Sepakat. Mulai dari tahun 1970 sampai dengan tahun 1978 tidak terjadi regenerasi kepemimpinan dalam IPTR karena Usman Hasan memimpin IPTR lebih dari 10 tahun.
Pada tahun 1978 mulai terjadi pergantian kepengurusan di IPTR yakni dengan terpilihnya T. Syaifuddin sebagai ketua umum IPTR yang baru. dr. T. Syaifuddin menjabat
sebagai ketua umum IPTR sampai dengan tahun 1984.
3.3 Periode 1980-2000 Sebagai Tahun Kevakuman Bagi Kegiatan IPTR
Memasuki tahun 1984 kepemimpinan IPTR dipegang oleh Bustami Usman. Saat itu Situasi dan kondisi di penghujung dekade 80-an sebagai titik awal terjadinya usaha-usaha
menyatakan sikap dan tuntutan dari kelompok tertentu di daerah Aceh terhadap pemerintah, telah membawa dampak sedemikian rupa dalam masyarakat Aceh di Medan terutama di
kalangan pemuda dan mahasiswa. Kecurigaan terhadap generasi muda Aceh di Medan cukup tinggi dan beralasan karena gejolak awal dan tuntutan pemisahan diri rakyat Aceh pada tahun
1977 yang dikenal dengan Aceh merdeka di motori oleh tokoh pemuda dan mahasiswa di Medan termasuk dari kalangan IPTR sendiri, sehingga setiap ada upaya berkumpul dan
mengadakan rapat selalu diawasi dengan rasa curiga, apalagi banyak anggota masyarakat dan pemuda yang diamankan oleh aparat.
Gejolak di Aceh diakhir tahun 80-an dan paruh waktu 90-an dengan diberlakukannya daerah operasi militer DOM di Aceh dan memanasnya suhu politik dan keamanan membawa
dampak menurunnya gairah dan minat berorganisasi di kalangan pemuda dan masyarakat Aceh di Medan, sehingga keterlambatan pelaksanaan Konferensi ditingkat Cabang dan Rapat
Anggota RAK ditingkat Rayon dan Komisariat tidak begitu dihiraukan, sekaligus ada segelintir orang secara pribadi-pribadi selalu mengingatkan atas keterlambatan tersebut, namun
Universitas Sumatera Utara
sangat sulit dan hampir tidak ada yang bersedia untuk menerima estafet kepemimpinan di Cabang maupun di Rayon dan Komisariat.
Situasi ini akhirnya berubah setelah tumbangnya kepemimpinan Soeharto dan berakhir masa Orde Baru yang ditandai dengan tuntutan reformasi di tahun 1998. Dalam masa Era
Reformasi itu, IPTR kembali menggeliat dengan terbentuknya IPTR Komisariat USU pada september 1998. Tampilnya IPTR Komisariat USU menandai Era Baru kebangkitan IPTR masa
kini dan masa mendatang, tuntutan demokrasia dan Hak Asasi Manusia HAM yang digelar setelah tumbangnya pemerintahan rezim Orde Baru membawa angin segar tumbuhnya berbagai
Organisasi Massa ORMAS, Partai Politik PARPOL, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, rangsangan ini telah membawa perubahan sikap dan perilaku di kalangan masyarakat
Aceh terutama pemuda dan mahasiswa di Kota Medan. Akhirnya pada tanggal 16 September 2000 diselenggarakannya Konferensi Luar Biasa DPC IPTR Medan untuk memilih pengurusan
baru guna menjalankan roda organisasi IPTR yang telah lama vakum. Hal Yang menarik dari periode kepemimpinan Tahun 1984-1987 adalah rayon dan
komisariat mulai di kembangkan, sehingga terbentuk rayon-rayon baru seperti Rayon Medan Kota, Rayon Medan Timur, Rayon Medan Barat, Rayon Medan Johor, dan Rayon Medan
Helvetia. Sedangkan komisariat baru yang terbentuk antara lain Komisariat USU Fakultas Ekonomi, Pertanian, Hukum, MIPA, SastraFisipol, dan FKG, kemudian dibentuk juga
komisariat IPTR di IAIN Fakultas Dakwah, Syariah, Usluddin. Komisariat IPTR juga dibentuk
Universitas Sumatera Utara
di IKIP Medan, Universitas Islam Sumatera Utara UISU, Universitas Medan Area UMA, Perguruan Tinggi Harapan, dan Universitas Cut Nyak Dien.
54
54
Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanah Rencong IPTR Medan Periode 1984-1987, disampaikan pada : Konferensi luar biasa IPTR Cabang Medan, 15-
16 September 2000.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERANAN IPTR DI KOTA MEDAN