Karakteristik Kultur Sekolah Deskripsi Teori 1. Kajian Teoritis

28 tanda, sopan-santun, dan cara berpakaian. Lapisan pertama ini berintikan norma kelompok atau perilaku yang telah lama dimiliki kelompok yang pada umumnya sukar untuk diubah. 2. Lapisan yang berintikan pada nilai-nilai dan keyakinan yang sifatnya tidak dapat diamati, berupa nilai-nilai yang dianut oleh kelompok, berhubungan dengan yang penting, yang baik, dan yang benar. Lapisan kedua ini tidak dapat diamati karena terletak dalam kehidupan kelompok.lapisan kedua ini sangat sukar untuk diubah, dan memerlukan waktu yang lama untuk mengubah. 3. Lapisan ketiga adalah asumsi yang bersifat abstrak dan tersembunyi, tidak dapat diamati tetapi melekat dan berdampak pada perilaku kelompok.

g. Karakteristik Kultur Sekolah

Moerdiyanto melalui artikelnya 2010: 5-6 menjelaskan bahwa kultur sekolah terdiri dari kultur positif dan kultur negatif. Kultur positif adalah budaya yang membantu mutu sekolah dan dan mutu kehidupan warganya. Mutu kehidupan warga yang diharapkan adalah warga yang sehat, dinamis, aktif, dan profesional. Kultur positif ini akan memberikan peluang sekolah beserta warganya berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh vitalitas, memiliki semangat tinggi dan akan mampu berkembang. Kultur positif ini harus terus menerus dikembangkan dan diwariskan dari siswa ke siswa, dan dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Kultur positif dan kuat memiliki kekuatan dan menjadi modal dalam melakukan perubahan menuju perbaikan. Kultur negatif adalah budaya yang cenderung bersifat anarkis, negatif, beracun, dan bias, serta bersifat dominative. Sekolah yang merasa puas dengan apa yang dicapai merupakan bagian dari kultur negatif, karena mereka cenderung tidak ingin melakukan perubahan dan takut dalam mengambil sebuah 29 resiko terhadap perubahan yang terjadi, dengan kata lain berimplikasi terhadap menurunnya kualitas sekolah tersebut. Kultur sekolah bersifat dinamis, artinya perubahan pola perilaku dapat mengubah sistem nilai dan keyakinan pelaku dan bahkan mengubah sistem asumsi yang ada, meskipun sebenarnya ini sangat sulit. Namun yang jelas dinamika kultur sekolah dapat saja menghadirkan konflik dan jika ditangani dengan bijak dan sehat dapat membawa perubahan positif. Kemudian kulutur sekolah itu merupakan milik kolektif dan merupakan perjalanan sejarah dari sebuah sekolah, dan terdapat produk dari berbagai kekuatan yang masuk ke sekolah. Sekolah perlu menyadari secara serius mengenai keberadaan aneka kultur subordinasi yang ada seperti kultur positif dan kultur negatif. Kultur sekolah yang kokoh akan memberikan indikasi bahwa sekolah tersebut telah memasuki tingkatan kehidupan yaitu terpendam dalam asumsi dasar, termuat dalam nilai dan keyakinan serta terwujud dalam sebuah tindakan dan berbagai artifak yang dimilki. Selanjutnya Depdiknas Direktorat pendidikan Menengah Umum, 2003: 25- 26 telah merekomendasikan beberapa kultur yang bisa dikembangkan, kultur-kultur tersebut antara lain adalah: 1. Kultur terkait prestasikualitas, yang meliputi: a semangat membaca dan mencari referensi; b keterampilan siswa mengkritisi data dan memecahkan masalah hidup; c kecerdasan emosional siswa; d keterampilan komunikasi siswa, baik itu secara lisan maupun tertulis; e kemampuan siswa untuk berfikir obyektif dan dinamis. 2. Kultur yang terkait dengan kehidupan sosial, yang meliputi: a nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan; b nilai-nilai keterbukaan; c nilai-nilai kejujuran; 30 d nilai-nilai semangat hidup; e nilai-nilai semangat belajar; f nilai-nilai menyadari diri sendiri dan keberadaan orang lain; g nilai-nilai untuk menghargai orang lain; h nilai-nilai persatuan dan kesatuan; i nilai-nilai untuk selalu bersikap dan berprasangka positif; j nilai-nilai disiplin diri; k nilai-nilai tanggung jawab; l nilai-nilai kebersamaan; m nilai-nilai saling percaya; n nilai-nilai yang lain sesuai dengan kondisi sekolah. Farida Hanum 2013: 202 secara singkat memberikan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam rangka membentuk kultur sekolah yang positif, langkah tersebut adalah: 1. Mengamati dan membaca kultur sekolah yang kini ada, melacak historisnya dan apa saja yang timbul oleh keberadaan kultur sekolah tersebut. 2. Mengembangkan sistem assessment kultur sekolah sejalan dengan tujuan perbaikan sekolah yang diinginkan. 3. Melakukan kegiatan assessment sekolah guna mendiagnosis permasalahan yang ada dan tindakan kultural yang dapat dilakukan. 4. Mengembangkan visi strategis, dan juga misi perbaikan sekolah. 5. Melakukan re-definition aneka peranan, seperti: kepemimpinan kepala sekolah, guru, siswa, orangtua, dan juga stakeholders. 6. Mewaspadai perilaku-perilaku lama yang bersifat negatif, nilai-nilai yang bersifat racun, serta koalisi-koalisi mereka. 7. Merancang pola pengembangan kultur sekolah dan membangun praktik- praktik baru dan artifak baru dikaitkan secara sadar dengan nilai-nilai lama yang relevan dan nilai baru yang diharapkan tumbuh. 31 8. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara dinamis terhadap perkembangan kultur sekolah dan dampaknya.

h. Unsur-unsur Kultur Sekolah