Pengaruh Teologi Kenabian Mirza Gulam Ahmad dalam Kehidupan

124 BAB IV ANALISIS TERHADAP TEOLOGI KENABIAN MIRZA GULAM AHMAD

A. Pengaruh Teologi Kenabian Mirza Gulam Ahmad dalam Kehidupan

Masyarakat Doktrin kenabian dalam Mirza Gulam Ahmad dan Ahmadiyah rupanya sulit dipisahkan dengan paham kewahyuannya. Jika paham kenabian Syiah I na Asy`ariyah bermula dari masalah keimanan, maka paham kenabian Mirza Gulam Ahmad terfokus pada masalah kemasihan yang dijanjikan. Sebagaimana dijelaskan di muka, paham teologi kenabian Mirza Gulam Ahmad memang memberi pengertian baru yang senada dengan paham Syiah yaitu bahwa nabi itu akan terus diutus oleh Tuhan tanpa batas waktu. Akan tetapi, agaknya berbeda mengenai tugas kenabiannya. Terutama tugas kenabian Mirza Gulam Ahmad disamping sebagai Hakim Pengislah yaitu juru damai, dia juga bertugas untuk membunuh Dajjal. Sebab Nabi Isa yang dahulu pernah diutus oleh Tuhan kepada Ban Israil, telah wafat secara alami, sebagai yang dinyatakan dalam sebuh karyanya: ط ح ط ح ش خ ف ا ء ش ج ح Dan di antara kunci pengajaran dan pemberian pemahaman-Nya, bahwa al-Masih ibn Maryam benar-benar telah wafat secara alami sebagaimana halnya saudara-saudaranya kaum Muslimin. Dan Allah telah memberi kabar gembira kepadaku dan telah berfirman: “Sesungguhnya al-Masih yang dijanjikan dan al- Mahdi yang berbahagia yang ditunggu-tunggu dan dinanti-nantikan, dia adalah engkauṬ “Kami Allah berbuat apa yang Kami kehendaki, maka janganlah engkau membuat ked ustaanṬ Dan Tuhan berfirman pula: “Sungguh Kami telah menjadikan kamu sebagai al-Masih ibn Maryam .” 222 Informasi tentang wafatnya Isa ibn Maryam secara wajar memang dapat diterima secara rasional. Informasi seperti ini tentunya sangat berbeda dengan apa 222 Mirza Gulam Ahmad, Itmāmul Hujjah `Alal La Ż ī Lajja wa Zāgha `Anil ẑaḥjjah, ẒLahore: Ma ba` Kalzar Mu ammad , 1311 HS1892 Hẓ, h. 3. yang diyakini oleh pengikut golongan Asy`ariyah yang beranggapan bahwa Isa al- Masih itu masih hidup hingga sekarang dan dia akan turun lagi menjelang hari Kiamat untuk membunuh Dajjal. Keyakinan seperti ini, tampaknya dilandasi oleh paham Masyi`atullah yaitu kehendak mutlak Tuhan, diluar jangkauan akal manusia. Akan tetapi, jika kepercayaan tersebut dikembalikan pada komitmen ahli- ahli teologi Islam, bahwa keyakinan itu harus didasarkan pada Alquran dan hadis mutawatir yaitu hadis yang memfaedahkan yakin ada tidaklah menjadi kafilah bagi orang yang mengingkari pendapat Asy`ariyah tersebut. Sebab dasar atau dalil untuk meyakini bahwa Isa al-Masih itu masih hidup dan akan turun kembali ke dunia untuk membunuh Dajjal, hanyalah hadis sahih yang memfaedahkan zan atau dugaan. Oleh sebab itu, keyakinan tentang masih hidup atau sudah wafatnya Isa al-Masih bukanlah rukun iman dan karenanya tidak perlu diangkat ke permukaan sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman dan bahkan bisa membawa perpecahan umat Islam. 223 Adapun pegangan dasar Mirza Gulam Ahmad dan Ahmadiyah adalah Alquran, Mus af Usmani, hadis Bukhari dan Muslim, serta kitab-kitab hadis lainnya, disamping ajaran Mirza Gulam Ahmad itu sendiri. Pengakuan Mirza Gulam Ahmad sebagai Isa, disamping pengakuannya dapat berdialog langsung dengan Tuhan adalah merupakan faktor penyebab lahirnya paham teologi kenabian Mirza Gulam Ahmad dan pengikutnya Ahmadiyah. Mujaddid dalam pengertian Mirza Gulam Ahmad, bukan diangkat oleh manusia, tetapi harus diangkat oleh Tuhan sebagaimana dalam pernyataannya: “Hai kaumku Sesungguhnya Ẓajarankuẓ itu dari Allah, sungguh Ẓajarankuẓ itu dari Allah, sungguh ajaranku itu dari Allah. Dan aku bersaksi kepada Tuhanku, bahwa sesungguhnya ajaranku dari Allah. Aku beriman kepada-Nya dan kepada Kitab-Nya Al-Furqan, serta kepada apa yang telah ditetapkan pada Nabi Muhammad penghulu manusia dan jin. Sungguh aku telah diutus oleh Allah pada abad ini untuk mengadakan pembaharuan pada agama dan menyinarkan wajah 223 Musl ih Fa oni, Paham Mahdi Syiah Dan Ahmadiyah Dalam Perspektif, Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, h. 125-126. agama itu. dan atas yang demikian itu, Allahlah saksinya dan Allah pun mengetahui siapa yang celaka dan siapa yang bahagia.” 224 Pernyataan Mirza Gulam Ahmad di atas, oleh Ahmadiyah Qadiani dianggap sebagai wahyu dan diyakininya sebagai meyakini Alquran atau hadis Nabi Muhammad, demikian R.Batuah, pengikut sekte Qadiani di Indonesia. Selanjutnya ia menyatakan: Mirza Gulam Ahmad harus didengar dan ditaati ajaran-ajarannya. 225 Sebaliknya orang yang mengingkari ajaran Mirza Gulam Ahmad dijadikan sebagai pemacu gerakan dakwahnya saja di kalangan kaum Nasrani di dunia. Pernyataan Mirza Gulam Ahmad sebagai seorang yang dapat berdialog langsung dengan Tuhan layaknya seorang Rasul yang menerima wahyu adalah demikian: “Aku tidak pernah mengatakan kepada manusia kecuali apa yang telah aku tulis dalam kitabku, bahwasanya aku adalah muhaddas dan Allah berbicara dengan aku sebagaimana Allah berbicara para muhaddasin. Dan Allah mengetahui bahwa Dia telah memberiku pangkat ini, maka bagaimana aku dapat menolak apa yang telah diberikan Allah kepadaku? Dan dia telah memberiku rizki apakah aku harus berpaling dari limpahan anugrah Tuhan, Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini?” 226 Mungkin orang akan mempersoalkan apakah paham kenabian di atas, sebagai yang dilontarkan oleh Mirza Gulam Ahmad dapatkah paham itu dikategorikan sebagai pembaharuan dalam Islam? atau justru sebaliknya yaitu sebagai bidah a kidah? Apabila di dalam Surah a - af: 6, Nabi Isa as, menginformasikan kepada pengikutnya akan datang seorang rasul bernama Ahmad sesudahnya nanti, ini bukan berarti nama Ahmad tersebut untuk Mirza Gulam Ahmad, tetapi yang dimaksudkan adalah Nabi Muhammad. Ibn Abbas adalah salah seorang ulama sahabat, yang lebih mengerti mengenai maksud ayat: 224 Mirza Gulam Ahmad, Itmāmul Hujjah, h. 13. 225 Syafi R.Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, Jemaat Ahmadiyah Indonesia: t.p, 1985, h. 223. 226 Mirza Gulam Ahmad, Itmāmul Hujjah, h. 266.                                  Artinya: “Dan ingatlah ketika Isa Ibnu ẑaryam berkata: ṠHai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad Muhammad. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata. Q.S A - af [61] : 6. Menurut penafsiran M.Qurai ihab dalam mengutip pendapat Ibn Asyur ulama asal Tunisia ini memahami ucapan Nabi Isa as dengan ketiga makna kata ism yaitu, pertama, dalam arti al- musammā yaitu “Sosok yang dinamai itu sendiri”, yang kedua, dalam arti kemasyhuran dalam kebijakan dan yang ketiga, adalah nama dalam arti tanda yaitu lafal yang digunakan menunjuk sesuatu untuk membedakan dengan banyak yang serupa dengannya. 227 Nabi Muhammad ismuhu Ahmad kalau dalam pengertian pertama dari kata ism ia berarti beliau dalam sosok manusianya adalah Ahmad. Kata Ahmad pada mulanya adalah bentuk superlatif dari kata  hamd artinya pujian. Sehingga, kata  Ahmad berarti yang lebih terpuji. Kata tersebut sebagaimana dikenal dalam pemakaian bahasa Arab bisa dicabut makna superlatifnya sehingga ia hanya dipahami dalam arti pujian. Dengan demikian, ismuhu Ahmad berarti Nabi itu adalah pujian yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengannya adalah terpuji. Bahasa Arab menggunakan kata jadian ma darṭinvinitive noun untuk menunjukkan makna kesempurnaan. 227 M.Qurai ihab, Tafsir Al-ẑi bah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, Cet. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2002, h. 22. Bisa juga kata  Ahmad tetap dipahami dalam arti lebih terpuji. Dengan demikian, Nabi Isa as mengakui bahwa sosok Nabi yang akan datang itu lebih terpuji dalam kepribadian, risalah dan syariatnya dari pada diri beliau sendiri. Ibn `Asyur memeroleh kesan dari sabda Nabi Isa as yang disebut dalam Injil Yahya XIV bahwa memang beliau mengakui kelebihan itu. 228 Dalam kaitan ini Ibn Abbas dalam kitab tafsirnya, tidak menjelaskan adanya nama lain selain nama Rasulullah Muhammad saw. Rupanya paham teologi kenabian Mirza Gulam Ahmad ini bermula dari doktrin kewahyuaannya. Setelah mengikuti uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa paham kewahyuan Syiah I na Asy`ariyah dan paham kewahyuan Mirza Gulam Ahmad adalah tidak jauh berbeda, secara garis besarnya perbedaan kedua paham kewahyuan tersebut, hanyalah terletak pada aspek motivasi gerakan yang melatarbelakanginya. Gerakan Syiah lebih diwarnai oleh motif-motif politis, sedangkan gerakan Mirza Gulam Ahmadiyah dan pengikutnya Ahmadiyah, ditandai oleh motif-motif ide pembaharuannya. Jika paham kewahyuan Syiah bermuara pada masalah keimanan, makam dalam Ahmadiyah paham kewahyuannya bermuara pada masalah kemahdian atau kemasihan Mirza Gulam Ahmad. Akan tetapi jika dilihat dari aspek-aspek yang lain, kedua paham kewahyuan di atas, dapat dikatakan berpangkal pada prinsip-prinsip yang serupa. Yaitu keduanya beranggapan bahkan berkeyakinan bahwa untuk membimbing umat manusia masih diperlukan wahyu Allah atau dari Tuhan yang baru berupa wahyu. 229 Term wahyu yang dimaksud oleh kedua golongan itu, bukanlah wahyu seperti yang dalam Alquran, tetapi wahyu yang lain. Di kalangan Syiah dikema wahyu ta`lim, sedangkan di kalangan Ahmadiyah dikenal dengan wahyu walayah, wahyu tajdid atau wahyu muhaddas. Baik kaum Syiah maupun Ahmadiyah, keduanya memiliki tokoh-tokoh utamanya yang dikenal sebagai al-Mahdi yang merupakan tokoh legendaris yang dapat berhubungan dengan Tuhan, untuk menerima firman-firman-Nya. 228 Ibid., h. 23. 229 Mirza Gulam Ahmad, Itmāmul Hujjah, h. 128-129. Oleh sebab itu, kedua golongan ini berkeyakinan bahwa wahyu tetap akan turun sampai kapan pun. Demikian pula kehadiran seorang nabi juga tidak terbatas pada kurun waktu tertentu. Dalam kaitan ini, apakah al-Mahdi itu identik dengan nabi? Tidak dibahas dalam tulisan ini. oleh karena konsep kenabian dan kewahyuan tersebut muncul lebih dahulu di kalangan Syiah, maka konsep teologi kenabian dan kewahyuan Mirza Gulam Ahmad dan Ahmadiyah banyak mendapat pengaruh dari ajaran Syiah. 230 Dengan merujuk kepada kitab Da‟watul Amir yang dikarang oleh khalifah ke-2 yaitu Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad yang menjelaskan Kami hendak mengemukakan nubuwatan mengenai kemajuan jemaat yang penggenapannya senantiasa menjadi Hujjah baik bagi kawan maupun lawan, sebagai contoh diantara nubuatan-nubuatan yang mengandung kabar suka dan disampaikan berkenaan dengan penyebaran ajaran yang mengandung kabar suka dan disampaikan berkenaan dengan penyebaran ajaran yang untuk tujuan itu beliau diutus. Ilmu-ilmu dan pengetahuan yang diterangkan didalam kitab suci Alquran. Namun orang-orang melalaikan ilmu-ilmu dan pengetahuan-pengetahuan itu karena ketidaktahuan mereka. Nubuwatan itu pun demikian sifatnya sehingga terdapat ratusan ribu orang menjadi saksi. Nubuwatan itu disampaikan pada saat ketika sarana untuk penggenapan Nubuwatan itu tidak ada. 231

B. Problematika Tokoh-Tokoh Pemikir Islam tentang Teologi Kenabian