Kultur Sekolah Deskripsi Teori 1. Kajian Teoritis

17

e. Kultur Sekolah

Sekolah merupakan salah satu satuan pendidikan yang ada dalam lingkup masyarakat. Sekolah menjadi sebuah tempat yang diperuntukkan mendidik individu supaya memiliki ilmu yang dapat membantu mereka dalam kelangsungan hidup di lingkungan sosial. Sekolah dewasa ini bukan hanya sebagai tempat untuk transfer of knowledge saja, namun juga sudah menjadi tempat di mana budaya diajarkan dan diwariskan kepada anak didiknya. Sebagai mini society, sekolah dituntut untuk memiliki budaya yang positif dan kondusif untuk dapat membantu perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Sekolah merupakan tempat yang strategis untuk mengembangkan anak didik menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermutu dari tahun ke tahun. Oleh karena itulah pentingnya memahami sekolah yang berbudaya baik harus timbul dalam setiap warga sekolahnya. Pentingnya kultur sekolah telah dijelaskan oleh Seymour dan Sarason as Goodlad dalam Farida Hanum 2013: 193 bahwa sekolah-sekolah mempunyai kultur yang harus dipahami dan harus dilibatkan jika suatu usaha mengadakan perubahan terhadapnya tidak hanya sekedar kosmetik belaka. Kultur sekolah akan dapat menjelaskan bagaimana sekolah berfungsi dan seperti apakah mekanisme internal yang terjadi. Budaya sekolah, menurut Wagner dalam Farida Hanum 2013: 194 bukanlah sebuah deskripsi demografis yang berhubungan dengan ras, sosio-economic, atau faktor-faktor geografi. Namun, tentang bagaimana orang- orang memperlakukan orang lain, bagaimana mereka menilai orang lain, dan bagaimana mereka bekerja dan bersama-sama menghasilkan kemajuan baik secara profesional maupun personal. 18 Setiap sekolah memiliki keunikan budayanya sendiri-sendiri yang melekat dalam ritual-ritual dan tradisi-tradisi sejarah dan pengalaman sekolah. Oleh sebab itu dengan adanya budaya sekolah, dapat diketahui atau dipahami pola perilaku dari sebuah sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain. Cavanagh dan Dellar 1998 menyatakan bahwa budaya sekolah dihasilkan dari persepsi individu dan persepsi kolektif yang ada di sekolah serta dari interaksi antar personal-personal sekolah, orangtua, dan sistem pendidikan. Farida Hanum, 2013: 194. Dari pemahaman mengenai kultur sekolah di atas, melalui Farida Hanum 2001: 195 para ahli telah memberikan pengertian mengenai kultur sekolah, antara lain sebagai berikut : 1. Deal dan Kennedy 1999 mendefinisikan kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. 2. Hoy, Tarter, dan Kottkamp roach dan Thomas, 2004 mendefinisikan budaya sekolah sebagai sebuah sistem orientasi bersama norma-norma, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi dasar yang dipegang oleh anggota sekolah, yang akan menjaga kebersamaan unit dan memberikan identitas yang berbeda. 3. Schein 1992 Kultur sekolah adalah suatu pola asumsi dasar dari hasil invensi, penemuan atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar mengatasai masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid, dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara 19 yang benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan masalah- masalah tersebut. 4. Stolp dan Smith 1995 budaya sekolah adalah pola makna yang terdiri dari norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tradisi dan mitos yang dipahami oleh anggota-anggota dalam komunitas sekolah. 5. Paterson 2002 budaya sekolah adalah kumpulan dari norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, ritual-ritual, dan seremonial, simbol-simbol dan cerita cerita yang menghiasi kepribadian sekolah. Selanjutnya selain pengertian di atas ada beberapa pengertian yang terkait dengan kultur sekolah seperti yang telah di jelaskan oleh Cameron and Quinn 1999 dalam Deogratias Harorimana 2010: 154 berikut ini: “…organizational culture as a reflection of “what is valued, the dominant leadership style, the language and symbol, the procedures and routines, and the definition of success that make an organization unique – budaya organisasi merupakan sebuah reflleksi dari “apa itu sebuah nilai, gaya kepemimpinan yang berpengaruh, symbol dan Bahasa, tata cara dan kebiasaan sehari-hari, dan definisi dari sebuah kesuksesan yang membuat sekelompok unik.” Tayear dan Biloslavo 2006 dalam Deogratias Harorimana 2010: 154 juga mendeskripsikan mengenai budaya kelompok, yakni sebagai berikut : “organizational culture as “a set of artifacts of employees” behavior, including value, and basic underliying assumption which coordinate this behavior – budaya organisasi sebagai tindak tanduk dari “kesatuan artifak anggota kelompok”, termasuk di dalamnya sebuah nilai, dan dasar asumsi yang mendasari keselarasan tindak tanduk ini.” Sejalan dengan pengertian di atas, Vembrianto 1993 melalui Ariefa Efianingrum 2007: 14 menjelaskan bahwa budaya sekolah ialah “a complex set of beliefs, value and tradition, ways of thinking and behaving” yang dapat 20 membedakan sekolah satu dengan sekolah lainnya. Kebudayaan sekolah menurut Vembrianto juga memiliki beberapa unsur penting yaitu: 1. Letak, lingkungan, dan prasarana fisik sekolah gedung sekolah, dan perlengkapan lainnya. 2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan. 3. Pribadi-pribadi yang merupakan warga seekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist, dan tenaga kerja administrasi. 4. Nilai-nilai moral, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Dari beberapa pengertian mengenai kultur sekolah di atas maka dapat disimpulkan bahwa kultur sekolah atau budaya sekolah merupakan sebuah sebuah pola dari nilai-nilai dan norma-norma, kepercayaan atau keyakinan, asumsi-asumsi, tradisi serta tingkah laku yang dipahami dan dimiliki bersama oleh anggota dalam sekolah tersebut yang kemudian mengarah pada sebuah pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari yang menjadikan sekolah tersebut unik dan berkarakter. Mengutip pendapat Nusyam dalam Darmiyati Zuchdi 2011: 139, menjelaskan bahwa ada setidaknya tiga budaya yang seharusnya dikembangkan oleh sekolah, budaya tersebut antara lain adalah: budaya akademik, budaya nasional dan lokal, dan budaya demokratis. 1. Budaya akademik Budaya atau kultur akademik bercirikan pada setiap tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini yang didukung dengan dasar akademik yang kuat. Hal ini 21 mengacu pada teori, dasar hukum, dan nilai kebenaran yang diuji. Budaya akademik dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan yang berhubungan dengan akademik yang dihayati, dimaknai oleh seluruh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan, dengan demikian kepala sekolah, siswa, dan guru berpegang pada dasar teoritik dalam berfikir, bersikap, dan bertindak dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dalam kesehariannya kultur akademik tercermin dalam keilmuan dan bertindak keahlian dalam berfikir dan berargumentasi. Warga sekolah yang memiliki atau menerapkan kultur akademik dalam dirinya memiliki sifat kritis, objektif, analitis, kreatif, terbuka untuk menerima kritik dan saran, menghargai waktu dan prestasi ilmiah, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, dinamis, serta berorientasi pada masa depan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kultur akademik lebih cenderung menekankan pada budaya ilmiah yang terorientasi pada pola pikir yang teoritis dan didasari atas ilmu pengetahuan yang telah ada. 2. Budaya Nasional dan Lokal Budaya nasional dilihat dari upaya pengembangan sekolah dalam memelihara, membangun, dan mengembangkan budaya bangsa yang positif sebagai kerangka pembangunan manusia seutuhnya sehingga sekolah akan membentengi pertahanan diri yang terkikis oleh masuknya budaya asing yang tidak relevan seperti budaya konsumerisme, materialisme, hedonisme, dan individualisme. Sekolah dengan konsisten akan membentengi warganya dengan nilai-nilai nasionalisme yang tinggi, nilai kerja sama, dan rela berkorban. 22 Di sisi lainnya, sekolah juga mengembangkan budaya lokal melalui pengembangan seni tradisi yang berakar pada budaya lokal yang dibuat secara modern dengan tetap mempertahankan keaslian dan nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya nasionalisme digunakan untuk membentengi dari budaya-budaya yang mungkin kurang relevan dengan perkembangan atau dengan lingkungan sebuah sekolah itu sendiri dan budaya lokal yaitu sebagai sarana pelestari budaya yang sudah ada sebelumnya. 3. Budaya Demokratis Budaya demokratis memiliki corak kehidupan yang mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun kemajuan, sehingga warga sekolah selalu bertindak objektif, transparan, dan bertanggung jawab dalam setiap tindakannya. Dalam kultur demokratis ini tercermin dari jauhnya sikap-sikap yang diskriminatif dan otoriterisme.

f. Identifikasi Kultur Sekolah