Proses Pengujian Kuat Tekan Proses Pengujian Dengan DTA

31 polimer, tanpa adanya dikumil peroksida dan divenil benzena, juga tanpa menggunakan proses ekstruksi.

3.3.3 Karakterisasi Aspal Polimer

Hasil yang diperoleh kemudian dikarakterisasi untuk menentukan sifat-sifat mekanik uji kuat tekan dan fisik uji penyerapan air, uji sifat termal dengan DTA dan uji morfologistruktur permukaan dengan SEM dari campuran aspal dengan bahan polimer, serta dianalisis perubahan gugus fungsinya dengan menggunakan spektroskopi FTIR.

3.3.3.1 Proses Pengujian Kuat Tekan

Alat yang digunakan pada uji kuat tekan adalah Tokyo Testing Machine Type- 20E MGF No. 6079 dengan kapasitas 2000 Kgf dan mengacu pada ASTM D 1559-76 atau SNI 03-6758-2002 Dengan prosedur pengujian sebagai berikut : 1. Sampel yang di uji berbentuk kubus dengan sisi 50 mm, dengan luas permukaan 2500 mm 2 . 2. Selanjutnya sampel ditempatkan pada mesin uji tekan. Kemudian diberikan pembebanan sebesar 1000 Kgf dengan kecepatan 10 mmmenit sampai benda uji runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja. Beban maksimum dicatat sebagai P max dalam satuan Kgf. 3. Dihitung nilai uji kuat tekan dengan menggunakan persamaan 2.1, maka nilai uji kuat tekan dari aspal polimer dapat ditentukan. 3.3.3.2Proses Pengujian Penyerapan Air Untuk mengetahui besarnya penyerapan air oleh aspal polimer yang telah dibuat mengacu pada ASTM C 20-00-2005 dengan prosedur pengujian sebagai berikut : 1. Benda uji dibersihkan terlebih dahulu dengan kain halus, kemudian ditimbang, yang selanjutnya disebut dengan berat kering B k . Universitas Sumatera Utara 32 2. Kemudian benda uji direndam di dalam bak perendaman dengan ketinggian air separuh dari tinggi benda uji selama 24 jam, kemudian diangkat dan permukaannya dilap dengan kain halus dan ditimbang disebut dengan berat jenuh B j . 3. Dihitung nilai uji penyerapan air dengan menggunakan persamaan 2.2, maka nilai uji penyerapan air oleh aspal polimer dapat ditentukan.

3.3.3.3 Proses Pengujian Dengan DTA

Alat yang digunakan untuk menganalisis sifat termal yaitu adalah Thermal Analyzer DT-30 Shimadzu. Dengan prosedur pengujian sebagai berikut : 1. Alat dinyalakan selama 30 menit sebelum digunakan. 2. Sampel yang akan diuji dipotong-potong dengan ukuran kecil dan ditimbang dengan berat sekitar 30 mg. Lalu ditimbang alumina sebanyak 30 mg sebagai zat pembanding. 3. Sampel dan pembanding kemudian diletakkan diatas thermocouple. Diset Termocouple Platinum Rhodium PR 15 mv, dan DTA range + 250 µV. 4. Alat pengukur temperatur kemudian diset sampai menunjukkan pada temperatur 650 o C. 5. Pulpen recorder ditekan dan chart speed diset 2,5 mmmenit dengan laju pemanasan 10 o Cmenit. 6. Kemudian dilanjutkan dengan menekan tombol Start dan ditunggu hasil sampai tercapai suhu yang diinginkan. 7. Hasil pengujian DTA merupakan kurva termogram yang dapat menentukan suhu transisi gelas T g , suhu titik lebur T m dan perubahan suhu ∆T. Universitas Sumatera Utara 33

3.3.3.4 Proses Pengujian Dengan SEM