itu tiada akan dapat kalau hanya dengan obrolan dan ikrar saja. Untuk proyek raksasa ini perlu ada uang.
86
Dalam kitab “Al-Wasiat” ini telah dipesankan oleh Hadirat Masih Mau`ud as bahwa orang yang menghindarkan diri dari anjuran Wasiat ini akhir kelaknya
akan menyesal dan sedih seraya berkata: “Alangkah baiknya kalau semua harta bendaku, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak aku berikan dalam jalan
Allah, supaya aku terhindar dari azab ini”. Berwasiat adalah suatu jaminan pasti atas kehidupan surga Suatu jual beli dengan Allah Taala yang tidak terlalu mahal,
kalau dipikir-pikir apa pernahkah seseorang menderita kerugian bila berniaga dengan Allah Taala? Mustahil buka?.
87
5. Islam
Merupakan pidato Mirza Gulam Ahmad Masih Mau`ud pada tanggal 2 Nopember 1904 di kota Sialkot negara Pakistan. Penjelasan isinya diantaranya:
apabila orang-orang Islam telah tenggelam dalam kelalaian. Allah Swt menurut perjanjian-Nya mengirimkan lagi seorang Mujadid untuk membaharui Islam.
Sesudah Nabi Muhammad saw agama-agama lain tidak diperbaharui oleh-Nya, oleh karena itu, semua agama-agama itu telah mati dan tidak mempunyai
kerohanian lagi. Banyak kesalahan-kesalahan masuk dalam agama-agama itu, seperti
kotoran masuk dalam pakaian yang tidak pernah dicuci. Lagi pula orang-orang yang tidak mempunyai kerohanian sedikit juapun dan nafsu amarahnya masih
terikat dalam kekotoran keduniaan, mereka memasukkan kemauan sendiri dalam agama-agama itu hingga agama-agama itu sudah berubah sama sekali.
88
6. “Islam Ushul Ki Filasafi”
Filsafat Ajaran Islam
Karyanya ini dibacakan atas gagasan dalam seminar agama-agama dikota Lahore pada tanggal 26, 27, 28 dan 29 Desember 1896, yang didalam seminar
86
Mirza Gulam Ahmad, Al-Wasiat, terj.Ahmad Wahid,Cet. 9, Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2004, h. 4.
87
Ibid., h. 5.
88
Mirza Gulam Ahmad, Islam, Bogor: Puncuk Pimpinan Majlis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia, 1981, h. 6.
tersebut hadir wakil-wakil berbagai aliran agama seperti Sanatan Darma Hindu, Arya Samaj, Freethinker yaitu penganut rasionalisme, Brahma Samaj,
Perhimpunan Teosofi, Kristen, Religion of Harmony, Sikh dan Islam. Lima macam masalah ditetapkan sebagai pokok pemabahasan yang
meliputi diantaranya juga melatar belakangi karya Mirza Gulam Ahmad berjudul Filsafat Ajaran Islam ini:
1. Keadaan jasmani, akhlak dan rohani manusia
2. Keadaan manusia sesudah mati
3. Tujuan sebenarnya hidup manusia di dunia dan cara mencapainya
4. Dampak amal perbuatan manusia di dunia dan di hari kemudian
5. Jalan dan sarana-sarana untuk mendapatkan ilmu makrifat Ilahi.
Dengan mengatakan pendapatnya dalam seminar ini di hadapan para pemuka be
rbagai agama itu dan dapat menerima sinar kebenaran, “Disebabkan adanya pertentangan antar agama-agama dewasa ini dan di dalam hati tiap-tiap
orang timbul hasrat mengenai agama sejati, maka agaknya cara yang sebaik- baiknya untuk mencapai tujuan itu ialah, para pemuka agama berhimpun di satu
tempat supaya menerangkan kelebihan-kelebihan agama mereka masing-masing dengan membatasi diri pada masalah yang telah ditetapkan dalam surat selebaran.
Oleh karena itu, di dalam pertemuan besar agama itu, agama yang benar- benar datang dari Tuhan dan pasti menampakkan kecemerlangannya. Untuk
maksud itulah seminar itu disarankan dan para pemuka tiap-tiap agama mengetahui benar akan kewajiban mereka untuk menerangkan kebenaran agama
yang dianutnya.
89
Ringkasnya, dalam keadaan demikian dan dengan maksud serta tujuan itulah seminar diselenggarakan agar kebenaran-kebenaran menampakkan
wajahnya. Maka Tuhan telah memberikan kesempatan yang sebaik-baiknya melaksanakan maksud tersebut”.
89
Mirza Gulam Ahmad, Islam U ul Ki Filasafi, terj. Sayyid ah Muhammad, Rahmat
Ahmad Anwar, “Filsafat Ajaran Islam”, Bandung: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1977, h. i-ii.
Ternyata ini dalam undangan seminar tersebut, Mirza Gulam Ahmad tidak bisa menghadiri acara seminar besar tersebut dibebabkan kesehatannya yang tidak
mengizinkan, akhirnya Mirza Gulam Ahmad menyiapkan sebuah naskah yang disambut hangat dan meriah oleh pemuka agama-agama Islam, Kristen, Hindu,
Sikh dan lain-lain yang dibacakan langsung oleh seorang utusannya berupa murid beliau yang setia bernama Abdul Karim.
90
7. “Masih Hindustan Me”