seorang guru yaitu Fazal Ahmad, yang mengajarkan dasar-dasar tata bahasa Arab yaitu Nahu Saraf.
Dia adalah seorang guru dari Ahli Hadis Sekolah dan berasal dari Ferozewala, kabupaten Gujranwala. Pada usia 16 tahun, selain mempelajari
Alquran, Mirza Gulam Ahmad juga mempelajari Alkitab dan Weda. Ketika Mirza Gulam Ahmad adalah 17 atau 18 tahun. Kemudian, dikirim lagi seorang guru
yaitu Gul Ali ah dari Batala, yang mengajarkan tata bahasa Arab dan logika ilmu pengetahuan disebut mantiq lebih dalam.
Dengan martabat para nabi yang ia miliki itu, maka Mirza Gulam Ahmad sanggup menonjolkan beberapa mukjizat dari para nabi, maupun
mengalami beberapa peristiwa seperti yang dialami mereka. Satu nama lagi yang ia terima dari Tuhannya ialah: Abdul kadir, entah untuk panggilannya itu
ia sejajar dengan sayyidina Abdul Kadir Jaelani atau Abdul Kadir yang lain, kurang jelas ya Abdul Kadir inni maaka asman wa ar
ā.
72
I. Karya-karya Mirza Gulam Ahmad
1. Barahin Ahmadiyah
Selanjutnya simaklah baik-baik sabda Pendiri Ahmadiyah, Masih Mau`ud as berikut ini:
“Semua itu adalah kalimat-kalimat yang tercantum di dalam kitab “Barahin Ahmadiyah” dan ilham-ilham itu sebenarnya adalah ayat-ayat Alquran yang
berkaitan dengan Hadirat Isa as dan ibunda beliau. Di dalam ayat-ayat itu disebutkan tentang Isa as yang boleh orang-orang dinyatakan sebagai seorang
insan yang lahir secara tidak sah. Mengenai dialah Allah Taala berfirman, bahwa Dia akan menjadikannya Isa as sebagai Tanda. Isa itulah yang ditunggu-tunggu
dan di dalam kalimat-kalimat ilham yang dimaksudkan dengan Isa dan Maryam itu adalah diriku ini. mengenai dirikulah dikatakan, bahwa Dia akan menjadikan
sebagai Tanda. Selain itu dikatakan, bahwa akulah Isa Ibnu Maryam yang akan datang itu tapi orang-orang meragukannya. Ini adalah kebenaran dan inilah
orangnya yang akan datang itu. dan keraguan itu timbul hanya karena kekurangan pahaman belaka. Siapa saja tidak mengerti rahasia-rahasia Ilahi dan memuja
kepada keadaan lahiriyah, ia tidak akan dapat melihat kepada realita disebut
hakikat.”
73
72
Ibid.
73
Mirza Ba iruddin Mahmud Ahmad, Bahtera Nuh, terj. Rahmat Anwar dan Sayid ah Muhammad, ed. 4, Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1996, h. 75.
Dari sekian banyak bentuk yang telah diungkapkan Allah Taala kepadaku, salah satunya adalah ketika Tuhan ingin mengungkapkan suatu hal yang
ters embunyi dengan cara men ahirkannya sebagai kata-kata yang mengalir dari
bibir saat yang bersangkutan keadaan lelap ringan dari bibir saat yang bersangkutan dalam keadaan lelap ringan, terkadang dalam kata-kata yang lembut
dan terkadang secara keras. Kalimat-kalimat yang meluncur dari lidah terasa keras seperti hujan es yang menghantam tanah yang keras atau sebagai ladam kuda yang
sedang berlari cepat menghantam bumi. Wahyu seperti itu turunnya cepat sekali dan begitu menggetarkan sehingga
seluruh tubuh terpengaruh dimana lidah yang agung seolah-olah bukan lidahnya sendiri. Keadaan lelap itu hilang begitu wahyu selesai, tetapi saat turunnya maka
tubuh yang bersangkutan tergelatak seperti orang mati. Wahyu seperti itu biasanya turun tidak mengabulkan suatu permohonan, menunda saat
pengabulannya atau bermaksud menyampaikan sesuatu yang akan memberatkan si penerima wahyu. Sebagai contoh adalah sedang hal itu bertentangan dengan
keinginan Ilahi atau harus ditunda pengabulannya.
74
Aku sendiri beberapa kali menerima wahyu seperti itu yang akan terlalu panjang jika diuraikan secara rinci, namun aku akan memberikan satu contoh.
Sekitar 3 tahun yang lalu aku berdoa agar orang-orang tergugah untuk membantu penerbitan buku ini, dimana saat itu aku menerima wahyu jenis ini dalam bentuk
kata- kata yang keras “Belum saatnya”.
Ketika menerima wahyu ini aku memberitahukannya kepada beberapa orang Hindu dan Muslim yang sekarang masih banyak yang hidup, dimana
mereka menyaksikan kurangnya minat orang-orang terhadap buku ini. Bentuk lain dari wahyu yang kata-katanya mengalir dari lidah dengan kelembutan, contohnya
ialah ketika setelah berlangsung suatu masa setelah wahyu di atas saat aku sedang mengalami berbagai kesulitan, suatu hari aku menerima wahyu yang berbunyi:
75
ج ج
74
Mirza Gulam Ahmad, Barahin Ahmadiyah, Amritsar: Safir Hind Press, 1882, h. 248.
75
Ibid., h. 249.
Goyangkanlah ke arah engkau, batang pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan ke atas buah kurma yang matang lagi segar.
Dari sini Mirza Gulam Ahmad memperoleh indikasi bahwa Mirza sebaiknya meminta bantuan orang-orang lain dan terkandung di dalam wahyu itu
suatu janji bahwa melalui upaya demikian akan terkumpul yang cukup guna membiayai percetakan buku tersebut. Mirza Gulam Ahmad memberitahukan isi
wahyu tersebut kepada beberapa orang Hindu dan muslim serta kepada Hafi Hidayat Ali Khan, pejabat Assisten Komisioner, yang tidak di Qadian pada hari
itu atau keesokan harinya aku juga telah memberitahukan hal ini kepada Muhammad Husain dari Batala.
Singkat kata, setelah menerima wahyu tersebut, sejalan dengan perintah Ilahi, aku telah melakukan beberapa upaya untuk mengundang bantuan dan
hasilnya Mirza Gulam Ahmad menerima kiriman uang dari Lahore, Pe awar, Rawalpindi, Malerkotla dan beberapa tempat lainnya, yang jumlahnya cukup
untuk membiayai percetakan bagian buku tersebut. Segala puji bagi Allah Taala.
76
Bentuk kedua dari wahyu yang karena kandungan keajaibannya Mirza anggap sebagai wahyu yang karena kandungan keajaibannya Mirza anggap
sebagai wahyu yang sempurna adalah ketika Allah Yang Maha Perkasa ingin memberitahukan hamba-Nya tentang suatu yang tersembunyi berdasarkan doa
yang bersangkutan ataupun karena keinginan Tuhan sendiri. Pada saat demikian Dia akan menimbulkan keadaan seperti pingsan dimana yang bersangkutan lupa
sepenuhnya akan keadaan dirinya dan terasa seperti menyelam ke lubuk air yang dalam dan menghilang di dasarnya.
Ketika ia muncul dari penyelamatan itu, ia merasakan sejenis gema di dalam dirinya yang kemudian diikuti untaian kata-kata yang tepat, indah dan
manis. Penyelaman ke dalam kefanaan demikian itu merupakan pengalaman mengasikkan yang tidak mungkin diuraikan dengan kata-kata. Dalam keadaan
demikian itulah seluruh samudera pengetahuan dibukakan kepada yang bersangkutan.
76
Ibid., h. 250-251.
Jika sudah berulang kali mengalami penyelaman demikian yang dilantarkan oleh Allah Yang Maha Agung dan ia menerima respons atas segala
permohonannya dalam kata-kata yang indah, dimana Tuhan mengungkapkan baginya kebenaran yang berada di luar jangkauan manusia biasa, maka ia akan
mencapai tingkat kadar pemahaman dan pengenalan sepenuhnya. Permohonan manusia dan pengabulan Tuhan melalui manifestasi Ketuhanan-Nya merupakan
pengalaman seolah-olah si pemohon itu melihat Tuhan di dunia ini juga dan kedua dunia itu terlihat seimbang dalam pandangannya.
Saat seorang hamba ketika sedang dalam masa kesulitan mengajukan permohonan doa berulang kali kepada Tuhannya dan ia menerima respon yang
terangkum dalam kata-kata yang indah, terkadang dalam bahasa yang sebenarnya tidak dikenalnya sama sekali serta mengandung hal-hal tersembunyi yang berada
di luar kuasa makhluk. Terkadang berisi kabar gembira tentang karunia akbar, derajat yang tinggi
dan kedekatan kepada Tuhan ataupun mengandung nubuwatan-nubuwatan tentang karunia keduniaan lainnya maka dengan mendengar kalimat-kalimat indah dan
fasih yang berada di luar kemampuan manusia untuk mengarangnya, ia akan mencapai suatu tingkatan pengertian yang hanya dapat dimengerti oleh mereka
yang menerima karunia demikian. Sesungguhnya orang-orang seperti itu akan mengenali Tuhannya
sebagaimana seseorang mengenali seorang sahabat lama yang akrab. Wahyu seperti itu biasanya berkaitan dengan hal-hal akbar. Terkadang di dalamnya
mengandung kata-kata yang harus dicari artinya dalam sebuah kamus. Beberapa kali Mirza Gulam Ahmad menerima wahyu seperti itu dalam bahasa asing seperti
Inggris atau bahasa lain yang sama sekali aku tidak mengenalnya.
77
Bentuk katiga dari wahyu disampaikan ke kalbu seseorang dengan cara yang halus. Suatu kalimat melintas di dalam hati tetapi tidak mengandung semua
keajaiban yang merupakan karakteristik dari wahyu yang sempurna. Wahyu seperti ini tidak selalu didahului oleh rasa kantuk ringan atau kehilangan
kesadaran. Wahyu seperti ini dapat saja diterima dalam keadaan juga sepenuhnya.
77
Ibid., h. 260-264.
Terasanya seperti ada seseorang meniupkan kata-kata itu ke dalam hati dimana yang bersangkutan dapat saja dalam keadaan jaga sepenuhnya atau setengah
terjaga. Terkadang setelah masuk ke dalam hati, kata-kata itu nensiratkan nurnya
sehingga yang bersangkutan langsung menyadari bahwa kata-kata tersebut berasal dari Tuhan. Wahyu demikian memberikan keselarasan dan kepuasan dalam hati
seperti udara yang dihisap paru-paru yang memberikan kenyamanan kepada jantung dan anggota tubuh.
Fikiran yang resah kemudian menjadi tenang dan gembira. Semua itu merupakan misteri yang tidak diketahui manusia awam, tetapi orang-orang
berpengertian yang telah memperoleh karunia misteri Ilahi dapat memahaminya dengan baik. Mirza Gulam Ahmad sendiri sudah seringkali menerima wahyu
seperti itu. Bentuk keempat dari wahyu ialah ketika Allah Taala mengungkapkannya
dalam bentuk ru`ya atau mimpi yang benar dimana misalnya seseorang malaikat yang mengambil bentuk manusia akan membukakan suatu hal yang tersembunyi
atau dapat juga berbentuk tulisan di atas secarik kertas atau sekeping batu atau pun bentuk-bentuk lainnya yang semuanya mengungkapkan misteri-misteri yang
tersembunyi.
78
Di belakang suatu tabir, hanya saja suara yang disampaikan secara cepat tersebut terkesan amat menyenangkan dan menggembirakan hati. Turunnya
wahyu dapat ketika seseorang sedang berfikir secara tekun dan tiba-tiba terdengar suara yang membuat yang bersangkutan terkesima menduga-duga dari arah mana
datangnya. Saat ia mencari-cari siapa yang berbicara, tersadar batinnya bahwa datangnya dari seorang malaikat. Umumnya wahyu demikian menyampaikan
kabar suka ketika seseorang sedang bersedih dilanda duka atau cengkeraman ketakutan mendengar berita buruk.
Wahyu seperti ini bukan merupakan akibat dari permohonan doa berulang. Seorang malaikat begitu saja menyampaikan suatu berita ketika Allah Yang Maha
Agung menginginkannya, berbeda dengan bentuk wahyu lain yang turun karena
78
Mirza Gulam Ahmad, Barahin Ahmadiyah, h. 273.
permohonan berulang kepada Tuhan. Jika ada yang mengajukan seratus kali permohonan maka ia juga akan menerima seratus jawaban dari Yang Maha
Pengasih, sebagaimana kesan pengalamanku sendiri.
79
2. Ta