Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Asal Kota Medan Di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA JEMAAH HAJI ASAL KOTA MEDAN DI EMBARKASI POLONIA MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NURLIANA PURBA NIM. 071000196

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA JEMAAH HAJI ASAL KOTA MEDAN DI EMBARKASI POLONIA MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NURLIANA PURBA NIM. 071000196

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI PADA JEMAAH HAJI ASAL KOTA MEDAN DI EMBARKASI POLONIA MEDAN

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NURLIANA PURBA NIM. 071000196

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Juni 2011 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 19590818 198503 2 002 NIP. 19640404 199203 1 005

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP . 19490417 197902 1 001 NIP . 19650112 199402 2 001

Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP : 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Kesehatan haji merupakan salah satu bagian dari kesehatan matra. Kondisi kesehatan haji Indonesia bervariasi ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang sehat dengan faktor risiko, yang mempunyai faktor risiko disebut jemaah haji risiko tinggi. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko, dimana merupakan penyakit kardiovaskuler penyebab kematian pada jemaah haji.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010, maka dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Sampel adalah seluruh jemaah haji hipertensi asal kota Medan pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 sebanyak 358 sampel (Total sampling).

Proporsi jemaah haji hipertensi kota Medan terbanyak pada umur ≥ 40 tahun (97,5%), jenis kelamin perempuan (62,0%), pendidikan SD (38,5%), pekerjaan ibu rumah tangga (44,4%), Bertempat tinggal di Kec. Medan Tembung (14,0%), hipertensi derajat 1 (43,3%), ada risiko tinggi lain (50,8%), Senility (67,6%), tanpa risti (95,1%), tidak dipantau (98,9%), meninggal (0,8%), dan kematian dengan cardiac arrest/ henti jantung 2 orang.

Tidak ada perbedaan bermakna jenis kelamin berdasarkan derajat hipertensi (p=0,186), pekerjaan berdasarkan derajat hipertensi (p=0,271). Terdapat perbedaan bermakna distribusi proporsi status risiko tinggi lain berdasarkan derajat hipertensi (p=0,000). Tidak dapat dilakukan uji statistik umur berdasarkan derajat hipertensi karena ada frekuensi harapan <5.

Kepada petugas kesehatan Embarkasi Polonia Medan agar melakukan pemeriksaan kesehatan baik pada saat keberangkatan maupun pada saat pemulangan sehingga jemaah haji hipertensi dapat terpantau kondisi kesehatan nya.


(5)

ABSTRACT

Health Hajj is one part of the health dimension. The health condition of Indonesia vary Hajj is healthy with no disease and there are healthy with risk factors, who has called pilgrims risk factors of high risk. Hypertension is one risk factor, which is the cause of death in cardiovascular disease pilgrims.

To know the characteristics of hypertensive patients on pilgrims from the city of Medan in Medan Polonia embarkation in 2010, then conducted a descriptive research design with case series. The samples are all pilgrims from the city of Medan in hypertension medical examination at embarkation re Polonia in 2010 as many as 358 samples (total sampling).

The proportion of hypertensive pilgrims Medan largest at the age group ≥ 40 years (97.5%), female sex (62.0%), elementary education (38.5%), the work of housewives (44.4 %), Residing in the district. Medan Tembung (14.0%), hypertension degree 2 (43.3%), there are other high risk (50,8%), other high-risk types most was Senility (67,6%),without other high risk (95,1%), wasn,t looked (98,9%), death (0.8%), and death by cardiac arrest 2.

There was no significant difference in gender distribution based on the proportion of degree of hypertension (p=0.186), work based on the degree of hypertension (p=0.271). There are significant differences in the distribution of the proportion of other high-risk status based on the degree of hypertension (p=0.000). No statistical test can be performed age based on the degree of hypertension because there is expected frequencies < 5.

To health officer in Polonia embarkation to a medical examination either at the time of departure or during the pilgrims return so that hypertension can be monitored their health condition.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurliana Purba

Tempat/ Tanggal Lahir : Dolok Manampang/ 13 April 1980

Agama : Islam

Anak Ke : 2

Status Pernikahan : Sudah Menikah Nama Ayah : P. Purba

Nama Ibu : R. Saragih

Alamat : Jl. Sempurna Gang Baru No. 12 Medan 20218 Riwayat Pendidikan

a. Tahun 1988 – 1994 : SD N No. 104311 Dolok Manampang b. Tahun 1994 – 1997 : SLTP N 1 Dolok Masihul

c. Tahun 1997 – 2000 : SMA N 1 Tebing Tinggi d. Tahun 2000 – 2003 : D III Keperawatan USU Medan

e. Tahun 2007 – 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Riwayat Pekerjaan

a. Tahun 2004 – 2008 : Balai Pengobatan Swasta Teratai Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Asal Kota Medan Di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda P. Purba dan Ibunda Rantinam br. Saragih, Suami tercinta Indrawan Saragih, SP yang telah mendukung penulis baik melalui do’a, dana dan motivasi yang telah diberikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi dan Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Jemadi M. Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Ibu drh. Hiswani, M. Kes selaku Dosen Penguji skripsi penulis, yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis demi menyempurnakan skripsi ini.


(8)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Dosen Penasehat Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dr. H. Syahril Aritonang, MHA beserta staf/pegawai Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan yang telah memberikan izin penelitian khususnya Bapak Nurul Azman, SKM, Dian Maria Ulfa, S. Farm, Apt serta Kakanda Linda Mayarni Sirait, S. Farm yang telah banyak membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak H. Bagio, Ibu Nirwana dan seluruh pegawai Asrama Haji Embarkasi Medan dan Bapak Syahmadan selaku pegawai Litbang Haji Depag Kota Medan yang telah banyak memberikan informasi haji kepada penulis.

9. Seluruh keluarga yang penulis sayangi: Putri tercinta Nabila Zahra Aulia br. Saragih, Ayah Mertua H. Mhd. Jaim Saragih, Ibu Mertua Hj. Sarinim Purba, Kakanda Sunardi Purba, ST dan Adinda Diana Syahpitri Purba, Pebri andika Purba yang senantiasa memberi dukungan kepada penulis.

10. Para alumni dan teman-teman peminatan Epidemiologi FKM-USU terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kebersamaannya dalam meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.


(9)

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji ... 8

2.2. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji ... 12

2.2.1. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama ... 12

2.2.2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua ... 14

2.2.3. Penetapan Kelayakan ... 16

2.3. Pembinaan Kesehatan ... 17

2.4. Jemaah Haji Risiko Tinggi ... 19

2.4.1. Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Hji ... 19

2.4.2. Jenis Risiko Tinggi ... 21

2.5. Defenisi Hipertensi ... 23

2.5.1. Klasifikasi Hipertensi ... 23

2.5.2. Gejala Klinis ... 25

2.5.3. Determinan Hipertensi ... 25

2.6. Upaya Pencegahan ... 29

2.6.1. Pencegahan Primer ... 30

2.6.2. Pencegahan Sekunder ... 30

2.6.3. Pencegahan Tertier ... 31

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 32

3.1. Model Kerangka Konsep ... 32

3.2. Definisi Operasional ... 32

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 36

4.1. Jenis Penelitian ... 36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36


(11)

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

4.5. Teknik Analisa Data ... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN... 38

5.1. Sosiodemografi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji ... 38

5.2. Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji ... 40

5.3. Status Risiko Tinggi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji ... 40

5.4. Ada Risiko Tinggi Lain ... 41

5.5. Tanpa Risiko Tinggi Lain ... 42

5.6. Keadaan Pulang ... 42

5.7. Kematian Jemaah Haji Berdasarkan Jenis Penyakit ... 43

5.8. Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 43

5.9. Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 44

5.10.Pekerjaan Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 45

5.11.Status Risiko Tinggi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 46

BAB 6 PEMBAHASAN ... 48

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Berdasarkan Sosiodemografi ... 48

6.1.1. Umur ... 48

6.1.2. Jenis Kelamin ... 50

6.1.3. Pendidikan ... 51

6.1.4. Pekerjaan ... 52

6.1.5. Tempat Tinggal ... 53

6.2. Derajat Hipertensi ... 54

6.3. Status Risiko Tinggi ... 55

6.4. Ada Risiko Tinggi ... 56

6.5. Tanpa Risiko Tinggi ... 57

6.6. Keadaan Pulang ... 58

6.7. Kematian Jemaah Haji Berdasarkan Jenis Penyakit ... 59

6.8. Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 60

6.9. Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 62

6.10.Pekerjaan Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 63

6.11.Status Risiko Tinggi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 65

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1. Kesimpulan ... 67

7.2. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Sosiodemografi di Embarkasi

Polonia Medan Tahun 2010 ... 38 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi pada jemaah Haji

Kota Medan Berdasarkan Derajat Hipertensi di Embarkasi

polonia Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi pada jemaah Haji

Kota Medan Berdasarkan Status Risiko Tinggi di

Embarkasi polonia Medan Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi pada jemaah Haji

Kota Medan Berdasarkan Ada Risiko Tinggi Lain di

Embarkasi polonia Medan Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi pada jemaah Haji

Kota Medan Berdasarkan Tanpa Risiko Tinggi Lain di

Embarkasi polonia Medan Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi pada jemaah Haji

Kota Medan Berdasarkan Keadaan Pulang di Debarkasi

polonia Medan Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota Medan di Embarkasi

polonia Medan Tahun 2010 ... 43 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis kelamin Berdasarkan Derajat

Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota Medan di

Embarkasi polonia Medan Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Pekerjaan Berdasarkan Derajat

Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota Medan di

Embarkasi polonia Medan Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Risiko Tinggi Berdasarkan

Derajat Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Proporsi Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Umur

di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 48 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin di

Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 50 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Pendidikan di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 51 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Pekerjaan di Embarkasi

Polonia Medan Tahun 2010 ... 52 Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Tempat Tinggal di

Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 53 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Derajat Hipertensi di

Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 54 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Status Risiko Tinggi di

Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 55 Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Ada Risiko Tinggi di

Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 56 Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Tanpa Risiko Tinggi di

Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 ... 57 Gambar 6.10. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada

Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Keadaan Pulang di


(14)

Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota Medan Tahun

2010 ... 60 Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan

Derajat Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota Medan

Tahun ... 62 Gambar 6.13. Diagram Bar Distribusi Proporsi Pekerjaan Berdasarkan

Derajat Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi Kota Medan

Tahun 2010 ... 63 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Status Risiko Tinggi

Berdasarkan Derajat Hipertensi Pada Jemaah Haji Hipertensi


(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Output Master Data

Lampiran 3. Surat Penelitian dari FKM USU


(16)

ABSTRAK

Kesehatan haji merupakan salah satu bagian dari kesehatan matra. Kondisi kesehatan haji Indonesia bervariasi ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang sehat dengan faktor risiko, yang mempunyai faktor risiko disebut jemaah haji risiko tinggi. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko, dimana merupakan penyakit kardiovaskuler penyebab kematian pada jemaah haji.

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010, maka dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Sampel adalah seluruh jemaah haji hipertensi asal kota Medan pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 sebanyak 358 sampel (Total sampling).

Proporsi jemaah haji hipertensi kota Medan terbanyak pada umur ≥ 40 tahun (97,5%), jenis kelamin perempuan (62,0%), pendidikan SD (38,5%), pekerjaan ibu rumah tangga (44,4%), Bertempat tinggal di Kec. Medan Tembung (14,0%), hipertensi derajat 1 (43,3%), ada risiko tinggi lain (50,8%), Senility (67,6%), tanpa risti (95,1%), tidak dipantau (98,9%), meninggal (0,8%), dan kematian dengan cardiac arrest/ henti jantung 2 orang.

Tidak ada perbedaan bermakna jenis kelamin berdasarkan derajat hipertensi (p=0,186), pekerjaan berdasarkan derajat hipertensi (p=0,271). Terdapat perbedaan bermakna distribusi proporsi status risiko tinggi lain berdasarkan derajat hipertensi (p=0,000). Tidak dapat dilakukan uji statistik umur berdasarkan derajat hipertensi karena ada frekuensi harapan <5.

Kepada petugas kesehatan Embarkasi Polonia Medan agar melakukan pemeriksaan kesehatan baik pada saat keberangkatan maupun pada saat pemulangan sehingga jemaah haji hipertensi dapat terpantau kondisi kesehatan nya.


(17)

ABSTRACT

Health Hajj is one part of the health dimension. The health condition of Indonesia vary Hajj is healthy with no disease and there are healthy with risk factors, who has called pilgrims risk factors of high risk. Hypertension is one risk factor, which is the cause of death in cardiovascular disease pilgrims.

To know the characteristics of hypertensive patients on pilgrims from the city of Medan in Medan Polonia embarkation in 2010, then conducted a descriptive research design with case series. The samples are all pilgrims from the city of Medan in hypertension medical examination at embarkation re Polonia in 2010 as many as 358 samples (total sampling).

The proportion of hypertensive pilgrims Medan largest at the age group ≥ 40 years (97.5%), female sex (62.0%), elementary education (38.5%), the work of housewives (44.4 %), Residing in the district. Medan Tembung (14.0%), hypertension degree 2 (43.3%), there are other high risk (50,8%), other high-risk types most was Senility (67,6%),without other high risk (95,1%), wasn,t looked (98,9%), death (0.8%), and death by cardiac arrest 2.

There was no significant difference in gender distribution based on the proportion of degree of hypertension (p=0.186), work based on the degree of hypertension (p=0.271). There are significant differences in the distribution of the proportion of other high-risk status based on the degree of hypertension (p=0.000). No statistical test can be performed age based on the degree of hypertension because there is expected frequencies < 5.

To health officer in Polonia embarkation to a medical examination either at the time of departure or during the pilgrims return so that hypertension can be monitored their health condition.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah berpindahnya/perubahan dari satu tempat ke tempat lain yang tidak sama tempatnya dan berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan manusia dalam lingkungan tersebut. Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan kedirgantaraan. Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam situasi khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam penanggulangan keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat. Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran dan lepas pantai, kesehatan penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut. Sedangkan kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam operasi dan latihan militer dirgantara. Salah satu bagian dari kesehatan lapangan tersebut adalah kesehatan haji.1,2


(19)

Penyelenggaraan ibadah haji, sebagaimana dicantumkan dalam Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2008, bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan , dan perlindungan yang sebaik - baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara menyeluruh meliputi upaya promotif, kuratif dan rehabilitatif dan dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait dan pemerintah daerah.3

Tuntunan pelayanan menyeluruh terhadap jemaah haji, dinamika pelayanan haji yang begitu tinggi, serta aktifitas jemaah yang cukup tinggi sejak dari tanah air , Arab Saudi sampai kembali lagi ke tanah air memerlukan kesiapan dan kemampuan fisik serta mental jemaah haji yang prima. Pelayanan kesehatan yang diberikan akan lebih baik lagi hasilnya jika di ikuti dengan peran serta seluruh jemaah haji.4

Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi. agar dapat memprediksi risiko kesakitan dan kematian saat melakukan ibadah haji..5

Tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada jemaah haji selama berada di Arab Saudi sangat erat kaitannya dengan faktor usia jamaah (usia lanjut) dengan berbagai penyakit kronik yang diidap, iklim yang sangat jauh berbeda, penatalaksanaan kesehatan sebelum berangkat, pencatatan status kesehatan tidak


(20)

akurat pada buku kesehatan jamaah, ketepatan dan kecepatan diagnosis pada keadaan emergensi, serta kecepatan dan ketepatan penanggulangan kasus gawat darurat.6

Setiap tahun, sekitar 200.000 jemaah haji Indonesia diberangkatkan ke Tanah Suci Makkah dan Madinah untuk melaksanakan ritual haji dengan kondisi kesehatan yang bervariasi, ada yang sehat tanpa penyakit dan ada yang sehat dengan faktor risiko. Penyakit kronik yang diidap jamaah, terutama yang lansia, menjadi catatan penting bagi petugas kesehatan yang mendampingi, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru kronik, penyakit hati dan pencernaan, penyakit tulang dan sendi, serta penyakit saraf seperti post stroke Kelompok jamaah ini disebut sebagai risiko tinggi (risti). Sebab, penyakit-penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi fatal seperti pingsan akibat panas (heat stroke) saat melaksanakan aktifitas fisik pada cuaca yang sangat panas atau sangat dingin dengan kepadatan manusia dan polusi udara yang tinggi.7

Hipertensi merupakan merupakan salah satu faktor utama kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan kematian 20-50% dari seluruh kematian. Terdapat pula hubungan langsung antara risiko kardiovaskuler dan tekanan darah dimana semakin tinggi tekanan darah semakin besar risiko terkena stroke dan jantung koroner. Pasien yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus rentan terhadap komplikasi kardiovaskuler dan ginjal. Sindroma resisten terhadap insulin ditandai dengan hipertensi, dislipidemia, hiperinsulinemia dan obesitas sentral. DM merupakan penyakit yang sangat mudah kerja sama dengan penyakit lainnya khususnya kolesterol dan hipertensi sehingga dapat membentuk segita penyakit DM-


(21)

kardiovaskuler dan stroke. Jumlah penderita yang sudah bergabung dalam segitiga penyakit ini mencapai 3 juta, tersebar di lebih 50 negara di dunia.8

Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan dalam sepuluh tahun terakhir angka kematian jemaah haji berkisar antara 2,0-3,9 per 1000 jemaah atau 0,5-0,9 per hari per 10.000 jemaah.5

Menurut penelitian Suprapto (2002) dengan desain cross sectional pada jemaah haji asal Embarkasi Adisumarsono Surakarta tahun 2001 diketahui jemaah haji usia lanjut (21,81%), hipertensi (14,67%) dan DM (3,75%). Dan yang menunjukkan hubungan keberadaan risiko tinggi terhadap kematian jemaah haji adalah usia lanjut dan hipertensi.9

Menurut Profil Kesehatan Haji Indonesia 2008, pada tahun 2005 jemaah wafat mencapai 2,3‰ (436 orang), tahun 2006 meningkat 3,15‰ ( 647 orang) , tahun 2007 sekitar 2,4‰ (462 orang) dan tahun 2008 menurun menjadi 2,0‰ (437 orang). Peyebab kematian terbanyak adalah penyakit sistem kardiovaskuler dan pernafasan. Penyakit Kardiovaskuler dibagi atas Atelosklerosis, Hipertensi, dan Penyakit Jantung Koroner. Hipertensi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Proporsi jemaah haji risiko tinggi tiap tahunnya berkisar 10-30 %, jemaah haji usia lanjut sekitar 28,78%, sedangkan hipertensi berkisar 25-37%.5 Menurut Penelitian Arsyad Ramli Ali (2009) di kabupaten Poliwali Mandar, dari 305 calon jemaah haji Poliwali Mandar penyakit hipertensi menempati urutan yang pertama sebesar 44,9% (137 orang).10,11,12

Berdasarkan Profil Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan tahun 2008, Proporsi jemaah haji hipertensi asal Sumatera Utara adalah 30,14 % (1189


(22)

orang) dan terdapat 12,20 % (363 orang) jemaah haji hipertensi asal kota Medan, sedangkan tahun 2009 proporsi jemaah haji hipertensi asal Sumatera Utara adalah 12,1 % (974 orang) dan 41,3% (403 orang) jemaah haji asal kota Medan.13,14,15

Data yang diperoleh dari SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) Asrama Haji Medan dapat diketahui bahwa angka kematian jemaah haji pada tahun 2008 sebesar (1,6‰) atau 13 orang dari 8.090 orang jemaah haji, pada tahun 2009 sebesar (2,8‰) atau 23 orang dari 8.057 orang jemaah haji, sedangkan pada tahun 2010 sebesar (3,15‰) atau 26 orang dari 8.237 orang jemaah haji. Dari 26 orang jemaah haji yang meninggal, penyebab kematian utama adalah penyakit kardiovaskuler berjumlah 19 orang dan penyakit saluran pernafasan 7 orang, yang keseluruhan adalah jemaah haji risti.16

Menurut Laporan Pelaksanaan Pengamanan Kesehatan Haji Embarkasi Polonia Medan dan data SISKOHAT tahun 2010 , terdapat 959 orang jemaah haji (11,6 %) yang menderita hipertensi di Embarkasi Polonia Medan. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan diketahui bahwa jumlah jemaah haji yang menderita hipertensi asal kota Medan sebanyak 358 orang (37,3%). Dari semua data tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010..16,17

1.2. Perumusan masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal Kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi pada jemaah haji asal Kota Medan di Embarkasi polonia Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan sosiodemografi yang meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan derajat hipertensi.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan status risti.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan ada risti lain.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan tanpa risti lain.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji berdasarkan keadaan pulang di Debarkasi.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi kematian jemaah haji hipertensi berdasarkan jenis penyakit..


(24)

h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur jemaah haji hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin jemaah haji hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi pekerjaan jemaah haji hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

k. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi status risti berdasarkan derajat hipertensi.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai informasi dan masukan bagi Kantor kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan dan segala instansi yang terkait untuk menyusun perencanaan dan program kegiatan sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan haji.

b. Sebagai bahan sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai hipertensi dan bahan informasi kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Hukum Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji

Sesuai dengan Undang – Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal 6 yang menyatakan : Pemerintah bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No : 62 tahun 1995 tentang pelaksanaan pemeriksaan penyelenggaraan urusan haji bab IV pasal 12 yang menyebutkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan haji dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 tahun 1992 tentang penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 menyebutkan setiap warga negara yang akan menunaikan ibadah haji, harus memenuhi persyaratan yaitu sehat jasmani dan rohani. Pasal 9 menyatakan calon jemaah haji harus memenuhi syarat kesehatan yang ditentukan dan calon haji yang mengidap penyakit karantina atau penyakit menular menurut undang-undang yang berlaku ditunda keberangkatannya.14

Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji adalah berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992


(26)

bahwa pengamanan kesehatan haji Indonesia terdiri dari kegiatan – kegiatan sebagai berikut :4

a. Pemeriksaan kesehatan

Rangkaian pemeriksaan kesehatan seluruh jemaah haji pada saat kedatangan di Embarkasi adalah sebagai berikut :

a.1.Pemeriksaan dokumen kesehatan ( Buku Kesehatan Jemaah Haji dan Surat Keterangan Imunisasi Meningitis / ICV ).

a.2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang terdiri dari : a.2.1.Pemeriksaan Fisik

a.2.1.Pemeriksaan Penunjang ( Kadar Gula Darah, EKG, Planotest bagi CJH Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur).

b. Pembinaan kesehatan

Pembinaan kesehatan merupakan sarana mencapai kondisi kesehatan optimal hingga menjelang keberangkatan. Bimbingan dan penyuluhan dapat dengan cara-cara promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh kepada kesehatan, manajemen berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis). Penyuluhan kesehatan juga dapat dilakukan pada saat jemaah yang sakit datang meminta pelayanan kesehatan.3,4


(27)

Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap jemaah haji.

Pelayanan kesehatan di Embarkasi / Debarkasi Poliklinik meliputi :

c.1. PoloklinikEmbarkasi dan Debarkasi bagi jemaah haji sakit atau konsultasi kesehatan pada saat tiba di Embarkasi/Debarkasi.

c.2. Rujukan dan Perawatan di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang dirujuk oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan Embarkasi/Debarkasi.1

d. Pengamatan penyakit

Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara sistimatis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan jemaah haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah - masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi meliputi 3,14,17

d.1. Surveilans Epidemiologi Jemaah Haji Risiko Tinggi.

Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 bahwa penderita hipertensi dengan umur < 40 tahun berjumlah 27 orang, 40-49 tahun berjumlah 146 orang, 50-59 tahun berjumlah 371 orang dan ≥ 60 tahun berjumlah 415 orang.


(28)

d.2. Surveilans Epidemiologi Kunjungan Poliklinik Embarkasi.

Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 diperoleh kunjungan Poliklinik dengan berbagai jenis penyakit antara lain Hipertensi, Dispepsia, Rheumathoid Atritis dan Diabetes Melitus. Penderita hipertensi dengan umur umur < 40 tahun berjumlah 12 orang, 40-49 tahun berjumlah 105 orang, 50-59 tahun berjumlah 197 orang dan ≥ 60 tahun berjumlah 264 orang.

d.3.Data jemaah haji dirujuk dan jemaah haji wafat di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010.

e. Penyehatan Lingkungan dan Sanitasi Makanan

Merupakan kegiatan pemeriksaan sanitasi makanan, penyehatan lingkungan asrama agar jemaah haji dan petugas bebes dari ancaman terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya gangguan kesehatan lainnya.

Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat massal di asrama embarkasi dan dalam perjalanan (Pesawat). Sedangkan prioritas penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular penyakit, penyediaan kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama embarkasi. Penyehatan lingkungan di asrama untuk memberantas serangga/pengendalian vektor dilakukan pengasapan (fogging). Penyehatan lingkungan di pesawat juga dilakukan dengan pemeriksaan fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat, pemeriksaan dan pemantauan kehidupan vektor serangga.3,14

Unsur tim pengamanan kesehatan haji tingkat propinsi antara lain Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera


(29)

Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan dan RS Haji Mina Medan. Dalam melaksanakan tugasnya KKP bertanggungjawab kepada Departemen Kesehatan RI.14

2.2. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji

Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji berfungsi sebagai alat prediksi risiko kesakitan dan kematian, dilaksanakan dalam dua tahap meliputi pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas dan pemeriksaan kedua di Tingkat Kabupaten/Kota.3,5,18

2.2.1. Pemeriksaaan Kesehatan Tahap Pertama

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah penilaian status kesehatan tahap pertama seluruh jemaah haji sebagai persyaratan mengikuti perjalanan ibadah haji. Dilaksanakan oleh Tim Pemeriksaan Kesehatan Pertama di Puskesmas yang ditunjuk yang terdiri dari dokter yang diberi kewenangan sebagai pemeriksa kesehatan, dibantu perawat dan analis laboratorium kesehatan. Puskesmas dan Tim Pemeriksa kesehatan Pertama ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap pertama bagi calon jemaah haji bertempat di Puskesmas :

a. Pendaftaran Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) di Puskesmas yang ditunjuk sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.

b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) sesuai protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :


(30)

b.1. Anamnesis

b.2. Pemeriksaan Fisik b.3. Tes Fungsional

Untuk CJH lansia (Usia ≥ 60 tahun), dilakukan Tes Fungsional Barthel Indeks dimana untuk menilai kesanggupan melakukan aktifitas sehari-hari.Hasil penilaian berupa ukuran kesanggupan: mandiri, perlu pendamping/pengawas, perlu bantuan/ketergantungan.Adapun yang dinilai adalah fungsi perawatan diri,fungsi kerumahtanggaan dalam melakukan aktifitas sehari – hari dan fungsi perilaku.

b.4. Pemeriksaan Penunjang

Untuk CJH berusia ≥ 40 tahun dilakukan pemeriksaan Radiologi, Darah Sewaktu (GDS), Kolesterol dan EKG.Untuk CJH Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan. Untuk CJH yang bertugas sebagai pendamping dilakukan tes kebugaran.

b.4.1.Laboratorium Klinik b.4.2. Radiologi

b.4.3. EKG

b.4.4.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard

Tes Kebugaran berfungsi untuk mengetahui tingkat kebugaran. Harvard Test Step adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan


(31)

fisik seorang CJH untuk melakukan thawaf dan sa’i sebagai ritual/rukun ibadah haji. Kontraindikasi Harvard Test Step adalah penderita penyakit jantung dan paru. c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan disimpan di Puskesmas. d. Cataan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH).

BKJH diisi setelah CJH mendapatkan bukti pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) atau terdaftar di SISKOHAT.

e. BKJH disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksaan Kesehatan Kedua.

f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.

g. Untuk kepentingan pembinaan , pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan.

h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji dan melaporkan hasil pemeriksaan calon jemaah haji ke Dinas Kabupaten/Kota.

2.2.2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua.

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi (risti). Pemeriksaan Kesehatan Kedua dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua di rumah sakit yang ditunjuk.Penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


(32)

Prosedur pemeriksaan kesehatan tahap kedua bagi calon jemaah haji di RS Tipe C :

a. Pendaftaran ulang Pemeriksaan Kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji sesuai protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :

b.1. Anamnesis

b.2. Pemeriksaan Fisik b.3. Tes Fungsional

b.4. Pemeriksaan Penunjang b.4.1.Laboratorium Klinik b.4.2. Radiologi

b.4.3. EKG

b.4.4. Imunisasi Meningitis Meningokokus

b.4.5.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard

c. Hasil pemeriksaan Dokter Pemeriksa dan saran pembinaan dari Dokter Ahli/Spesialis ditulis pada Catatan Medis yang dipakai sejak pemeriksaan kesehatan tahap pertama.

d. Hasil pemeriksaan pada catatan medis menjadi dasar pengisian BKJH dan penetapan kelayakan.

e. BKJH disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diserahkan kepada masing–masing jemaah haji saat keberangkatan ke Embarkasi.


(33)

f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan untuk keperluan kelayakan pemberangkatan.

g. Untuk kepentingan pembinaan ,pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan oleh Dokter Ahli/Spesialis yang ditunjuk.

h. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan bagi calon jemaah haji.

2.2.3. Penetapan Kelayakan

Penetapan Kelayakan adalah upaya penentuan kelayakan jemaah haji untuk mengikuti perjalanan ibadah haji dari segi kesehatan, dengan mempertimbangkan hasil Pemeriksaan Kesehatan Pertama dan Kedua melalui pertemuan yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Pertama, Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya dua minggu sebelum operasional embarkasi haji dimulai.

Standar kelayakan kesehatan adalah rumusan kriteria jemaah haji untuk memenuhi syarat kesehatan dalam mengikuti perjalanan ibadah haji secara mandiri tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Penetapan memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat kesehatan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :

a. StatusKesehatan dikategorikan menjadi 4 yaitu :

1.Mandiri adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa kepada tergantung bantuan alat/obat dan orang lain.


(34)

2.Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat.

3.Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain.

4.Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan kedua.

b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan. b.1.Peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis – jenis penyakit menular

tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk keluar masuk antar negara.

b.2. Ketentuan Keselamatan Penerbangan

a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian. b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu.

c.Imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin ACW135Y, dibuktikan dengan Kartu ICV (international Certificate of Vaccination). d.Calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila :

1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda.

2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di Embarkasi.

3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan.5,18 2.3. Pembinaan Kesehatan


(35)

Pembinaan kesehatan terhadap jemaah haji disamping dilakukan di Puskesmas dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi penyuluhan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan kesehatan .Pelaksanaannya dapat secara mandiri atau berkelompok dan berkesinambungan. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan diprioritaskan pada jemaah haji usia lanjut,jemaah risiko tinggi. Pembinaan kesehatan dimulai sejak di daerah asal, diperjalanan, diasrama embarkasi/debarkasi haji, selama di Arab saudi dan setelah kembali ke Indonesia.

Pembinaan kesehatan dilakukan dalam aspek 4,5 a. Pengelolaan Kesehatan Haji Mandiri

Jemaah haji mampu mencari pelayanan kesehatan baik di kloter, sector, daker maupun Rumah Sakit di Arab Saudi. Dismping itu jemaah haji diperkenalkan dengan masalah penyakit, masalah kesehatan reproduksi dan vaksinasi.

b. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses tubuh dalam menyesuaikan dengan situasi dan kondisi alam di Arab Saudi dan cara menghadapinya, pondokan, sarana dan prasarana, sosial dan budaya.

c. Latihan Kebugaran

Cara – cara untuk mencapai kebugaran dengan melakukan praktek kebugaran jasmani/latihan kesegaran jasmani. Bagi jemaah haji risiko tinggi atau yang sakit hendaknya berkonsultasi ke dokter sebelum melakukan latihan.


(36)

Bagaimana pengaturan makanan/diet bagi jemaah haji selama melakukan ritual haji. Pengaturan menu dan porsi makanan juga dapat menjaga agar berat badan tetap ideal dan mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal.

e. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

Menjelaskan bagaimana tata cara berperilaku hidup bersih dan sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi jemaah haji dipengaruhi system nilai, norma atau kultural daerah asal jemaah haji, ekonomi, pendidikan serta keyakinan agama. 2.4. Jemaah Haji Risiko Tinggi (Risti)

Jemaah Haji Risiko Tinggi adalah jemaah haji yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu yang diperkirakan dapat memperburuk kesehatan selama menjalankan ibadah haji. Kondisi ini bisa hanya terdiri dari satu jenis penyakit untuk seorang jemaah haji, dan bisa pula lebih dari satu jenis penyakit. Makin banyak risti yang dimiliki oleh jemaah, semakin besar risiko memburuknya kondisi kesehatan calon jemaah haji tersebut.

Sebelum calon jemaah haji berangkat ke tanah Suci, terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kesehatan sehingga jemaah haji dapat dikelompokkan kedalam yang sehat atau risiko tinggi (risti).Apabila calon jemaah haji tergolong dalam risti,maka di Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) yang bersangkutan diberi stempel “RISTI” untuk memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan jemaah, baik TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia), TKHD (Tim Kesehatan Haji Daerah) yang menyertai jemaah atau petugas kesehatan di BPHI (Balai Pengobatan Haji Indonesia) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi.3,7,19


(37)

2.4.1. Identifikasi Faktor Risiko Jemaah Haji

Faktor risiko jemaah haji dibagi 2 yaitu faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal.

a.Faktor Risiko Internal

1. Gangguan kesehatan/penyakit : hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK, diabetes, stroke, dll

2. Perilaku : kebiasaan merokok, pola makan, gaya hidup. b. Faktor Risiko Eksternal

Prosesi haji syarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di berbagai tempat sekitar kota Mekkah meliputi: Tawaaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan arah berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi kiri badan).

1. Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit Safa ke Marwah, yang berkisar 500 m sekali jalan).

2. Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf).

3. Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan diselimuti cuaca dingin.


(38)

4. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh.6

24.2. Jenis Risiko Tinggi

Risti dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu risti sehat dan risti sakit.19

a. Risti Sehat

Risti sehat adalah kelompok jemaah calon haji yang secara fisiknya sudah disertai keadaan tertentu yang memudahkan untuk timbulnya penyakit atau mengalami penyakit tertentu. Kondisi fisik tersebut yaitu :

a.1. lanjut usia ≥ 60 tahun

Proses penuaan pada lanjut usia sering disertai adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh. Dampak proses penuaan akan ditemukan banyaknya lanjut usia yang mengalami gangguan kesehatan. Olah raga sangat penting dilakukan oleh jemaah haji lanjut usia untuk dapat mempertahankan kesehatan selama melakukan aktifitas haji.

a.2. Obesitas

Penyebab terbanyak obesitas adalah ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran energi. Patofisiologi obesitas bervariasi yaitu genetik, psikologik, aktifitas fisik, pola makan, pola hidup, usaha penurunan badan yang tidak teratur, sehingga


(39)

menimbulkan perubahan metabolisme. Penatalaksanaan obesitas bagi jemaah haji sebaiknya kombinasi dari kalori, olah raga dan modifikasi gaya hidup.

a.3. Kecacatan Fisik

Bagi calon jemaah dengan cacat fisik diupayakan agar melakukan kegiatan ibadah haji sesuai kemampuan. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari mesjid.Termasuk melontar jumarat di Mina sebaiknya jemaah yang sakit diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan.

b. Risti Sakit

Risti sakit adalah jemaah haji yang menderita penyakit kronis, seperti : b.1. Penyakit Neuro-Psikiatri seperti paska stroke

b.2. Penyakit Kardiovaskuler seperti Hipertensi b.3. Penyakit Endokrin seperti Diabetes Melitus b.4. Penyakit Saluran Pernafasan seperti Asma

b.5. Penyakit lain – lain seperti Rhemathoid Athritis, Dyspepsia, Gagal ginjal.

Penyakit sistem kardiovaskuler dibagi atas Aterosklerosis, Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner. Aterosklerosis adalah keadaan pengerasan dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan lubangnya. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyempitan pembuluh darah arteri koronaria yang memberi pasokan nutrisi dan oksigen ke otot-otot jantung, terutama ventrikel kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh. Hipertensi merupakan faktor risiko yang berperan penting terhadap terjadinya PJK dan proses aterosklerosis. Hipertensi disebut juga


(40)

sebagai Silent Killer karena tidak ditemukan tanda–tanda fisik, individu dengan tekanan darah >160/95 mmHg memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung dan 3 kali lebih tinggi untuk terkena stoke. Prevalensi hipertensi di dunia sekitar 5- 18 %, sedangkan di Indonesia 6- 15 %. Sekitar 25- 37% jemaah haji asal Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian pada jemaah haji.11,20

2.5. Defenisi Hipertensi

Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor yaitu curahan jantung dan tahanan resistensi pembuluh darah perifer.21

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah diastolik tekanan darah sistolik maupun kedua - duanya secara terus menerus.22

2.5.1. Klasifikasi Hipertensi

2.5.1.1. Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD

Berdasarkan Joint National Committee on Detection,Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) tahun 1997 dan WHO pada tahun 1999, mempunyai kriteria gradasi yang sama, hanya berbeda dalam istilah tahapan dan derajatnya.21,22

JNC VI tahun 1997 menggolongkan hipertensi dalam beberapa kriteria ,yaitu :


(41)

a. Optimal yaitu tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg.

b. Normal yaitu tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan tekanan darah diastolik < 85 mmHg.

c. Normal tinggi yaitu tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89 mmHg.

d. Hipertensi Ringan atau Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140-149 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

e. Hipertensi Sedang atau Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg.

f. Hipertensi Berat atau Derajat 3 yaitu tekanan darah sistolik ≥18 0 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.

Berdasarkan tingginya tekanan sistolik, The Seven Of The Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)tahun 2003, membagi hipertensi sebagai berikut :

a. Normal bila tekanan darah sistolik 90 – 120 mmHg dan diastolik 60 – 80 mmHg,

b. Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120 – 139 mmHg dan diastolik 80 – 89 mmHg,

c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg

d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg.


(42)

Bila tekanan darah penderita hipertensi berbeda dengan klasifikasi, sebagai contoh TDS 170 mmHg sedangkan TDD 90 mmHg maka derajat hipertensi ditentukan dari tekanan sistolik (TDS) karena merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung berkontraksi memompakan darah.23

2.5.1.2. Hipertensi Berdasarkan Etiologi 11,21,22,24

Menurut penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan , yaitu : a. Hipertensi Esensial (Primer)

Hipertensi Esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Prevalensinya mencapai 90 % dari seluruh penderita hipertensi.

b. Hipertensi Non Esensial (Sekunder)

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh kelainanan organ tubuh lain yang telah terbukti kaitannya dengan timbulnya hipetensi seperti gangguan ginjal dan penyakit pembuluh darah yang memerlukan pemeriksaan khusus agar dapat ditentukan diagnosis penyebabnya. Prevalensinya ≤ 10 % dari seluruh penderita hipertensi.

2.5.2.Gejala Klinis

Kebanyakan pada penderita tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan darah mereka tinggi. Adapun keluhan/gejala yang dirasakan adalah sakit kepala,


(43)

mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunang-kunang,susah tidur dan pusing.22

2.5.3. Determinan Hipertensi

2.5.3.1.Faktor Yang Tidak Dapat Diubah a.Genetik

Penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan faktor risiko mengalami hipertensi dikemudian hari dan dinyatakan pula bahwa bila salah satu orang tua menderita hipertensi, maka mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi dibanding dengan orang yang kedua orang tuanya normal.24

b.Umur dan Jenis Kelamin

Pada umumnya ditemukan peningkatan tekanan darah menurut peningkatan usia dimulai sejak umur 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Nursanty (2005) karakteristik penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda Medan tahun 2003 – 2004, bahwa proporsi penderita hipertensi pada kelompok umur ≥ 40 tahun 98,7 % (231 Orang).11,25

Menurut penelitian Mukhtar D (2007) menemukan bahwa prevalensi penderita hipertensi pada perempuan usia 60-79 tahun sebesar 63% dan > 80 tahun sebesar 74% dan diruang Rawat Akut Geriatri, persentase pasien perempuan dengan hipertensi adalah 62,5%. Studi Cardiovascular Disease Framingham melaporkan bahwa 90% usia pertengahan dan usia lanjut mengalami hipertensi. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi penderita hipertensi menurut peningkatan usia, tingkat prevalensi sebesar 6-15%.26


(44)

Penelitian menunjukkan bahwa hipertensi sering terjadi pada orang kulit hitam daripada kulit putih yang tinggal dilingkungan yang sama. Di Amerika Serikat 15% golongan kulit putih dewasa dan 20 – 30 % kulit hitam adalah penderita hipertensi. Prevalensi di Indonesia tidak jauh berbeda sekitar 6-15%, walaupun dilaporkan adanya prevalensi yang rendah yaitu Ungaran 1,8% dan Lembah Balim 0,6%, serta ada yang tinggi di Silungkang 19,4% dan Talang 17,8%.22,24

2.5.3.2.Faktor risiko Hipertensi yang dapat dihindarkan atau diubah a.Kegemukan (obesitas)

Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadi hipertesi. Penurunan berat badan sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan obesitas (kelebihan berat badan >10 %) dapat menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor risiko yang lain.21,24

Prevalensi hipertensi pada orang yang mempunyai IMT diatas 30 kg/m2 ialah 38% pada laki-laki dan 32% pada perempuan, sedangkan pada orang dengan IMT < 25 kg/m2, prevalensinya masing-masing 18% dan 17%. Berdasarkan penelitian-penelitian terkontrol, diperkirakan penurunan berat badan 9,2 kg dapat menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik masing-masing 6,3 dan 3,1 mmHg. b. Konsumsi Garam Yang Tinggi

Asupan garam yang tinggi menyebabkan retensi cairan oleh tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan volume plasma, isi sekuncup (stoke volume), curah jantung dan tekanan darah.


(45)

Hubungan prevalensi hipertensi dengan asupan garam diteliti pada studi Intersalt yang melibatkan 52 pusat penelitian di seluruh dunia dengan subjek lebih dari 10.000 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dengan asupan natrium. Perbedaan dalam asupan natrium sebesar 100 mEq (6000 mg NaCl) per hari berhubungan dengan tekanan sistolik 3-6 mmHg, dan pengurangan asupan natrium 100 mEq per hari dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmHg pada subjek usia 25-55 tahun.27

c. Kebiasaan Merokok

Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan terjadinya thrombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu rokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkann kadar kolesterol baik (HDL). Telah diketahui juga bahwa akibat merokok, menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Rokok juga dapat menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar oleh nikotin akhirnya viskositas darah meningkat dan menimbulkan hipertensi.20,27

Menurut penelitian Martini (2006) ditemukan bahwa faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap per hari 10-20 batang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari lebih berpengaruh terhadap risiko kejadian hipertensi dibandingkan lama kebiasaan merokok. Penelitian ini mendukung penelitian Niskanen dkk (2004) adapun karakteristik dari merokok yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian


(46)

hipertensi adalah umur pertama kali mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari dan lama lama kebiasaan merokok telah dijalani.28

d. Konsumsi Kopi

Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah.Pada umumnya yang mempunyai kebiasaan merokok juga suka minum kopi.

e. Konsumsi Alkohol

Alkohol yang diminim terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan thrombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat mengakibatkan hipertensi.21

Prevalensi penderita hipertensi dimasyarakat disebabkan oleh konsumsi alkohol sekitar 5-7%. Konsumsi alcohol sebanyak 3 sloki per hari merupakan ambang bagi kenaikan tekanan darah, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah 3 mmHg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 4-8 mmHg.27

f. Stress Psikososial

Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh.Pada saat stres respons syaraf simpatis memicu peningkatan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berkepanjangan tekanan darah akan tetap tinggi.22


(47)

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah. Olah raga juga dapat mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).21

2.6.Upaya Pencegahan

Sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, seyogyanya calon jemaah haji harus melakukan persiapan- persiapan. Persiapan tentang ilmu manasik haji juga persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik dan mental meliputi pemeriksaan kesehatan, persiapan dalam menghadapi perubahan cuaca dan iklim di negara Saudi Arabia, persipan untuk menjaga kondisi fisik yang baik dan prima, sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan optimal.19

2.6.1.Pencegahan primer

Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor risiko.Dapat dilakukan dengan cara :

a. Mengkonsumsi makanan sehat dan mengurangi garam

b Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang, tidak usah tergesa-gesa dan berdesakkan.

c. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan. d. Istirahat yang cukup.


(48)

f. Tidak merokok.

g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi dari orang lain (batuk,pilek,demam) yang semua itu dapat meningkatkan denyut jantung menjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan sesak nafas.

2.6.2.Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini suatu penyakit pada awal masa sakit berupa screening (penyaringan), hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Bagi calon jemaah haji yang terdeteksi menderita hipertensi agar melakukan tindakan pengobatan secara teratur sehingga memungkinkan menjalankan ibadah haji dengan kondisi prima. Jemaah haji hipertensi sebaiknya rutin mengontrol tekanan darah pada dokter kloter masing-masing (konsultasi) dan bawalah obat anti hipertensi bila bepergian dan minum secara teratur.

2.6.3.Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Untuk jemaah haji hipertensi agar tetap melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan berobat secara teratur. Dengan demikian kondisi fisik dapat dipertahankan secara optimal baik sebelum, selama dan setelah melaksanakan ibadah haji.4,10,19


(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hipertensi pada jemaah haji

1. Sosiodemografi Umur

Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Pekerjaan

Tempat Tinggal 2. Derajat Hipertensi

3. Status Risiko Tinggi (risti) 4. Ada Risiko Tinggi (risti) lain 5. Tanpa Risisko Tinngi (risti) lain 6. Keadaan Pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita hipertensi adalah jemaah haji yang dinyatakan menderita hipertensi berdasarkan diagnosa dokter yang tercatat pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010. Penentuan derajat hipertensi yang digunakan di Embarkasi Polonia Medan adalah klasifikasi berdasarkan Joint National Committee on Prevention, Detection,


(50)

Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) tahun 1997.10,20

3.2.2. Sosiodemografi

3.2.2.1. Umur adalah lamanya hidup jemaah haji penderita hipertensi yang dihitung berdasarkan tahun sejak lahir hingga saat pelaksanaan ibadah haji tahun 2010 yang tercatat pada data manifest jemaah haji di Embarkasi polonia, dibedakan atas:11

1. < 40 tahun 2. ≥ 40 tahun

3.2.2.2. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin jemaah haji yang menderita hipertensi yang tercatat pada data manifest jemaah haji di Embarkasi polonia, dibedakan atas :

1. Laki – laki 2. Perempuan

3.2.2.3. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi dari jemaah haji yang menderita hipertensi yang tercatat pada data manifest jemaah haji di Embarkasi Polonia dibedakan atas :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA

4. Akademi/ Perguruan Tinggi

3.2.2.4. Pekerjaan adalah jenis aktifitas rutin yang digeluti oleh jemaah haji yang menderita hipertensi yang tercatat pada manifest jemaah haji di Embarkasi polonia, dibedakan atas :

1. Pegawai Negeri (PNS/TNI/POLRI) 2. Pegawai Swasta


(51)

3. Ibu Rumah Tangga

4. Lain-lain (pensiunan,wiraswasta,bertani)

3.2.2.5. Tempat tinggal adalah alamat/tempat dimana si jemaah haji yang menderita hipertensi tinggal menetap yang tercatat pada data manifest jemaah haji di Embarkasi polonia dibedakan atas 21 Kecamatan di Kota Medan :

1. Kec.Medan Petisah 2. Kec.Medan Baru 3. Kec.Medan Tuntungan 4. Kec.Medan Polonia 5. Kec.Medan Kota 6. Kec.Medan Area 7. Kec.Medan Timur 8. Kec.Medan Barat 9. Kec.Medan Amplas 10. Kec.Medan Maimun 11. Kec.Medan Labuhan 12. Kec.Medan Belawan 13. Kec.Medan Deli 14. Kec.Medan Perjuangan 15. Kec.Medan Helvetia 16. Kec.Medan Marelan 17. Kec.Medan Denai 18. Kec.Medan Tembung 19. Kec.Medan Sunggal 20. Kec.Medan Selayang 21. Kec.Medan Johor

3.2.3. Derajat hipertensi adalah klasifikasi hipertensi yang ditentukan menurut Klasifikasi JNC VI dan sesuai yang tercatat pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 Dikategorikan atas :10,20 1. Hipertensi derajat 1 bila TDS 140 – 159 mmHg

2. Hipertensi derajat 2 bila TDS 160 – 179 mmHg 3. Hipertensi derajat 3 bila TDS ≥ 180 mmHg


(52)

3.2.4. Status Risiko Tinggi (risti) adalah Penyakit ataupun kondisi tertentu yang dimiliki jemaah haji hipertensi yang tercatat pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010. Dikategorikan atas :

1. Ada risti lain 2. Tanpa risti lain

3.2.5. Ada risti lain adalah jemaah haji hipertensi yang memiliki risti yang merupakan faktor risiko penyakit hipertensi yang tercatat pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010.Dikategorikan atas : 1. Senility (usila)

2. DM

3. Senility (usila), DM

4. Senility (usila), Rheumatoid Arthritis 5. Senility (usila), Dispepsia

6. Senility (usila), DM, Rheumatoid Arthritis 7. Senility (usila), DM, Dispepsia

3.2.6. Tanpa risti lain adalah jemaah haji hipertensi yang tanpa risti dan menderita Rheumathoid Arthritis dan dyspepsia yang bukan merupakan merupakan faktor risiko dari hipertensi yang tercatat pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010. Dikategorikan atas:

1. Tanpa risti

2. Rheumathoid Arthritis 3. Dyspepsia

3.2.6. Keadaan pulang adalah keterangan tentang kondisi atau keadaan jemaah haji yang menderita hipertensi pada waktu pulang dari pelaksanaan ibadah haji yang tercatat di Debarkasi, dibedakan atas :

1. Tidak dipantau 2. Rujuk ke RS 3. Meninggal dunia


(53)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan. Pemilihan lokasi atas pertimbangan bahwa Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan merupakan Tim pengamanan kesehatan haji sehingga tersedia data mengenai jemaah haji penderita hipertensi tahun 2010 di Embarkasi Polonia Medan.

4.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2010 sampai Juni 2011. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1.Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh jemaah haji yang menderita hipertensi asal Kota Medan pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 sebanyak 358 orang dari 959 jemaah haji.


(54)

4.3.2.Sampel

Seluruh jemaah haji yang menderita hipertensi asal Kota Medan pada pemeriksaan kesehatan ulang di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010, dengan besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling).

4.4.Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan tahun 2010.

4.5.Teknik Analisa Data 29

Data yang telah dikumpulkan, dicatat, diolah dengan menggunakan komputer program SPSS dan dianalisa secara deskriptif dan dilanjutkan dengan uji statistik menggunakan uji Chi-square. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi, diagram bar,dan diagram pie.


(55)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Sosiodemografi.

Proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji Kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 berdasarkan sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Kota

Medan Berdasarkan Sosiodemografi di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010

No. Sosiodemografi f %

1. Umur (tahun) < 40

≥ 40 349 9

2,5 97,5

Total 358 100,0

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan 136 222 38,0 62,0

Total 358 100,0

3. Pendidikan : SD SLTP SLTA Akademi/PT 138 28 85 107 38,5 7,9 23,7 29,9

Total 358 100,0

4. Pekerjaan :

Pegawai Negeri (PNS/TNI/POLRI) Pegawai Swasta

Ibu Rumah Tangga Lain-lain 74 66 159 59 20,7 18,4 44,4 16,5

Total 358 100,0

5. Tempat Tinggal : Kec. Medan Petisah Kec. Medan Baru Kec. Medan Tuntungan Kec. Medan Polonia

Kec. Medan Kota Kec. Medan Area Kec. Medan Timur

12 5 7 4 8 18 25 3,4 1,4 2,0 1,1 2,2 5,0 7,0


(56)

Kec. Medan Barat Kec. Medan Amplas Kec. Medan Maimun Kec. Medan Labuhan Kec. Medan Belawan Kec. Medan Deli Kec. Medan Perjuangan Kec. Medan Helvetia Kec. Medan Marelan Kec. Medan Denai Kec. Medan Tembung Kec. Medan Sunggal Kec. Medan Selayang Kec. Medan Johor

21 22 10 4 5 12 15 27 10 46 50 19 9 29 5,9 6,1 2,8 1,1 1,4 3,4 4,2 7,5 2,8 12,8 14,0 5,3 2,5 8,1

Total 358 100,0

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan Tahun 2010 terbanyak pada kelompok umur ≥ 40 tahun sebanyak 249 orang (97,5%) dan terendah pada umur < 40 tahun sebanyak 9 orang (2,5%).

Jemaah haji hipertensi kota Medan lebih banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 222 orang (62,0%), dan laki-laki sebanyak 136 orang (38,0%).

Jemaah haji hipertensi kota Medan paling banyak memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 138 orang (38,5%), Akademi/PT sebanyak 107 orang (29,9%), SLTA sebanyak 85 orang (23,7%), dan SLTP sebanyak 28 orang (7,9%).

Jemaah haji hipertensi kota Medan paling banyak bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 159 orang (44,4%), Pegawai Negeri sebanyak 74 orang (20,7%), Pegawai Swasta sebanyak 66 orang (18,4%), dan Lain-lain sebanyak 59 orang (16,5%).


(57)

Jemaah haji hipertensi kota Medan paling banyak bertempat tinggal di Kec. Medan Tembung sebanyak 50 orang (14,0%), dan yang terendah di Kec. Medan Labuhan dan Kec. Medan Polonia sebanyak 4 orang (1,1%).

5.2. Derajat Hipertensi

Proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji Kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 berdasarkan derajat hipertensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Derajat Hipertensi di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

No. Derajat Hipertensi f %

1. Hipertensi Derajat 1 58 16,2

2. Hipertensi Derajat 2 155 43,3

3. Hipertensi Derajat 3 145 40,5

Total 358 100,0

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010 berdasarkan derajat hipertensi terbanyak adalah hipertensi derajat 2 sebanyak 155 orang (43,3%), hipertensi derajat 3 sebanyak 145 orang (40,5%), dan hipertensi derajat 1 sebanyak 58 orang (16,2%). 5.3. Status Risti

Proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji Kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 berdasarkan status risiko tinggi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(58)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Status Risiko Tinggi (risti) di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

No. Risti Lain f %

1. Ada risti lain 176 49,2

2. Tanpa risti lain 182 50,8

Total 358 100,0

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan di Embarkasi Polonia Medan berdasarkan status risiko tinggi yang tertinggi adalah tanpa risiko tinggi lain sebanyak 182 orang (50,8%) dan yang terendah adalah dengan risiko tinggi lain sebanyak 176 orang (49,2%).

5.4. Ada Risiko Tinggi Lain

Proporsi penderita hipertensi pada jemaah haji Kota Medan di Embarkasi Polonia Medan tahun 2010 berdasarkan ada risiko tinggi lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Pada Jemaah Haji Kota Medan Berdasarkan Ada Risiko Tinggi (risti) lain yang diderita di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010

No. Ada Risti Lain f %

1. Senility (usila) 119 67,6

2. Diabetes Melitus 25 14,2

3 Senility, DM 20 11,4

4. Senility, Rheumathoid Athritis 4 2,2

5. Senility, Dispepsia 6 3,4

6. Senility, DM, Rheumathoid.A 1 0,6

7. Senility, DM, Dispepsia 1 0,6

Total 176 100,0

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa penderita hipertensi pada jemaah haji asal kota Medan berdasarkan Ada risiko tinggi lain yang diderita yang tertinggi adalah Senility (usila) sebanyak 119 orang (67,6%), Diabetes Mellitus sebanyak 25 orang


(1)

Tempat Tinggal

12

3.4

3.4

3.4

5

1.4

1.4

4.7

7

2.0

2.0

6.7

4

1.1

1.1

7.8

8

2.2

2.2

10.1

18

5.0

5.0

15.1

25

7.0

7.0

22.1

21

5.9

5.9

27.9

22

6.1

6.1

34.1

10

2.8

2.8

36.9

4

1.1

1.1

38.0

5

1.4

1.4

39.4

12

3.4

3.4

42.7

15

4.2

4.2

46.9

27

7.5

7.5

54.5

10

2.8

2.8

57.3

46

12.8

12.8

70.1

50

14.0

14.0

84.1

19

5.3

5.3

89.4

9

2.5

2.5

91.9

29

8.1

8.1

100.0

358

100.0

100.0

Medan Petisah

Medan Baru

Medan Tuntungan

Medan Polonia

Medan Kota

Medan Area

Medan Timur

Medan Barat

Medan Amplas

Medan Maimun

Medan Labuhan

Medan Belawan

Medan Deli

Medan Perjuangan

Medan Helvetia

Medan Marelan

Medan Denai

Medan Tembung

Medan Sunggal

Medan Selayang

Medan Johor

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Derajat Hipertensi

58

16.2

16.2

16.2

155

43.3

43.3

59.5

145

40.5

40.5

100.0

358

100.0

100.0

Hipertensi Derajat 1

Hipertensi Derajat 2

Hipertensi Derajat 3

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Status Risti

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

Ada risti lain

176

49.2

49.2

49.2

Tanpa risti lain

182

50.8

50.8

100.0


(2)

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

Senility

119

67.6

67.6

67.6

DM

25

14.2

14.2

81.8

Senility, DM

20

11.4

11.4

93.2

Senility,Rhematoid A

4

2.2

2.2

95.4

Senility,Dispepsia

6

3.4

3.4

98.8

Senility,DM,Rhemathoid A

1

.6

.6

99.4

Senility,DM,Dispepsia

1

.6

.6

100.0

Total

176

100.0

100.0

Tanpa risti lain

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

Tanpa risti

173

95.1

95.1

95.1

Rheumatoid A

4

2.2

2.2

97.3

Dispepsia

5

2.7

2.7

100.0

Total

182

100.0

100.0

Keadaan Pulang

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

Tidak dipantau TD

354

98.9

98.9

98.9

Rujuk ke RS

1

.3

.3

99.2

Meninggal Dunia

3

.8

.8

100.0


(3)

Crosstabs

Case Processing Summary

358 100.0% 0 .0% 358 100.0%

Derajat Hipertensi * Umur Jemaah

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Derajat Hipertensi * Umur Jemaah Crosstabulation

0

58

58

1.5

56.5

58.0

.0%

100.0%

100.0%

.0%

16.6%

16.2%

.0%

16.2%

16.2%

7

148

155

3.9

151.1

155.0

4.5%

95.5%

100.0%

77.8%

42.4%

43.3%

2.0%

41.3%

43.3%

2

143

145

3.6

141.4

145.0

1.4%

98.6%

100.0%

22.2%

41.0%

40.5%

.6%

39.9%

40.5%

9

349

358

9.0

349.0

358.0

2.5%

97.5%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

2.5%

97.5%

100.0%

Count

Expected Count

% within Derajat

Hipertensi

% within Umur Jemaah

% of Total

Count

Expected Count

% within Derajat

Hipertensi

% within Umur Jemaah

% of Total

Count

Expected Count

% within Derajat

Hipertensi

% within Umur Jemaah

% of Total

Count

Expected Count

% within Derajat

Hipertensi

% within Umur Jemaah

% of Total

Hipertensi Derajat 1

Hipertensi Derajat 2

Hipertensi Derajat 3

Derajat

Hipertensi

Total

< 40 tahun

>= 40 tahun

Umur Jemaah

Total

Chi-Square Tests

4.793a 2 .091

5.921 2 .052

.008 1 .929

358 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.46.


(4)

Case Processing Summary

358

100.0%

0

.0%

358

100.0%

Derajat Hipertensi

* Jenis Kelamin

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

Derajat Hipertensi * Jenis Kelamin Crosstabulation

23 35 58

22.0 36.0 58.0

39.7% 60.3% 100.0%

16.9% 15.8% 16.2%

6.4% 9.8% 16.2%

66 89 155

58.9 96.1 155.0

42.6% 57.4% 100.0%

48.5% 40.1% 43.3%

18.4% 24.9% 43.3%

47 98 145

55.1 89.9 145.0

32.4% 67.6% 100.0%

34.6% 44.1% 40.5%

13.1% 27.4% 40.5%

136 222 358

136.0 222.0 358.0

38.0% 62.0% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

38.0% 62.0% 100.0%

Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi

% within Jenis Kelamin % of Total

Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi

% within Jenis Kelamin % of Total

Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi

% within Jenis Kelamin % of Total

Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi

% within Jenis Kelamin % of Total

Hipertensi Derajat 1

Hipertensi Derajat 2

Hipertensi Derajat 3 Derajat

Hipertensi

Total

laki-laki perempuan Jenis Kelamin

Total

Chi-Square Tests

3.369

a

2

.186

3.391

2

.184

1.907

1

.167

358

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 22.03.


(5)

Crosstabs

Case Processing Summary

358

100.0%

0

.0%

358

100.0%

Derajat Hipertensi

* Pekerjaan

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

Derajat Hipertensi * Pekerjaan Crosstabulation

16 12 23 7 58

12.0 10.7 25.8 9.6 58.0

27.6% 20.7% 39.7% 12.1% 100.0%

21.6% 18.2% 14.5% 11.9% 16.2%

4.5% 3.4% 6.4% 2.0% 16.2%

32 34 63 26 155

32.0 28.6 68.8 25.5 155.0

20.6% 21.9% 40.6% 16.8% 100.0%

43.2% 51.5% 39.6% 44.1% 43.3%

8.9% 9.5% 17.6% 7.3% 43.3%

26 20 73 26 145

30.0 26.7 64.4 23.9 145.0

17.9% 13.8% 50.3% 17.9% 100.0%

35.1% 30.3% 45.9% 44.1% 40.5%

7.3% 5.6% 20.4% 7.3% 40.5%

74 66 159 59 358

74.0 66.0 159.0 59.0 358.0

20.7% 18.4% 44.4% 16.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

20.7% 18.4% 44.4% 16.5% 100.0%

Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi % within Pekerjaan % of Total Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi % within Pekerjaan % of Total Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi % within Pekerjaan % of Total Count

Expected Count % within Derajat Hipertensi % within Pekerjaan % of Total Hipertensi Derajat 1

Hipertensi Derajat 2

Hipertensi Derajat 3 Derajat

Hipertensi

Total

Pegawai Negeri

Pegawai

Swasta IRT

lain-lain (Pensiuna n,Wiraswas

ta,Bertani) Pekerjaan

Total

Chi-Square Tests

7.571

a

6

.271

7.609

6

.268

4.559

1

.033

358

Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 9.56.


(6)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Derajat Hipertensi *

Status Risti 358 100.0% 0 .0% 358 100.0%

Derajat Hipertensi * Status Risti Crosstabulation

Status Risti

Total

Ada risti lain

Tanpa risti lain

Derajat Hipertensi Hipertensi Derajat 1 Count 19 39 58

Expected Count 28.5 29.5 58.0

% within Derajat

Hipertensi 32.8% 67.2% 100.0%

% within Status

Risti 10.8% 21.4% 16.2%

% of Total 5.3% 10.9% 16.2%

Hipertensi Derajat 2 Count 59 96 155

Expected Count 76.2 78.8 155.0

% within Derajat

Hipertensi 38.1% 61.9% 100.0%

% within Status

Risti 33.5% 52.7% 43.3%

% of Total 16.5% 26.8% 43.3%

Hipertensi Derajat 3 Count 98 47 145

Expected Count 71.3 73.7 145.0

% within Derajat

Hipertensi 67.6% 32.4% 100.0%

% within Status

Risti 55.7% 25.8% 40.5%

% of Total 27.4% 13.1% 40.5%

Total Count 176 182 358

Expected Count 176.0 182.0 358.0

% within Derajat

Hipertensi 49.2% 50.8% 100.0%

% within Status

Risti 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 49.2% 50.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square

33.576(a)

2

.000

Likelihood Ratio

34.185

2

.000

Linear-by-Linear

Association

28.797

1

.000

N of Valid Cases

358

a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 28.51.