Hasil dan Analisis Pengujian Penyerapan Air

38 Pada Gambar 4.2 tersebut terlihat jelas bahwa nilai kuat tekan maksimum pada komposisi karet ban dan polistirena 5:35 sebesar 2,92 MPa. Sedangkan nilai kuat tekan minimum pada komposisi karet ban dan polistirena 35:5 sebesar 0,24 MPa. Menurut Tortum 2004 karena karet ban bersifat elastomer, sehingga mampu meningkatkan keelastisitasan dari campuran aspal, tetapi semakin banyak komposisi karet ban ditambahkan tidak menghasilkan campuran aspal yang lebih baik, cenderung semakin mengurangi kekuatan campuran aspal tersebut. Dan komposisi polistirena yang lebih banyak menghasilkan campuran aspal dengan kuat tekan lebih maksimum, karena sifat fisis dari polistirena yang keras dan kaku. Menurut SNI 08-1991-03 untuk persyaratan aspal beton nilai kuat tekannya sebesar 15-40 MPa. Ini berarti semua campuran aspal yang diujikan belum memenuhi ini standar kekuatan dari campuran aspal beton. Hal ini disebabkan karena untuk persyaratan campuran aspal beton tersebut menggunakan agregat kasar kerikil dan agregat halus pasir yang lolos saringan 2,36 mm. Sementara dari pengujian skala laboratorium, untuk agregatnya yang digunakan hanya pasir yang lolos saringan 0,6 mm. Sehingga hasil kuat tekan dari campuran aspal tersebut belum memenuhi Standar Nasional Indonesia.

4.2 Hasil dan Analisis Pengujian Penyerapan Air

Pengujian penyerapan air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang terserap oleh sampel. Pengujian ini telah dilakukan terhadap semua jenis variasi sampel yang ada, dimana data berat kering dan berat jenuh air disubstitusikan ke persamaaan 2.2. Sehingga diperoleh hasil pengujian persentase penyerapan air, seperti pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 yang menunjukkan hubungan antara persentase penyerapan air dengan campuran aspal variasi karet ban dan polistirena. Universitas Sumatera Utara 39 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Penyerapan Air Dari Campuran Aspal Variasi Karet Ban dan Polistirena No Komposisi Campuran Aspal Penyerapan Air Ban PS Aspal Agregat DCP DVB g g g g g g 1 35 5 60 300 1 1 0,23 2 30 10 60 300 1 1 0,27 3 25 15 60 300 1 1 0,27 4 20 20 60 300 1 1 0,35 5 15 25 60 300 1 1 0,32 6 10 30 60 300 1 1 0,42 7 5 35 60 300 1 1 0,49 8 100 300 1 1 0,78 0,23 0,27 0,27 0,35 0,32 0,42 0,49 0,78 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1 2 3 4 5 6 7 8 5:35 10:30 15:25 20:20 25:15 30:10 35:5 0:0 Campuran Aspal Variasi Karet Ban dan Polistirena P e n y e r a p a n A ir Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Persentase Penyerapan Air Dengan Campuran Aspal Variasi Karet Ban dan Polistirena Universitas Sumatera Utara 40 Berdasarkan Gambar 4.3 diatas terlihat jelas bahwa persentase penyerapan air menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara campuran aspal yang mengandung bahan polimer dengan tanpa bahan polimer. Pada sampel No. 8 atau tanpa bahan polimer menunjukkan nilai penyerapan air yang cukup besar yaitu 0,78. Sedangkan untuk campuran aspal yang mengandung bahan polimer nilai penyerapan airnya menurun, dengan rata-rata penyerapan air berkisar 0,33. Hal ini karena adanya polistirena yang memiliki sifat tahan terhadap air salah satunya dapat meningkatkan ketahanan campuran aspal terhadap air. Menurut Tapkin 2007, banyaknya kandungan air di dalam campuran aspal cenderung mengurangi daya tahan campuran aspal karena menyebabkan erosi. Sehingga dengan ditambahkannya bahan polistirena, persentase penyerapan air menjadi lebih kecil, sehingga penambahan bahan polimer ke dalam campuran aspal tersebut tentunya baik untuk meningkatkan sifat fisik dari campuran aspal. Pada komposisi karet ban dan polistirena 5:35 menunjukkan persentase penyerapan air yang paling kecil yaitu sebesar 0,23. Ini menunjukkan bahwa pada komposisi tersebut adalah yang terbaik pada uji penyerapan air dibandingkan komposisi campuran aspal yang lain. Menurut Rianung 2007, sifat fisik dari polistirena salah satunya tahan terhadap air, tentu dengan komposisi dari polistirena yang lebih besar, maka dihasilkan persentase air yang terserap ke dalam campuran aspal kecil. Dari grafik tersebut terlihat terjadinya penurunan persentase penyerapan air pada komposisi campuran aspal 25:15, hal ini disebabkan karena campuran aspal tersebut kurang homogen. Menurut SNI-03-1969-1990, diketahui bahwa kandungan air dalam campuran aspal maksimum sebesar 3. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel yang telah diujikan, untuk nilai penyerapan airnya telah memenuhi standar minimum penyerapan air terhadap agregat pasir menurut Standar Nasional Indonesia. Universitas Sumatera Utara 41

4.3 Hasil dan Analisis Pengujian Dengan DTA