27 Suhu transisi gelas terjadi ketika polimer amorf atau bagian amorf polimer
semi-kristalin menunjukkan perubahan dari keadaan lunak dan elastis menjadi keadaan keras, rapuh dan mirip getas. Suhu transisi gelas dipengaruhi oleh
fleksibilitas rantai, kekuatan dan ukuran gugus samping dan fleksibilitas rantai samping. Fleksibilitas rantai ditentukan oleh kemudahan gugus
– gugus yang berikatan kovalen untuk berotasi. Rotasi ditentukan oleh energi dari gaya
– gaya kohesi molekul. Penurunan fleksibilitas rantai meningkatkan Tg melalui peningkatan
halangan sterik. Halangan sterik ditentukan oleh ukuran dan bentuk rantai utama. Gugus
– gugus samping yang besar dan kaku menurunkan fleksibilitas rantai utama sehingga T
g
meningkat. Penamabahan gugus samping yang fleksibel menghsilkan peningkatan jarak antar rantai sehingga gaya intermolekuler menurun
dan kemuluran meningkat. Hal ini dapat dicapai dengan penambahan pemlastis dan aditif lainnya Kristian, 2008.
2.6.4 Pengujian Morfologi dengan
Scanning Electron Microscopy
Scanning Elektron Mikroskopy
SEM merupakan alat yang dapat membentuk bayangan permukaan. Morfologi suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop
elektron pancaran karena jauh lebih mudah mempelajari struktur permukaan atau morfologi itu secara langsung Stevens, 2001.
Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan
balik berkas elektron, sinar X, elektron sekunder dan absorpsi elektron. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan
yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 µ m dari permukaan.
Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar tofografi diperoleh dari
penagkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detector yang diteruskan ke monitor. Pada
Universitas Sumatera Utara
28 monitor akan diperoleh gambar yang khas menggambarkan mofologi spesimen.
Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. Sampel yang dianalisa dengan teknik
ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi. Karena polimer mempunyai kondiktivitas rendah maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor
bahan pengantar yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi juga dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan emas atas campuran emas
dan palladium Rafli, 2008.
2.6.5 Analisis Gugus Fungsi dengan Spektroskopi
Fourier Transform Infra Red
Spektroskopi FT-IR merupakan suatu metode analisis yang umum dipakai untuk meneliti bahan polimer dan analisis gugus fungsi. Dengan cara menentukan
dan merekam hasil spektra residu dengan serapan energi oleh molekul organik dalam sinar infra merah.
Daerah infra merah merupakan bagian yang memiliki panjang gelombang dari 760
–1 jt nm. Apabila daerah ini, molekul diberi energi maka molekul tersebut dapat menyebabkan tekukan dan uluran ikatan itu akan meningkat, atau energi ini dapat
menyebabkan getaran dalam molekul-molekul dimana atom dalam molekul mengubah posisi relatifnya. Setiap gugus fungsi dalam molekul umumnya
mempunyai karakteristik sendiri sehingga spektroskopi IR dapat digunakan untuk mendeteksi gugus yang spesifik pada polimer. Intensitas pita serapan merupakan
ukuran konsentrasi gugus yang khas yang dimiliki oleh polimer Stevens, 2001. Penetapan secara kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi
peak transmitansi pada panjang gelombang tertentu yang dihasilkan oleh zat yang diuji dan zat yang standar. Dalam ilmu material analisa ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya reaksi atau interaksi antara bahan -bahan yang dicampurkan. Selain itu, nilai intensitas gugus yang terdeteksi dapat menentukan jumlah bahan
yang bereaksi atau yang terkandung dalam suatu campuran Antonius, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspal dengan tipe penetrasi 6070, Serutan karet ban luar bekas, Polistirena foam bekas, Agregat pasir
halus, Toleuna p.a.E.Merck, Dikumil Peroksida p.a, dan Divenil Benzena p.a.E.Merck.
3.2 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gelas Beaker 500 mL
Pyrex
, Ayakan No. 30 0,6 mm, Statif dan Klem, Hot Plate
Corning PC 400 D
dan Agitator
Fisher Dyna Mix
, Neraca
Sartorius BL-1500
, Ekstruder
MIFPOL BRS 896
, Oven
Gallenkamp Plus II,
Hot Compressor
Hydraulic Press Test System
, Mesin uji tekan
Tokyo Testing Machine Type-20E MGF, Thermal Analyzer DT-30 Shimadzu,
Spektroskopi FTIR
Perkin Elmer,
SEM
Jeol Type JSM-6360 LA,
Cetakan spesimen bentuk kubus ukuran sisi 50 mm ASTM C 348-2002SNI 03-6825-2002
.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan Agregat dan Bahan Polimer
Adapun persiapan bahan yang dilakukan yaitu : - Agregat berupa pasir halus dicuci terlebih dahulu dengan air, dikeringkan
di oven pada suhu 110
o
C, kemudian seluruh agregat pasir halus disaring dalam ayakan, dan hasilnya dibuat masing-masing ke dalam 300 g.
- Serutan karet ban luar bekas disaring dalam ayakan, kemudian hasil saringan dalam bentuk serbuk halus masing-masing dibuat ke dalam
variasi 35 g, 30 g, 25 g, 20 g, 15 g, 10 g, 5 g. - Polistirena foam bekas dipotong-potong kecil, kemudian dibuat ke dalam
variasi 5 g, 10 g, 15 g, 20 g, 25 g, 30 g, 35 g.
Universitas Sumatera Utara