Pandangan M.Amin Djamaluddin

Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa definisi problema atau problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu. 233

1. Pandangan M.Amin Djamaluddin

Menurut pendapat M.Amin Djamaluddin, dalam karyanya berjudul “Ahmadiyah dan Pembajakan Alquran” bahwasanya, SKB berdasarkan akhir dari sebuah polemik? “Jika Jemaat Ahmadiyah Indonesia tidak setuju dengan SKB ini, silakan mengajukan gugatan ke ẑahkamah KonstitusiṬ” Ketika kekerasan demi kekerasan menerpa warga Ahmadiyah. Maka saling tuding antar kelompok menjadi sebuah pemandangan yang biasa terjadi di negeri ini. dan lagi-lagi pemerintah Indonesia menjadi sasaran empuk untuk dipersalahkan. Ketidaktegasan atau keterlambatan dalam bersikap dianggap menjadi penyebab utama atas terjadinya polemik pro dan kontra Ahmadiyah. Ahmadiyah berbohong? Meski Jemaat Ahmadiyah Indonesia disebut JAI telah mengeluarkan 12 poin klarifikasi mengenai ajarannya pada tanggal 3 Januari 2008, tetap saja penjelasan ini tidak memuaskan pihak-pihak yang menuntut pembubaran Ahmadiyah. Keduabelas poin itu dianggap menipu dan mengaburkan tentang ajaran Ahmadiyah yang sebenarnya. Salah satu yang berpendapat demikian adalah M.Amin Djamaluddin, pengamat aliran sesat dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam. 234 Menurut M.Amin Djamaluddin, ada 3 hal yang membuatnya meyakini Mirza Gulam Ahmad serta Ahmadiyah menipu. Pertama, Ahmadiyah mengatakan bahwa “Syahadat kami adalah syahadat yang diajarkan Nabi Muhammad saw, yang berbunyi `Asyhaduanlā ilāha illalahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” hal ini dirasa cukup yang mengaburkan, karena “Muhammad” yang dimaksud. 233 Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 65. 234 Amin Djamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan Alquran, Jakarta: LPPI, 2005. Menurut Amin Jamaluddin, bisa saja bukan ditujukan pada nabi Muhammad saw, mengingat dalam beberapa literaturnya, kaum Ahmadiyah sering menganggap Mirza Gulam Ahmad sebagai Muhammad. Dicontohkan, dalam buku Mirza Gulam Ahmad yang berjudul Eik Gal i Ka Izalah yaitu Memperbaiki Kesalahan, Mirza menerangkan bahwa “Dalam wahyu ini, Allah Swt, menyebutku Muhammad dan Rasul.” Kedua , Ahmadiyah mengatakan “Kami warga Ahmadiyah meyakini bahwa tidak ada wahyu syariat setelah Alquranul Karim” dan “Ta Ż kirah ” bukanlah kitab suci Ahmadiyah melainkan catatan pengalaman rohani Hadrat Mirza Gulam Ahmad” pernyataan ini dianggap bertentangan dengan fakta karena dalam kitab Ta Ż kirah yang asli ditulis, “Ta Ż kirah yaitu wahyu muqoddus” yang artinya “Ta Ż kirah adalah wahyu suci.” Ketiga , Ahmadiyah berkata, “Kami warga Jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar A hmadiyah” pada kenyataannya, menurut Amin Jamaluddin, Ahmadiyah justru tidak jarang menunjukkan perbedaannya dengan umat Islam lainnya. dalam buku Amanat Imam Jemaat Ahmadiyah Khalifatul Masih IV, disebutkan “Ahmadiyah adalah Islam dalam bentuknya yang sej ati” dan juga disebutkan dalam buku Riwayat Hidup Mirza Gulam Ahmad Imam Mahdi dan Masih Mau`ud Pendiri Jemaat Ahmadiyah yang ditulis oleh Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad, “Pada tahun 1901 akan diadakan sensus penduduk di seluruh India. Maka Hadirat Mirza Gulam Ahmad menerbitkan sebuah Ahmadi Muslim, Hadirat Mirza Gulam Ahmad telah menetapkan nama Ahmadi bagi para pengikut Mirza, untuk membedakan diri dari orang- orang Islam lain.” 235 Dari semua permasalahan, yang paling disoroti dari ajaran Ahmadiyah adalah pengakuan warga Ahmadi tentang keberadaan nabi setelah Nabi Muhammad saw. Meskipun dalam klarifikasinya disebutkan “Warga Ahmadiyah meyakini bahwa Muhammad Rasulullah adalah Khataman nabiyyin yaitu nabi penutup” dan “Hadirat Mirza Gulam Ahmad adalah seorang guru, mursyid, pembawa berita dan peringatan serta pengemban mubasysyirat, pendiri dan 235 Ibid. pemimpin jemaat Ahmadiyah yang bertugas memperkuat dakwah dan syiar Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, tetapi dalam pelaksanaannya, justru kerapkali Mirza Gulam Ahmad dianggap sebagai nabi. Bahkan dalam literatur- literatur Ahmadiyah dapat ditemukan pengakuan Mirza Gulam Ahmad mengenai kerasulannya. 236

2. Pandangan A.Fajar Kurniawan