14
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Isu lingkungan merupakan pembicaraan hangat yang saat ini sering diperbincangkan, baik di media cetak maupun elektronik. Lingkungan merupakan
komponen penting dalam kehidupan manusia, sebab segala kebutuhan manusia terkandung didalamnya. Penggunaan manusia terhadap energi dalam kehidupan
sehari-hari saat ini cenderung bersifat konsumtif. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan energi, baik energi listrik maupun bahan bakar minyak BBM secara
berlebihan akan menimbulkan dampak yang negatif, khususnya terhadap kelestarian lingkungan. Kebutuhan manusia terhadap sumber energi yang semakin meningkat
Universitas Sumatera Utara
15
tentunya mempengaruhi tingginya tingkat penambangan sumber-sumber daya energi di bumi.
Pada saat ini, keadaan lingkungan sebagai tempat hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Banyaknya kasus
kerusakan lingkungan yang terjadi disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam SDA untuk keperluan energi secara eksploratif untuk mencapai keuntungan yang
sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan kemampuan lingkungan dalam menghasilkan sumber daya energi dalam jangka waktu tertentu. Hutan sebagai suatu
ekosistem ataupun sebagai tempat tinggal mahkluk hidup yang juga merupakan paru- paru dunia, berfungsi untuk melindungi dan menyeimbangkan suhu bumi agar tetap
hangat serta terhindar dari radiasi sinar matahari. Saat ini terganggu kelestariannya yang disebabkan oleh berbagai kegiatan eksploratif sumber daya alam SDA yang
tidak ramah lingkungan. Kerusakan terhadap fungsi hutan sebagai penyeimbang suhu dan pelindung
bumi dari radiasi sinar matahari menyebabkan peningkatan suhu bumi yang saat ini lebih dikenal dengan istilah global warming atau pemanasan global. Global warming
disebabkan oleh tingginya tingkat konsentrasi gas-gas, seperti karbondioksida, metana dan nitrogen oksida di atmosfer bumi. Hal tersebut merupakan hasil
pembakaran bahan bakar minyak BBM yang berasal dari asap kendaraan bermotor maupun pembakaran batubara sebagai salah satu bahan baku pembangkit listrik
yang melampaui batas kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Berdasarkan perhitungan World Wide Fund WWF tahun 2007 bahwa sektor
transportasi menyumbang sekitar seperempat dari total pencemaran yang terhimpun
Universitas Sumatera Utara
16
di atmosfer. Maka, semakin banyak manusia menggunakan bahan bakar minyak BBM, semakin besar pula sumbangan manusia terhadap pemanasan global atau
global warming. Meningkatnya jumlah penggunaan energi listrik saat ini secara langsung akan
mempengaruhi potensi ketersediaan sumber daya alam batubara di bumi. Hal ini disebabkan karena energi listrik yang selama ini dihasilkan dari pembangkit listrik
menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Ditambah lagi tersedianya alat-alat elektronik rumah tangga yang cenderung kurang ramah lingkungan, seperti AC Air
Conditioner, kulkas dan sebagainya yang menghasilkan CFC Chlor Fluor Carbon, yaitu salah satu gas berbahaya yang apabila di atmosfer terlalu banyak akan merusak
lapisan ozon. Seperti yang diketahui bahwa batubara merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui dan membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pembentukannya. Jika dalam penggunaan energi listrik tersebut tidak disertai dengan
pertimbangan yang ekonomis dan kurangnya penerapan terhadap perilaku hemat energi, maka dapat dipastikan akan memberikan sumbangan pada percepatan
terjadinya krisis energi. Selain itu, bertambahnya jumlah kendaraan bermotor saat ini juga berdampak buruk bagi kualitas udara di perkotaan karena akan menyebabkan
pencemaran udara yang tinggi dan disamping itu kurang tersedianya tumbuh- tumbuhan hijau sebagai paru-paru kota untuk membersihkan udara kota Sunarto,
2008. Munculnya berbagai persoalan lingkungan saat ini, mulai menyadari manusia
dari ”mati surinya” bahwa bumi sudah tidak ramah lagi. Ketersediaan sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
17
energi yang semakin menipis dan terjadinya berbagai bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan sebagainya merupakan akibat dari kerusakan
lingkungan yang sebahagian besar merupakan aktifitas manusia dalam kehidupannya. Dari berbagai pembicaraan tentang lingkungan hidup, media selalu menyoroti akibat-
akibat dari kerusakan lingkungan dan sering mengabaikan bagaimana pemahaman masyarakat terhadap perilaku hemat energi.
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan IPTEK yang semakin meningkat menyebabkan aktifitas eksploitasi terhadap lingkungan semakin tinggi. Hal tersebut
menyebabkan lingkungan tidak mampu memperbaiki dirinya secara alami dan menyediakan sumber daya alam energi bagi manusia dalam jangka waktu kedepan,
tanpa adanya kesadaan masyarakat terhadap eksistensi sumber daya alam yang saat ini sedang krisis. Dengan kondisi seperti itu, maka masyarakat perlu diatur pola
konsumsinya dan lingkungan hidup perlu dikelola dengan baik pemanfaatannya secara optimal agar ketersediaannya mencukupi kebutuhan generasi saat ini, tanpa
harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang sehingga hubungan keduanya antara masyarakat dan lingkungan hidup bersifat
sinergis. Pola konsumsi yang secara sempit, dapat dilihat pada lingkup rumah tangga.
Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga atau keluarga. Selama ini pengertian yang
berkembang bahwa besar-kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi terhadap penggunaan alat-alat elektronik maupun bahan bakar minyak seluruh pengeluaran
rumah tangga dapat memberikan gambaran terhadap tingkat kesejahteraan rumah
Universitas Sumatera Utara
18
tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk mengkonsumsi hal tersebut, mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan
tinggi. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin besar proporsi pengeluaran untuk konsumsi terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga atau keluarga akan semakin sejahtera bila persentase pengeluaran untuk konsumsi lebih tinggi Data Statistik Indonesia,
2009. Berdasarkan hukum, masyarakat memiliki peran dalam mengelola lingkungan
hidup, seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 5 Ayat 3 dan Pasal 34 Peraturan
Pemerintah PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Dampak Lingkungan. Terjadinya masalah-masalah kerusakan lingkungan disebabkan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup. Selain itu, juga dikarenakan kurangnya kegiatan penelitian dan sosialisasi terhadap inventarisasi Sumber-Sumber
Daya Alam, baik yang alami maupun buatan dan juga sumber daya manusia. Hal ini disebabkan minimnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan pengelolaan
lingkungan. Meningkatnya suhu bumi secara global global warming merupakan contoh
nyata dampak pengelolaan lingkungan yang eksploratif dan perkembangan perilaku konsumtif di masyarakat. Aktivitas dan segala kebutuhan manusia cenderung
mengarah pada proses eksploitasi sumber daya alam, baik untuk kepentingan industri maupun dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak pada perubahan lingkungan.
global warming tidak hanya berdampak terhadap negara-negara maju saja, seperti
Universitas Sumatera Utara
19
Amerika, China, Jepang maupun Eropa, tetapi juga berdampak bagi Indonesia. Pada tahun 1987, melalui World Commission On Enviroment And Development
Brundtland Commission dalam bukunya Our Common Future, mencoba memperkenalkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, yaitu suatu pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam mencukupi kebutuhan mereka Mitchell, Setiawan
Hadi, 2000. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup,
khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya yang disebut dengan ekologi Soemarwoto, 1991:19. Interaksi manusia dengan lingkungan hidup bersifat timbal
balik, dapat mempengaruhi dan dipengaruhi. Pada hakikatnya hubungan manusia dengan lingkungannya bersifat sirkuler, dimana satu variabel mempengaruhi variabel
lainnya. Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM atau Lembaga independen
dan pemerintah, baik pada negara maju maupun berkembang diharuskan memberikan perhatian serius terhadap masalah lingkungan. Diketahui bahwa pengelolaan SDA
yang berorintasi pada ekonomi tidak saja membawa efek positif, tetapi juga dampak negatif bagi umat manusia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak
terlepas dari persoalan lingkungan, dalam hal ini khususnya pada perubahan iklim atau cuaca yang saat ini terasa begitu menganggu kenyamanan masyarakat saat
beraktifitas. Saat ini sudah tidak jelas lagi antara musim hujan dan musim kemarau, keduanya terasa begitu singkat. Perbedaan temperatur udara antara pagi dan siang
Universitas Sumatera Utara
20
hari yang terasa begitu mencolok perbedaannya, belum lagi temperatur udara di siang hari yang terasa begitu panas.
Hal yang sama juga dirasakan oleh masyarakat di kota-kota besar di Indonesia, seperti halnya Kota Medan dan secara khusus pada Kelurahan Babura, Kecamatan
Medan Baru. Kelurahan Babura merupakan salah satu daerah pemukiman padat, baik dari segi jumlah penduduknya, transportasi, lalu lintas, pusat perbelanjaan, sarana
pendidikan, dan segala aktifitas masyarakat lainnya. Masyarakat di Kelurahan Babura termasuk dalam tipe masyarakat perkotaan karena letaknya yang berada tidak jauh
dari pusat Kota Medan. Kelurahan Babura juga merupakan wilayah pemukiman ”elit” yang memiliki intensitas penggunaan alat-alat listrik dan bahan bakar minyak yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena sebahagian besar dari masyarakatnya memiliki mobilitas tinggi sehingga tingkat penggunaan terhadap alat-alat elektronik maupun
bahan bakar minyak berada pada tingkat yang tinggi. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitiannya di Kelurahan Babura,
Kecamatan Medan Baru, Kota Medan dengan judul ”Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi” pada masyarakat perkotaan.
1.2. Perumusan Masalah