
Sejarah migrasi orang-orang Aceh ke Kota Medan yang dilakukan setelah tahun 1950- an tidak lagi di dominasi oleh faktor ekonomi dan keamanan tapi juga di dorong oleh faktor
pendidikan. Fasilitas pendidikan yang lebih mendukung di Medan mendorong orang-orang Aceh untuk menyekolahkan anaknya ke Kota Medan.
38
Orang Aceh menganggap bahwa pendidikan Kota Medan lebih berkualitas dibandingkan sekolah-sekolah yang ada di Aceh. Kualitas pendidikan di Sumatera Utara pada
umumnya lebih baik daripada di Aceh. Pada tahun 1950-an, Sekolah Menengah Pertama di Aceh sangat terbatas dan hanya terdapat di kota-kota besar saja.
39
Di Kota Medan para pemuda perantau Aceh menjalin komunikasi dengan pemuda- pemuda Aceh yang belajar di Kota Medan. Para pemuda Aceh biasanya bertemu di tempat-
36
Wawancara, dengan Usman Pelly, Medan, 19 September 2013.
37
Usman Pelly.,op.cit.,hlm 144.
38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa Aceh,Jakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984, hlm 4.
39
Wawancara, dengan Bustami Usman, Medan, 28 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
tempat umum seperti kedai kopi untuk bertukar kabar. Dalam tradisi masyarakat Aceh di kampung asalnya orang-orang Aceh sangat gemar mengunjungi kedai kopi untuk menikmati
kopi dan berdiskusi. Tradisi ini kemudian terus berlanjut ketika mereka bermigrasi ke Kota Medan. Setelah sering bertemu dan bertukar pikiran dan semakin banyaknya para pemuda dan
pelajar yang ada di Medan membuat mereka berinisiatif untuk membuat suatu asosiasi yang dapat mengakomodasi kepentingan pemuda-pemuda dan para pelajar termasuk Mahasiswa
Aceh di Kota Medan. Asosiasi dapat membantu mereka mempertahankan identitas etnis dan memberikan suatu forum untuk mengekspresikan kepentingan-kepentingan etnis.
40
IPTR didirikan di Medan Oleh Zainuddin Jusuf seorang pegawai perusahaan, Bukhari Kasim pelajar, M. Noernikmat pengusaha, Mustapa Sulaiman, Said Ibrahim, Cut Zahara dan
beberapa pemuda Aceh lainnya pada tanggal 12 Juli 1953 dan disahkan oleh rapat anggota pada tanggal 2 Agustus 1953. Rapat tersebut dihadiri ratusan pelajar SMP, SMEP, SMA, SMEA
dan para pemuda serta dua orang mahasiswa yang berasal dari Aceh, bertempat di Balai Prajurit Jalan Bukit Barisan Medan sekarang gedung BCA.
akhirnya para pemuda dan pelajar Aceh sepakat membentuk IPTR.
Terbentuknya IPTR memiliki nilai yang sangat positif bagi masyarakat Aceh di Kota Medan baik yang baru datang ke Medan maupun yang sudah sejak lama bermukim di Kota
Medan. IPTR menjadi tempat pemuda-pemuda Aceh untuk berdiskusi dan membahas permasalahan yang dihadapi para pelajar di Kota Medan.
Mengenai nama IPTR, pada rapat anggota tanggal 12 Juli 1953 tersebut, ada yang mengusulkan organisasi ini bernama Ikatan Pemuda Pelajar Aceh, Ikatan Pemuda Seulawah
40
Usman Pelly, op.cit., hlm 173.
Universitas Sumatera Utara
dan sebagainya.
41
Namun nama Ikatan Pemuda Pelajar Tanah Rencong akhirnya secara aklamasi dan disahkan menjadi nama organisasi pemuda dan pelajar masyarakat Aceh di
Medan. Nama IPTR sendiri dicetuskan oleh salah seorang anggota IPTR yang bernama Idris.
42
Penggunaan kata Tanah Rencong pada Ikatan Pemuda mahasiswa Tanah Rencong mewakili seluruh masyarakat Aceh karena Rencong merupakan senjata khas rakyat Aceh dan juga dapat
diterima seluruh peserta rapat.
43
Pemuda pelajar yang dimaksud adalah mereka yang berusia remaja baik pelajar, mahasiswa, maupun pemuda yang telah bekerja, tetapi tidak termasuk pelajar SR Sekolah
Rakyat atau SD Sekolah Dasar sekarang. Pada saat awal berdirinya IPTR memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana yaitu Zainuddin Yusuf sebagai Ketua, M. Jusuf Hanafiah
sebagai wakil ketua dan Bahdi sebagai sekretaris. Seiring dengan perjalanannya, struktur IPTR mulai mengalami perubahan besar. Pada saat ini struktur IPTR terdiri dari Penasehat, Dewan
Pertimbangan, setelah itu pengurus utama dipimpin oleh Ketua Umum, Ketua I-V, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Biro Mahasiswa, Biro Pemuda, Biro Pelajar, dan dibantu dengan
Seksi seperti seksi Keuangan, Seksi Kesenian dan seksi-seksi lainnya. Pada saat berdirinya IPTR yang menjadi unsur pengurus pertama tahun 1953-1954 adalah Zainuddin Yusuf sebagai
Ketua, M. Jusuf Hanafiah sebagai wakil ketua dan Bahdi sebagai sekretaris. Kepengurusan selanjutnya yaitu pada tahun 1954-1956 IPTR di pimpin oleh M. Noernikmat sebagai ketua dan
M. Jusuf Hanafiah sebagai wakil ketua. Pada tahun 1956-1957 IPTR dipimpin oleh Zainuddin Yusuf dan T. Cut Ahmad sebagai wakil ketua. Kepemimpinan IPTR yang paling lama
41
Aceh Sepakat, op.cit., hlm. 35.
42
Idris merupakan anggota kepolisian Sumatera Utara dan juga seorang Back PSMS Medan yang sangat terkenal pada masa itu, dia juga merupakan pemuda Aceh yg tinggal di Kota Medan.
43
Wawancara, dengan Bustami Usman, Medan, 4 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
dipegang oleh Bustami Usman sebagai ketua dan Zurbandi Daud sebagai wakil ketua yaitu dari tahun 1984-2000.
44
Pada saat awal berdiri Seketariat IPTR berada di rumah salah seorang anggota pengurus. Tahun 1954-1955 ketika ketua umum IPTR dipegang oleh M. Noernikmat IPTR
membeli sebuah rumah sederhana milik tuan Rudin yang terletak di Jalan Amaliun nomor 25 Kelurahan Kota Maksum Kecamatan Medan Area, Kota Medan.
45
2.5 Struktur Organisasi IPTR