89 Dari pemaparan tersebut tergambarkan bahwa pembudayaan nilai
berprestasi di SMA Negeri 8 Yogyakarta juga dapat dikatakan baik.
5. Pembudayaan Nilai Sopan Santun dan Cara Bertutur Kata
Sopan santun terlihat dari siswa-siswi SMA Negeri 8 Yogyakarta. Hal ini terlihat dari cara berseragam siswa, cara bertingkah dan bertutur kata. Cara
bertutur kata yang sopan terlihat pada saat peneliti menanyakan letak atau bagian sekolah yang tidak peneliti tahu dan berinteraksi, siswa-siswi SMA
Negeri 8 Yogyakarta menjawab dan berbicara dengan peneliti sangat sopan dan tidak sembarangan.
Selanjutnya selain melalui pengamatan, pembudayaan nilai sopan santun juga telah dipaparkan oleh beberapa narasumber. Yang pertama datang
dari siswa CK, siswa mengungkap bahwa : “Kalau untuk interaksi dengan guru kita normal kok mbak, kita ya
menjaga tata karma gitu, kan soalnya rata-rata siswa delayota kan sopan-sopan mbak apa sih istilah nya nggak ada yang urakan
gitu.”CK, 19 Mei 2016.
Hal itu diperkuat oleh keterangan guru, PD yang menyebutkan bahwa: “Selain itu ya untuk kedisiplian, sopan santun dan juga lainnya itu
mendukung juga ya. SMA 8 saya lihat siswanya memiliki nilai disiplin yang baik, kemudian juga mereka sopan sekali kepada orang yang
lebih tua ya, Bahasa sehari-hari juga demikian sehingga itu tadi melalui penanaman religius maka yang lain akan mengikuti ya.”PD, 4
Mei 2016.
Dalam keseharianya selama peneliti melakukan penelitian, terbukti melalui cataatan lapangan dan beberapa dokumentasi bahwa memang baik
siswi maupun warga lainnya sangat sopan dan ramah. Kesopanan anak didik terbukti pada kesantunan mereka dalam menyapa peneliti yang kala itu sedang
berkeliling sekolah untuk keperluan pengambilan data. Kemudian untuk
90 interaksi dengan guru peneliti juga melihat tidak ada gelagat penyelewengan
sikap dalam arti siswa dan siswi SMA 8 Yogyakarta menjunjung tata karma dan nilai sopan santun yang dikembangkan oleh sekolah.
Selain kebiasaan yang dilakukan oleh warga SMA Negeri 8 Yogyakarta dalam hal sopan santun ada lagi yaitu berbicara dengan berbahasa
Inggris. Peneliti merasakan adanya ciri khas SMA Negeri 8 Yogyakarta dari adanya pembudayaan cara bertutur kata. Hal ini nampak ketika peneliti
sedang melakukan wawancara dengan kepala SMA Negeri 8 Yogyakarta, akan tetapi pada waktu itu dari wakil kepala humas SMA Negeri 8
Yogyakarta datang dan melaporkan mengenai adanya rapat dadakan yang akan diikuti oleh kepala sekolah, namun pemberitahuan ini disampaikan
dengan menggunakan bahasa Inggris. Sama halnya dengan kepala sekolah dan wakil kepala humas, beberapa siswa yang peneliti temui terkadang berbicara
dengan teman sebayanya menggunakan bahasa Inggris. Hal itu diperkuat dalam catatan lapangan daan juga beberapa dokumentasi.
Dari data tersebut maka dapat tergambar dengan jelas bahwa kultur di SMA 8 Yogyakarta dalam budaya sopan santun dan berbahasa sudah baik.
Karena didukung oleh lingkungan yang positif pula, sehingga menjadikan siswa secara tidak langsung dan secara alam bawah sadar ikut
menyumbangkan karakter baik mereka.
6. Pembudayaan Nilai Kejujuran