Determinan Hipertensi 1.Faktor Yang Tidak Dapat Diubah
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunang- kunang,susah tidur dan pusing.
22
2.5.3. Determinan Hipertensi 2.5.3.1.Faktor Yang Tidak Dapat Diubah
a.Genetik Penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan
faktor risiko mengalami hipertensi dikemudian hari dan dinyatakan pula bahwa bila salah satu orang tua menderita hipertensi, maka mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi dibanding dengan orang yang kedua orang tuanya normal.
24
b.Umur dan Jenis Kelamin Pada umumnya ditemukan peningkatan tekanan darah menurut peningkatan
usia dimulai sejak umur 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Nursanty 2005 karakteristik penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda
Medan tahun 2003 – 2004, bahwa proporsi penderita hipertensi pada kelompok umur ≥ 40 tahun 98,7 231 Orang.
11,25
Menurut penelitian Mukhtar D 2007 menemukan bahwa prevalensi penderita hipertensi pada perempuan usia 60-79 tahun sebesar 63 dan 80 tahun
sebesar 74 dan diruang Rawat Akut Geriatri, persentase pasien perempuan dengan hipertensi adalah 62,5. Studi Cardiovascular Disease Framingham melaporkan
bahwa 90 usia pertengahan dan usia lanjut mengalami hipertensi. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi penderita hipertensi menurut peningkatan
usia, tingkat prevalensi sebesar 6-15.
26
c.Ras atau Suku Bangsa
Universitas Sumatera Utara
Penelitian menunjukkan bahwa hipertensi sering terjadi pada orang kulit hitam daripada kulit putih yang tinggal dilingkungan yang sama. Di Amerika Serikat
15 golongan kulit putih dewasa dan 20 – 30 kulit hitam adalah penderita hipertensi. Prevalensi di Indonesia tidak jauh berbeda sekitar 6-15, walaupun
dilaporkan adanya prevalensi yang rendah yaitu Ungaran 1,8 dan Lembah Balim 0,6, serta ada yang tinggi di Silungkang 19,4 dan Talang 17,8.
22,24
2.5.3.2.Faktor risiko Hipertensi yang dapat dihindarkan atau diubah
a.Kegemukan obesitas Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadi hipertesi. Penurunan
berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan obesitas kelebihan berat
badan 10 dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain.
21,24
Prevalensi hipertensi pada orang yang mempunyai IMT diatas 30 kgm
2
ialah 38 pada laki-laki dan 32 pada perempuan, sedangkan pada orang dengan IMT
25 kgm
2
, prevalensinya masing-masing 18 dan 17. Berdasarkan penelitian- penelitian terkontrol, diperkirakan penurunan berat badan 9,2 kg dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing 6,3 dan 3,1 mmHg. b. Konsumsi Garam Yang Tinggi
Asupan garam yang tinggi menyebabkan retensi cairan oleh tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan volume plasma, isi sekuncup stoke volume, curah
jantung dan tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan prevalensi hipertensi dengan asupan garam diteliti pada studi Intersalt yang melibatkan 52 pusat penelitian di seluruh dunia dengan subjek lebih
dari 10.000 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dengan asupan natrium. Perbedaan dalam asupan natrium
sebesar 100 mEq 6000 mg NaCl per hari berhubungan dengan tekanan sistolik 3-6 mmHg, dan pengurangan asupan natrium 100 mEq per hari dapat menurunkan
tekanan sistolik 10 mmHg pada subjek usia 25-55 tahun.
27
c. Kebiasaan Merokok Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan terjadinya thrombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu
rokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat LDL dan menurunkann kadar kolesterol baik HDL. Telah diketahui juga bahwa akibat merokok, menyebabkan
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Rokok juga dapat menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar oleh nikotin
akhirnya viskositas darah meningkat dan menimbulkan hipertensi.
20,27
Menurut penelitian Martini 2006 ditemukan bahwa faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap per hari 10-
20 batang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari lebih berpengaruh terhadap risiko kejadian hipertensi dibandingkan lama kebiasaan
merokok. Penelitian ini mendukung penelitian Niskanen dkk 2004 adapun karakteristik dari merokok yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
Universitas Sumatera Utara
hipertensi adalah umur pertama kali mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari dan lama lama kebiasaan merokok telah dijalani.
28
d. Konsumsi Kopi Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya
tekanan darah.Pada umumnya yang mempunyai kebiasaan merokok juga suka minum kopi.
e. Konsumsi Alkohol Alkohol yang diminim terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan
metabolisme karbohidrat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan thrombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam
jumlah besar dapat mengakibatkan hipertensi.
21
Prevalensi penderita hipertensi dimasyarakat disebabkan oleh konsumsi alkohol sekitar 5-7. Konsumsi alcohol sebanyak 3 sloki per hari merupakan ambang
bagi kenaikan tekanan darah, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah 3 mmHg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi alkohol
dapat menurunkan tekanan sistolik 4-8 mmHg.
27
f. Stress Psikososial Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh.Pada saat stres
respons syaraf simpatis memicu peningkatan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berkepanjangan tekanan darah akan tetap tinggi.
22
g. Kurang Olah Raga
Universitas Sumatera Utara
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah. Olah raga juga dapat
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit.
21
2.6.Upaya Pencegahan
Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, seyogyanya calon jemaah haji harus melakukan persiapan- persiapan. Persiapan tentang ilmu manasik haji juga
persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dan mental meliputi pemeriksaan kesehatan, persiapan dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim di negara Saudi
Arabia, persipan untuk menjaga kondisi fisik yang baik dan prima, sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan optimal.
19
2.6.1.Pencegahan primer
Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor risiko.Dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengkonsumsi makanan sehat dan mengurangi garam b Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang, tidak
usah tergesa-gesa dan berdesakkan. c. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan
kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit
diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan. d. Istirahat yang cukup.
e. Olah Raga teratur jalan kaki lebih kurang 30 menit sehari.
Universitas Sumatera Utara
f. Tidak merokok. g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi dari orang
lain batuk,pilek,demam yang semua itu dapat meningkatkan denyut jantung menjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan sesak
nafas.
2.6.2.Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini suatu penyakit pada awal masa sakit berupa screening penyaringan, hal ini dapat
dilihat pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Bagi calon jemaah haji yang terdeteksi menderita hipertensi agar melakukan tindakan pengobatan secara teratur
sehingga memungkinkan menjalankan ibadah haji dengan kondisi prima. Jemaah haji hipertensi sebaiknya rutin mengontrol tekanan darah pada dokter kloter masing-
masing konsultasi dan bawalah obat anti hipertensi bila bepergian dan minum secara teratur.
2.6.3.Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Untuk jemaah haji hipertensi agar tetap
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan berobat secara teratur. Dengan demikian kondisi fisik dapat dipertahankan secara optimal baik sebelum,
selama dan setelah melaksanakan ibadah haji
.4,10,19
Universitas Sumatera Utara