Riwayat Hidup Mirza Gulam Ahmad

32

BAB II SEJARAH KEHIDUPAN MIRZA GULAM AHMAD

G. Riwayat Hidup Mirza Gulam Ahmad

Asal usul dari Mirza Gulam Ahmad ialah keturunan Haji Barlas, seorang Raja di kawasan Qe yang merupakan paman Amir Tunglak Timur. Puteranya yang masyhur yaitu Ba iruddin Mahmud Ahmad Ẓ1899-1965 yang menduduki tahta Khalifah kedua dalam Jemaat Ahmadiyah dengan menulis tentang saat-saat kelahiran ayahnya sebagai berikut: “Mirza Gulam Ahamd lahir pada tanggal 13 Februari 1835 sesuai dengan 14 Syawal 1250 hijrah pada hari Jumat pada waktu alat ubuh di rumah Mirza Gulam Murtada di desa Qadian. Beliau lahir kembar yaitu beserta beliau lahir pula seorang anak perempuan yang tidak berapa lama meninggal dunia. Demikianlah sempurna kabar gaib yang telah ada dalam buku-buku Agama Islam bahwa Imam Mahdi akan lahir kembar.” 57 Nama lengkap aslinya adalah Gulam Ahmad bin Gulam Murtada, kemudian diberi tambahan didepannya dengan Mirza sebagai simbol bahwa beliau adalah keturunan dari Mughol berarti keturunan dari bangsa Mongol. Namun Ba iruddin Mahmud Ahmad juga menyatakan bahwa kata “ẑirza” juga menunjukkan bahwa beliau adalah keturunan orang Persia. Adanya dua asal keturunan tersebut dijelaskan oleh Ahmadiyah bahwa Mirza ialah nama kepangkatan dan suku dari nenek moyang beliau. Beliau merupakan keturunan Persia dan keturunan bangsawan. Mirza adalah gelar yang biasa diberikan kepada kaum ningrat keturunan raja-raja Islam dinasti Mughol yang berasal dari ParsiPersia. Penisbatan keturunan beliau ke bangsa Persia memiliki alasan tersendiri bagi beliau dan Ahmadiyah, hal ini terkait dengan sabda Nabi Muhammad saw ketika menyampaikan sesuatu kepada Salman Al-Farisi: 57 Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad, Riwayat hidup Hadirat Mirza Gulam Ahmad, terj. Malik Aziz Ahmad Khan, Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1966, h. 2. “Sekiranya keimanan menggantung di bintang uraya, niscaya akan dicapai oleh laki- laki dari ParsiṭPersiaṬ” Hadis inilah yang dijadikan dalil untuk meyakinkan dirinya dan para pengikutnya bahwa laki-laki yang dimaksud adalah dirinya, bahkan dia menguatkan dengan menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Tuhan: “Pegang teguhlah iman itu wahai anak Parsi” Dari sejarah lahirnya Ahmadiyah pertama sekali dibawa oleh pelopornya yaitu Mirza Gulam Ahmad yang lahir di Qadiyan India tepat pada tanggal 1835 Masehi ayahnya bernama Mirza Gulam Murtada yang berstatus sebagai Pegawai tinggi Kolonial Inggris pada masa sebelum lahirnya sampai ke kanak-kanakannya Mirza Gulam Ahmad. Setelah Mirza Gulam Ahmad tumbuh dewasa, dia dikenal sebagai orang yang suka berdiam diri di Mesjid dan rajin menghafal Alquran, ketika ia dapat memahami Alquran dan berguru tentang berbahasa persia dan Arab, Mirza Gulam Ahmad yang akhirnya mengembangkan ajarannya terkenal sebagai ulama pada masa itu. Namun, disebabkan ayahnya dahulu pernah diangkat menjadi orang yang paling di banggakan oleh Inggris, akhirnya Mirza Gulam Ahmad bekerja ketika berumur 29 tahun di Mahkamah Inggris selama 4 tahun sambil belajar berbahasa Inggris, ini sebagai renofasi untuk mendukung dari ajarannya agar dapat berkembang serta masuk di pemerintahan diseluruh dunia termasuk jajahan- jajahan Inggris. 58 Namun, semua itu tidak dapat dipenuhi Mirza Gulam Ahmad pada masa hidupnya yang pada akhirnya ia wafat pada tahun 1908 Masehi berusia 73 tahun dan ajarannya diteruskan oleh sahabat karibnya yang bernama Hadirat Hafiz Hakim Nuruddin setelah itu di akhir periode habisnya masa jabatan Khalifah pertama Hadirat 59 Hafiz Hakim Nuruddin terjadilah perpecahan yang menjadi penerus Khalifah pertama yaitu diadakanlah pemilihan antara Muhammad Ali 58 Ibid. 59 Hadirat artinya hadapan, bahwasanya tenang ia menghadap ke Tuhan Yang Mulia dalam kata ini dipakai di dalam sastra lama untuk orang yang dimuliakan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 2, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 333. dengan Muhammad Ahsan Amrohi dan dimenangkan oleh Muhammad Ahsan Amrohi. 60 Namun ia menyatakan, “Kalian memilih saya sebagai khalifah dan khalifah dan saya memilih Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad sebagai khalifah”. Ini dilakukannya karena diancam oleh Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad sebagai anak kandung Mirza Gulam Ahmad. Namun, diakibatkan tekanan dari Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad sebagai anak atau pewaris dari Mirza Gulam Ahmad, akhirnya Muhammad Ahsan Amrohi menyerahkan sepenuhnya kepemimpinannya ditangan Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad sebagai Khalifah Kedua dan dikarenakan bakat yang sangat luar biasa yang dimiliki Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad dengan meneruskan hubungan ayahnya dahulu oleh kolonial Inggris, Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad mencetuskan ajaran Ahmadiyah agar masuk keseluruh dunia termasuk negara-negara Eropa dan negara-negara jajahan Inggris atas karya-karyanya dari ajaran Ahmadiyah. Setelah itu, Maulana Muhammad Ali mendirikan kelompok Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah Lahore mengatakan bahwa Mirza Gulam Ahmad bukan nabi, tetapi hanyalah mujaddid yaitu pembaharu. Bagaimanapun, mereka ini juga adalah sesat karena meyakini Mirza Gulam Ahmad menerima wahyu dan mereka berpegang kepada ajaran-ajaran Mirza Gulam Ahmad. Karena itu, fatwa MUI Pusat tahun 2005 tentang kesesatan Ahmadiyah, tidak membedakan antara kelompok Qadian dan kelompok Lahore. Setelah itu, dibuktikannya masuknya ajaran Ahmadiyah di Indonesia dengan kedatangan Muballig pertama Jemaat Ahmadiyah Rahmat Ali Haot di Tapak Tuan Aceh tanggal 2 Oktober 1925, sebagai realisasi dari janji Khalifatul Masih II Jemaat Ahmadiyah kepada permohonan para pelajar asal Indonesia Abu Bakar Ayyub, Ahmad Nuruddin dan Zaini Dahlan yang sedang menuntut ilmu pengetahuan Agama Islam di Qodiyan. Ketiga pemuda tersebut yaitu dua orang 60 Ramli Abdul Wahid, Kupas Tuntas Ajaran Ahmadiyah, Cet. 2, Medan: Perdana Publishing, 2011, h. 31. yang pertama ialah lulusan sekolah Sumatera awalib sudah baiat dan masuk Ahmadiyah sejak tahun 1923 di Lahore dan kemudian datang ke Qodian, India. 61 Sekarang jumlah pengikut Ahmadiyah di Indonesia lebih dari 400.000 jiwa dan menyebar di berbagai daerah termasuk di Sumatera Utara. Di Sumatera Utara, anggota Ahmadiyah berjumlah 2258 orang yang tersebar di berbagai Kabupaten dan Kota yaitu: Medan 1500 orang, langkat 70 orang, Deli Serdang 20 orang, Karo 143 orang, Tebing Tinggi 215 orang, Simalungun 50, Tanjung Balai 100 orang, Labuhan Batu 50 orang, Asahan 40 orang, Serge 25 orang dan Palas 45 orang. Muballig pertama Jemaat Ahmadiyah tersebut hanya berbekal pengetahuan bahasa Indonesia yang alakadarnya, yang dipelajari dari para pelajar Indonesia dari buku “Empat Serangkai” yang sengaja mereka pesan dari Sumatera Maulana Rahmad Ali Haot. Berangkat dari Qadiyan akhir bulan Juli 1925 dan tiba di Tapaktuan Provinsi Aceh pada tanggal 2 Oktober 1925, melalui Penang, Medan dan Sabang di Pulau Weh, Kota Raja di Banda Aceh. Dikarenakan sebagaimana di tempat-tempat lainnya masyarakat Islam di Tapaktuan pun mempercayai mengenai akan datangnya Imam Mahdi maka kedatangan Maulana Rahmat Ali Haot tiba di pantai Tapaktuan disambut oleh ratusan penduduk yang menunggu utusan Imam Mahdi, sesuai dengan pesan para pelajar Indonesia kepada mereka melalui Surat yang dikirimkan dari Qadian. Diawali dengan pertabligan yang dilakukan oleh Maulana Rahmat Ali Haot dan dibantu dengan para Ahmadi lainnya, khususnya para pelajar Indonesia yang telah kembali dari Qadian, maka di Sumatera telah berdiri Cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah antara lain di Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Padang, Palembang, Lampung dan lain-lain. Tercatat sebanyak 41 Cabang. 62 Menurut keterangan lainnya, terdapat di dalam buku Almasih di Hindustan karya Mirza Gulam Ahmad pada bagian sampul buku tersebut menjelaskan, bahwa Mirza Gulam Ahmad lahir pada hari Jumat di Qadian. Ayah beliau 61 Ibid., h. 32. 62 Penjelasan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Lampiran I Sejarah Ringkas Perkembangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jakarta: Jemaat Ahmadiyah Indonesia di lindungi Badan Hukum Keputusan Menteri Kehakiman RI No. JA.52313 Tgl. 13-3-1953, 1997, h. 4-5. bernama Mirza Gulam Murtada yang merupakan keturunan dari bangsawan Persia, Mirza Hadi Beg yang hijrah dari Samarkhand ke Punjab India pada abad ke 16 Masehi. Tahun 1880-1884 Mirza Gulam Ahmad menerbitkan buku Barahin Ahmadiyah yang disambut secara besar-besaran oleh kalangan umat Islam di kawasan anak benua India, sebab buku itu memuat bukti-bukti keagungan Islam. Islam saat itu menjadi sasaran serangan-serangan pihak luar. Pada tahun 1882 beliau menerima wahyu dari Allah Taala bahwa beliau diutus oleh-Nya. Pada akhir tahun 1888 beliau menyebarkan imbauan baiat. Dan pada tanggal 12 Januari 1889 beliau mengumumkan 19 syarat baiat. Dan pada tanggal 23 Maret 1889 tepatnya 20 Rajab 1306 beliau untuk pertama kalinya secara resmi menerima baiat di kota Ludhiana. Peristiwa itu dinyatakan sebagai fondasi pertama berdirinya jamaah yang beliau pimpin. Pada akhir tahun 1890 beliau menerima wahyu dari Allah Taala bahwa Nabi Isa as yang diyakini masih hidup di langit, telah wafat. Sesuai nubuwatan Rasulullah saw dan atas mandat Ilahi pada tahun 1891 beliau mendakwakan diri sebagai Mahdi dan Al-Masih Yang Dijanjikan. Beliau adalah nabi yang tidak membawa syariat dan mengikuti sepenuhnya kenabian Kamil Rasulullah saw yaitu sang Khataman Nabiyyin. Sepanjang hidupnya beliau banyak membela dan memperjuangkan Islam di hadapan kaum Hindu, Kristen serta golongan lainnya. beliau menulis sekitar 80 buku. Dan beliau wafat dalam usia 74 tahun pada tanggal 26 Mei 1908 di kota Lahore. 63

H. Pendidikan Mirza Gulam Ahmad