Pembinaan Kesehatan Jenis Risiko Tinggi

2.Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alatobat. 3.Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alatobat dan orang lain. 4.Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan kedua. b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan. b.1.Peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis – jenis penyakit menular tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk keluar masuk antar negara. b.2. Ketentuan Keselamatan Penerbangan a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian. b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu. c.Imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin ACW 135 Y, dibuktikan dengan Kartu ICV international Certificate of Vaccination. d.Calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila : 1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda. 2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di Embarkasi. 3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan. 5,18

2.3. Pembinaan Kesehatan

Universitas Sumatera Utara Pembinaan kesehatan terhadap jemaah haji disamping dilakukan di Puskesmas dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi penyuluhan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan .Pelaksanaannya dapat secara mandiri atau berkelompok dan berkesinambungan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan pada jemaah haji usia lanjut,jemaah risiko tinggi. Pembinaan kesehatan dimulai sejak di daerah asal, diperjalanan, diasrama embarkasidebarkasi haji, selama di Arab saudi dan setelah kembali ke Indonesia. Pembinaan kesehatan dilakukan dalam aspek 4,5 a. Pengelolaan Kesehatan Haji Mandiri Jemaah haji mampu mencari pelayanan kesehatan baik di kloter, sector, daker maupun Rumah Sakit di Arab Saudi. Dismping itu jemaah haji diperkenalkan dengan masalah penyakit, masalah kesehatan reproduksi dan vaksinasi. b. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah proses tubuh dalam menyesuaikan dengan situasi dan kondisi alam di Arab Saudi dan cara menghadapinya, pondokan, sarana dan prasarana, sosial dan budaya. c. Latihan Kebugaran Cara – cara untuk mencapai kebugaran dengan melakukan praktek kebugaran jasmanilatihan kesegaran jasmani. Bagi jemaah haji risiko tinggi atau yang sakit hendaknya berkonsultasi ke dokter sebelum melakukan latihan. d. Pengaturan Gizi Universitas Sumatera Utara Bagaimana pengaturan makanandiet bagi jemaah haji selama melakukan ritual haji. Pengaturan menu dan porsi makanan juga dapat menjaga agar berat badan tetap ideal dan mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal. e. PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Menjelaskan bagaimana tata cara berperilaku hidup bersih dan sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi jemaah haji dipengaruhi system nilai, norma atau kultural daerah asal jemaah haji, ekonomi, pendidikan serta keyakinan agama.

2.4. Jemaah Haji Risiko Tinggi Risti

Jemaah Haji Risiko Tinggi adalah jemaah haji yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu yang diperkirakan dapat memperburuk kesehatan selama menjalankan ibadah haji. Kondisi ini bisa hanya terdiri dari satu jenis penyakit untuk seorang jemaah haji, dan bisa pula lebih dari satu jenis penyakit. Makin banyak risti yang dimiliki oleh jemaah, semakin besar risiko memburuknya kondisi kesehatan calon jemaah haji tersebut. Sebelum calon jemaah haji berangkat ke tanah Suci, terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kesehatan sehingga jemaah haji dapat dikelompokkan kedalam yang sehat atau risiko tinggi risti.Apabila calon jemaah haji tergolong dalam risti,maka di Buku Kesehatan Jemaah Haji BKJH yang bersangkutan diberi stempel “RISTI” untuk memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan jemaah, baik TKHI Tim Kesehatan Haji Indonesia, TKHD Tim Kesehatan Haji Daerah yang menyertai jemaah atau petugas kesehatan di BPHI Balai Pengobatan Haji Indonesia maupun di Rumah Sakit Arab Saudi. 3,7,19 Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji

Faktor risiko jemaah haji dibagi 2 yaitu faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal. a. Faktor Risiko Internal 1. Gangguan kesehatanpenyakit : hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll 2. Perilaku : kebiasaan merokok, pola makan, gaya hidup. b. Faktor Risiko Eksternal Prosesi haji syarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota Mekkah meliputi: Tawaaf mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan arah berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi kiri badan. 1. Sai berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit Safa ke Marwah, yang berkisar 500 m sekali jalan. 2. Wukuf di Arafah selama satu hari berangkat dari Mekkah sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf. 3. Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan diselimuti cuaca dingin. Universitas Sumatera Utara 4. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh. 6

24.2. Jenis Risiko Tinggi

Risti dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu risti sehat dan risti sakit. 19

a. Risti Sehat