Pengaruh Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik Dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Sekolah Dasar Swasta Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

(1)

PENGARUH POLA KONSUMSI, AKTIVITAS FISIK DAN

KETURUNAN TERHADAP KEJADIAN OBESITAS

PADA SISWA SEKOLAH DASAR SWASTA

DI KECAMATAN MEDAN BARU

KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

M. ROMAULI SIMATUPANG

037023011/EPID

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PENGARUH POLA KONSUMSI, AKTIVITAS FISIK DAN

KETURUNAN TERHADAP KEJADIAN OBESITAS

PADA SISWA SEKOLAH DASAR SWASTA

DI KECAMATAN MEDAN BARU

KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

M. ROMAULI SIMATUPANG

037023011/EPID

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : PENGARUH POLA KONSUMSI, AKTIVITAS FISIK DAN KETURUNAN TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR SWASTA DI KECAMATAN MEDAN BARU KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : M. Romauli Simatupang

Nomor Pokok : 037023011

Program Stud : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) Ketua

Tanggal Lulus : 15 April 2008 (Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes)

Anggota

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal: 15 April 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si

Anggota : Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si drh. Rasmaliah, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH POLA KONSUMSI, AKTIVITAS FISIK DAN KETURUNAN TERHADAP KEJADIAN OBESITAS

PADA SISWA SEKOLAH DASAR SWASTA DI KECAMATAN MEDAN BARU KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2008

M. ROMAULI SIMATUPANG 037023011/EPID


(6)

ABSTRAK

Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Australia, New Zealand, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Peningkatan prevalensi anak obesitas di Malaysia ditemukan 6,6% pada umur sekitar 7 tahun, 13,8% pada umur 10 tahun; 12,5% pada pria dan 5% pada wanita umur 7-10 tahun. Survey awal yang dilakukan pada bulan September 2007, di 7 (tujuh) SD Swasta di kecamatan Medan Baru Kota Medan, ditemukan prevalensi overweight pada murid laki-laki 20,23% dan 19,0% pada wanita dan untuk prevalensi obesitas murid laki-laki 25,65% dan murid wanita 19,5%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik, keturunan dan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada anak SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah kasus – kontrol dengan sampel penelitian adalah anak sekolah dasar swasta (7 SD) yang berusia 10 – 12 tahun, kelas IV, V dan VI sebanyak 196 sampel masing – masing : 98 kasus dan 98 kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling, analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat (regresi logistik).

Hasil penelitian pada analisa bivariat menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara asupan energi (p = 0,0001; OR = 28,36), asupan lemak (p = 0,0001; OR = 24,59), asupan protein (p = 0,0001; OR = 2,72), frekuensi makan (p = 0,0001; OR = 59,33), jenis makanan (p = 0,0001; OR = 34,15), aktivitas sedang (p = 0,0001; OR = 17,33), aktivitas berat (p = 0,0001; OR = 26,41), status gizi bapak (p = 0,001; OR = 3,63), status gizi ibu (p = 0,004 OR = 2,68), terhadap kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.Hasil uji regresi logistik sebagai variabel yang paling dominan yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah variabel asupan lemak (OR = 96,46).

Kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi, frekuensi makan, jenis makanan dan aktivitas fisik terutama aktivitas fisik berat dan sedang, sedangkan variabel keturunan tidak berpengaruh. Sesuai dengan hasil penelitian disarankan untuk menggiatkan kembali monitoring status gizi siswa melalui UKS yang telah ada, mengadakan penyuluhan pola hidup sehat secara berkala, penyuluhan gizi.


(7)

ABSTRACT

Currently, excessive nutrients and obesity is an epidemic in the developed countries like Australia, New Zealand and Singapore and they rapidly spread in the developing countries especially in the population of Pacific islands and in a certain Asian country. The prevalence increase of children with obesity in Malaysia is 6.6% in children of about 7 years old, 13.8% in children of 10 years old, 12.5% in boys and 5% in girls of private Primary Schools in Medan Baru sub-district, Medan shows that prevalence of overweight in boy-students is 20.33% and in girl-students 19.0% while the prevalence of obesity in boy-girl-students is 25.65% and in girl-students is 19.5%.

The purpose of this case control study is to find out the influence of pattern of consumption, physical activity, heredity and risk factor which is dominant to the incident of obesity in the students of private Primary Schools in Medan Baru sub-district, Medan.

The samples for this study were 196 students of 10 – 12 years old (98 students for case group and 98 students for control group) from grades IV, V and VI of 7 (seven) private Primary Schools selected through stratified random sampling technique.The data obtained were analyzed by using univariate, bivariate and multivariate (logistic regression) statisfical tests.

The results of study shows that there is a significant influence between energy supply (p = 0.0001; OR = 28.36), fat supply (p = 0.0001; OR = 24.59), protein supply (p = 0.0001; OR = 2.72), eating frequency (p = 0.0001; OR = 59.33), kind of food consumed (p = 0.0001; OR = 34.15), moderate activity (p = 0.0001; OR = 17.33), intense activity (p = 0.0001; OR = 26.41), father’s nutrient status (p = 0.0001; OR = 3.63), mother’s nutrient status (p = 0.004; OR = 2.68) and the incident of obesity in the students of private Primary Schools in Medan Baru sub-district, Medan. The result of logistic regression test shows that the variable which is the most dominant and influential to the incident of obesity is fat supply (OR = 96.46).

The incident of obesity in the students of private Primary Schools in Medan Baru sub-district is influenced by the variabels of fat supply, energy supply, eating frequency, kind of food consumed and physical activity especially the moderate and intense physical activities while the variabels of heredity does not have any influence. Based on the result of study, it is suggested to reactivate the monitoring of student’s nutrient status through the existing UKS (School Health Unit) and to provide gradual extensions on the pattern of simple life and nutrition.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat dan kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat S2 pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari, begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis dari memulai penulisan tesis ini sehingga dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih, semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindunganNya kepada : Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes dan Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian, dukungan dan pengarahan sejak mulai hingga selesai tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak

Prof.. dr. Chaeruddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, Kepala Sekolah, para guru SD dan seluruh siswa SD Swasta Advent 4, SD Swasta Dharma Putra, SD Swasta Singapore International School, SD Swasta Pembangunan Didikan


(9)

Islam, SD Swasta St. Thomas 5, SD Swasta St. Thomas 6 dan SD Swasta YPTI Al Bukhari Islam yang telah memberikan izin dan bersedia menjadi responden untuk penelitian ini.

Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibunda Rumintang Mangisi br Hutapea (Ompung ni si Anthoni boru) dan adik – adikku Ike, Onny, Susan, Pahala, Budi, dan Daniel yang dengan tekun berdo’a dan memberi nasehat serta semangat dalam menyelesaikan kuliah. Rekan – rekan penulis di Administrasi dan Kebijakan Kesehatan atas dukungan yang diberikan selama pendidikan, proyek PHP II Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebagai penyandang dana pendidikan penulis dan Staf Administrasi Program AKK Sekolah Pascasarjana USU (Rosihan, Saiful, Husni dan Iin), yang membantu penulis mengurus penyelesaian administrasi perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

Tesis ini saya persembahkan secara khusus dengan ucapan terima kasih yang tulus dan rasa syukur kepada suami tercinta Ir. Poltak Simanjuntak dan anakku Anthoni Agung Pratama Simanjuntak, yang telah memberikan perhatian dan doa yang tiada putus – putusnya bagi penulis.

Ucapan terima kasih khusus juga saya persembahkan kepada pahompu terkasih Mayor Ckm Ricardo Suganda Simanjuntak, S.Sos, M.Kes, Abanganda Bapak Saut Simanjuntak, SH (Kajari Sidikalang), Abanganda Bapak dr. Saut Simanjuntak, Sp.OG beserta seluruh keluarga atas bantuan dan dukungan yang penulis terima, semoga Allah Bapa dapat membalas budi baik saudaraku sekalian.


(10)

Akhirnya ucapan terimakasih kusampaikan kepada Tuhanku Yesus Kristus karena kemurahan dan berkatMu yang begitu mulia, sehingga saya dapat menyelesaikan semua ini, bukan karena kekuatan dan kepintaranku ya Bapa, tetapi atas kuasa dan berkatMu lah semua ini bisa terjadi. Amin.

Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, oleh karenanya saran untuk perbaikan sangat diperlukan. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi akademik Universitas Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

Medan, April 2008

Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Saya, Marsaulina Romauli Simatupang, lahir sebagai anak pertama dari 7 (tujuh) bersaudara, ayah B. Simatupang (alm) dengan ibu R.M. boru Hutapea, di Medan pada tanggal 01 Februari 1967, dari keluarga penganut agama Kristen Protestan.

Pendidikan yang saya lalui antara lain : SD Swasta Kristen Immanuel, tamat tahun 1979, SLTP Swasta Kristen Immanuel, tamat tahun 1982, SLTA Swasta Kristen Immanuel, tamat tahun 1985 dan Akademi Gizi Padang, tamat tahun 1988.

Tahun 1989, saya diterima menjadi CPNS di Kanwil Depkes Prov. Sumatera Barat dan ditempatkan di RSU Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman. Pada tahun 1991 – 1993, saya ditempatkan di Dinkes Kabupaten Pasaman, sebagai staf bidang gizi. Pada tahun 1992, saya menikah dengan Ir. Poltak Simanjuntak, dan tahun 1993, dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Anthoni Agung Pratama Simanjuntak.

Tahun 1993, saya pindah ke Kanwil Depkes RI Prov. Sumatera Utara, sebagai staf bagian gizi. Pada tahun 1997, melanjutkan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU Medan, tamat tahun 1999. Tahun 2002, ditempatkan sebagai staf di Kantor Dinkes Prov. Sumatera Utara. Tahun 2003, saya terpilih menjadi salah seorang penerima bea siswa dari Provincial Health Project (PHP) - II dan memasuki Sekolah Pascasarjana USU Medan, tamat tahun 2008, dengan judul penelitian :

”PENGARUH POLA KONSUMSI, AKTIVITAS FISIK DAN KETURUNAN TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SEKOLAH DASAR SWASTA DI KECAMATAN MEDAN BARU KOTA MEDAN”.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

RIWAYAT HIDUP... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

DAFTAR ISTILAH ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesa ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Epidemiologi Obesitas ... 9

2.2. Pengertian Obesitas ...10

2.2.1. Kriteria Kegemukan (Obesitas 2.2.2. Risiko Kegemukan (Obesitas) ... 12

2.2.3. Pencegahan Obesitas ...14

2.3. Masalah Obesitas pada Anak-anak ... 15

2.3.1. Gambaran Klinis ... 15

2.3.2. Pemeriksaan Klinis ... 17

2.4. Determinan Obesitas ...17

2.4.1. Jenis Kelamin ...17

2.4.2. Umur ... 18

2.4.3. Tingkat Sosial Ekonomi ...18

2.4.4. Faktor Lingkungan ...19

2.4.5. Aktivitas Fisik... 19

2.4.6. Kebiasaan Makan ...20

2.4.7. Pola Konsumsi ... 20

2.4.8. Faktor Keturunan ... 21

2.5. Penilaian Status Gizi ... 22

2.5.1. Antropometri sebagai Indikator Status Gizi ……… 23


(13)

2.6. Landasan Teori ...25

2.6.1. Faktor Keturunan ... 25

2.6.2. Faktor Lingkungan ...26

2.7. Kerangka Teori ... 28

2.8. Kerangka Konsep ...29

BAB III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Jenis Penelitian ...30

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

3.2.1. Waktu Penelitian ... 30

3.2.2. Lokasi Penelitian ...31

3.3. Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1. Populasi ……….31

3.3.2. Sampel ………...31

3.3.3. Metode Pengambilan Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ...34

3.4.1. Data Primer ………... 34

3.4.2. Data Sekunder ……….. 35

3.5. Definisi Operasional Variabel ………...36

3.5.1. Variabel Terikat ……… 36

3.5.2. Variabel Bebas ……….. 36

3.6. Aspek Pengukuran ……… 38

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ………...38

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 39

3.7. Metode Analisa Data ...40

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Karakteristik Responden ...42

4.3. Pola Konsumsi ... 43

4.4. Aktivitas Fisik ...49

4.5. Keturunan ... 51

4.6. Faktor Risiko yang Paling Dominan Terhadap Kejadian Obesitas ... 53

BAB V. PEMBAHASAN... 56

5.1. Pengaruh Pola Konsumsi Terhadap Kejadian Obesitas ...56

5.2. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas ... 58

5.3. Pengaruh Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas ... 59


(14)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 64


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kategori IMT menurut Umur dan Jenis Kelamin ………. 24

3.1. Distribusi Pengambilan Sampel, secara Sratified Random Sampling………33

3.2. Aspek Pengukuran Aktivitas Fisik ………....39

3.3. Aspek Pengukuran Kejadian Obesitas ………... 40

4.1. Lokasi dan Distribusi Siswa SD Swasta ……….. 41

4.2. Distiribusi Siswa SD Swasta Berdasarkan Karakterisitiknya di Kecamatan Medan Baru Kota Medan... 42

4.3. Distribusi Asupan Energi, Lemak dan Protein pada Siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan ... 44

4.4. Persentase Energi dan Protein dari Angka Kecukupan Gizi ... 46

4.5. Frekuensi Makan dalam Sehari ... 47

4.6. Jenis Makanan dalam Sehari ...48

4.7. Distribusi Kejadian Obesitas menurut Penggunaan Waktu untuk Akitivitas Fisik Siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan ………... 49

4.8. Distribusi Kejadian Obesitas menurut Status Gizi Bapak Siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan ... 51

4.9. Distribusi Kejadian Obesitas menurut Status Gizi Ibu SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan ... 52

4.10. Analisa Pengaruh Pola Konsumsi, Faktor Keturunan dan Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan ... 53

4.11. Analisa Pengaruh Pola Konsumsi, Faktor Keturunan dan Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan ... 54


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Mekanisme Terjadinya Obesitas (Suhendro, 2003) ……… 28

2. Kerangka Konsep Penelitian ………... 29


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ………. 70

2. Surat Izin Survey Pendahuluan ………. 76

3. Standar CDC-NCHS Laki-laki Usia 2 – 20 Tahun ………77

4. Standar CDC-NCHS Perempuan Usia 2 – 20 Tahun ……… 78

5. Hasil Crosstabs ... 79


(18)

DAFTAR ISTILAH

AKG : Angka Kecukupan Gizi

CDC-NCHS : Center for Disease Control – National Center for Health

Statistics

BMI : Body Mass Index (BB/TB2) FFQ : Food Frequency Questionaire BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai pencerminan dari tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistim Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes RI, 1999).

Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia, menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat, guna mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, salah satu di antaranya adalah program peningkatan status gizi masyarakat (Depkes RI, 2001). Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, tentunya banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain faktor pangan (unsur gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan jasa pelayanan lainnya. Dari sekian faktor tersebut, unsur gizi memegang peranan penting (Aritonang, 2003).

Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Australia, New Zealand, Singapura dan dengan cepat berkembang di


(20)

negara berkembang, terutama populasi kepulauan pasifik dan negara Asia tertentu. Di United State of America (USA), lebih 60% populasi dewasa mengalami

overweight dan obesitas, pada anak remaja 20 – 25% mengalami obesitas. Menurut data yang dikumpulkan Center for Disease Control (CDC), prevalensi obesitas mulai meningkat secara dramatis sejak 1980. Peningkatan prevalensi cepat juga dilihat pada kelompok minoritas, seperti etnis Maori di Selandia Baru, Indian di Inggris (UK), Malaysia dan Singapura, Australia Aborigin, populasi kepulauan di selat Torres. (Hamam, 2005).

Survey di Korea Selatan pada tahun 1995, melaporkan sebanyak 1,5% obesitas (BMI>30 kg/m2) dan 20,5 overweight (BMI 25-29,9 kg/m2). Thailand 4% obesitas, 16% overweight, Malaysia 4,7% pria 7,7% wanita obesitas. Di Malaysia populasi wanita etnis India 16,5%, Cina 4% dan Melayu 8,6% obesitas dan daerah urban pria 5,6% dibandingkan daerah rural 1,8%, di daerah urban wanita 8,8% dibandingkan daerah rural 2,6%. Di Malaysia ditemukan peningkatan prevalensi anak obesitas dengan peningkatan umur 6,6% pada umur sekitar 7 tahun, 13,8% pada umur 10 tahun, 12,5% pada pria dan 5% pada wanita umur 7 – 10 tahun.

Demikian juga, etnis Melayu 16,8% dibandingkan 11,0% etnik India dan Cina – Malaysia (Imam, 2005).

Ita dan Murata (1999), di Jepang melaporkan peningkatan prevalensi obesitas dari 5% ke 11% pada anak Jepang pada umur 6 – 14 tahun (Hamam, 2005). Peningkatan prevalensi obesitas juga dilaporkan dari waktu ke waktu pada suatu negara, di Singapura antara 1992 – 1998 prevalensi obesitas tidak banyak


(21)

berubah 6%, namun pada wanita etnik Melayu 11,1% menjadi 16,2%; wanita etnik India 12,5% menjadi 17,5%; di Malaysia 1990 – 1997 prevalensi meningkat dari 1% menjadi 6% pada umur di antara 13 – 17 tahun (Imam, 2005).

Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan beban ganda masalah gizi, di mana ketika permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan gizi lebih. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, dan munculnya kelompok penyakit-penyakit degeneratif/non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di seluruh pelosok Indonesia. Fenomena ini sering dikenal dengan sebutan New World Syndrom atau Sindrom Dunia Baru. Tingginya prevalensi obesitas, gizi lebih, hipertensi, dislipidemi dan beberapa penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia (Hamam, 2005).

Data di atas menunjukkan bahwa sejalan dengan perkembangan dan industrialisasi yang diikuti perubahan pola hidup, maka prevalensi penderita gizi lebih dan obesitas semakin tinggi. Menurut Soekirman yang dikutip oleh

Aritonang (2003), terdapat hubungan erat antara pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah kota, perubahan pola konsumsi pangan dengan meningkatnya penyakit degeneratif. Kehidupan yang modern di lingkungan tempat tinggal, kemajuan serta berbagai bentuk kemudahan (instant) menghasilkan pola hidup santai, energi yang tadinya untuk aktivitas tidak terlalu diperlukan lagi dan akan disimpan sebagai timbunan lemak dan akhirnya menimbulkan kejadian gizi lebih.


(22)

Gizi lebih dapat terjadi pada siapa saja dan bisa terjadi mulai dari bayi hingga usia lanjut, baik pria maupun wanita. Di samping faktor keturunan, sebagian besar penyebab gizi lebih diduga oleh karena terjadinya intervensi dan modifikasi gaya hidup (lifestyle), di mana pada etnik Western yang berpandangan pada umumnya gizi lebih secara sosial tidak diingini, sedangkan penduduk asli kepulauan Pasifik masih tinggal tetap berpandangan bahwa gizi lebih dan obesitas justru merupakan suatu simbol kemakmuran dan status sosial yang tinggi. Pandangan keadaan sosial dan kultur seperti ini, membutuhkan kebijaksanaan tertentu, apabila kita ingin mengembangkan strategi intervensi untuk menurunkan prevalensi obesitas. Masalah di Asia saat ini bukan saja dengan terjadinya peningkatan jumlah overweight, akan tetapi konsekuensi yang muncul akibat risiko penyakit yang berhubungan dengan obesitas (risk of obesity-related

diseases)(Hamam, 2005).

Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah kelompok umur usia sekolah. Hasil penelitian Husaini yang dikutip oleh Hamam (2005), mengemukakan bahwa, dari 50 anak laki-laki yang mengalami gizi lebih,

86% akan tetap obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perempuan yang obesitas akan tetap obesitas sebanyak 80% hingga dewasa. Obesitas permanen, cenderung akan terjadi bila kemunculannya pada saat anak berusia 5 – 7 tahun dan anak berusia 4 – 11 tahun, maka perlu upaya pencegahan terhadap gizi lebih dan obesitas sejak dini (usia sekolah) (Aritonang, 2003).


(23)

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah, antara lain sosial ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi, dimana anak yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi, cenderung mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi. Secara singkat, gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan. Selain itu faktor yang mempengaruhi gizi lebih, adalah umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, faktor lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan dan faktor

neuro-psikologik serta faktor genetika (Suhendro, 2003). Hasil penelitian Padmiari (2002) di Denpasar, diperoleh ada hubungan fast food dengan penelitian Ismael (1999) di Yogyakarta, bahwa ada hubungan antara pengalaman mengkonsumsi

fast food dengan obesitas, dengan prevalensi 8,5% pada anak perempuan dan 10,5% pada anak laki-laki (Hamam, 2005).

Secara umum dampak yang ditimbulkan akibat gizi lebih, adalah gangguan psiko-sosial, yang berakibat pada rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan, dan gangguan pertumbuhan fisik, gangguan pernafasan, gangguan endokrin, obesitas yang menetap hingga dewasa dan penyakit

degeneratif, yang berakibat pada timbulnya hipertensi, penyakit jantung koroner,

diabetes mellitusdan lain sebagainya (Imam, 2005).

Di Indonesia pada 1982 prevalensi obesitas pria 4,2% dan wanita 7,1% sedangkan pada 1992 pria 10,8% dan wanita 24,1%. Pada kelompok sosial menengah-atas di Medan, pada tahun 2002-2003 prevalensi overweight 54,0% dan obesitas 10,3%. Bappenas (2004), mengemukakan bahwa dari 4.747 orang siswa/i


(24)

SLTP Yogyakarta dan 2% di Kabupaten Bantul mengalami obesitas. Hal tersebut tidak tertutup kemungkinan juga terjadi di kota Medan, yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sebagian masyarakat di Kota Medan mengalami pergeseran pola makan yang dialami oleh semua kelompok umur, termasuk pada remaja dan anak usia sekolah dasar (SD).

Survey awal yang dilakukan pada bulan September 2007, di 7 (tujuh) SD swasta, dari 12 SD swasta yang berlokasi di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, yang melibatkan 786 murid, ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya diketahui prevalensi overweight murid laki – laki : 20,73% dan murid perempuan : 19,0%, untuk prevalensi obesitas murid laki – laki : 25,65% dan murid perempuan : 19,5%. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diketahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik, keturunan dan faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada siswa/i SD Swasta di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul permasalahan yaitu sejauh mana pola konsumsi, aktivitas fisik dan keturunan mempengaruhi kejadian obesitas pada anak SD Swasta di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, terhadap kejadian obesitas pada anak SD Swasta di di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada anak SD Swasta di di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh keturunan terhadap kejadian obesitas pada anak SD Swasta di di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

4. Untuk mengetahui faktor risiko yang dominan terhadap kejadian obesitas pada anak SD Swasta di di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

1.4. Hipotesa

1. Ada pengaruh pola konsumsi anak dengan kejadian obesitas pada anak SD

swasta di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

2. Ada pengaruh aktivitas fisik anak dengan kejadian obesitas pada anak SD swasta di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

3. Ada pengaruh keturunan dengan kejadian obesitas pada anak SD swasta di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi penyebab kejadian obesitas pada anak SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

2. Dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang masalah kejadian obesitas pada anak SD.


(26)

3. Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam penyusunan program penanggulangan kejadian obesitas pada anak SD, dalam upaya peningkatan kualitas anak Sekolah Dasar.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi Obesitas

Obesitas merupakan masalah epidemik yang mengglobal dan akan menjadi lebih buruk, jika diikuti dengan semua konsekuensi obesitas yang ditimbulkannya. Di negara maju seperti Eropa, USA, Australia dilaporkan prevalensinya tinggi sampai sedang dan cenderung meningkat lebih ekstrim. Sebagai contoh, World Health Organization (1998), melaporkan lebih dari 70% populasi dewasa kepulauan Polynesia dan Samoa adalah obesitas. DM type-2, Penyakit Jantung Koroner (PJK), peningkatan insiden kanker paru tertentu, gangguan obstruktif sleep opnoe, osteoarthritis pada sendi besar dan kecil. Secara

perlahan kelebihan berat badan lebih dari 10 tahun akan menimbulkan hipertensi. Obesitas tidak lagi dianggap sebagai masalah kosmetik sederhana, tetapi harus mempertimbangkan dan melibatkan secara efektif masalah epidemiologi untuk pencegahan dan managemen obesitas (Hamam, 2005).

Padmiari (2002), memperoleh bahwa sebagian besar anak yang menderita obesitas/gizi lebih berasal dari orang tua dengan pendidikan tamat perguruan tinggi (50,7%) dan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan orang tua dengan kejadian obesitas pada anak (p<0,05), dan anak yang banyak melebihi dari 4 jenis fast food 12 kali berisiko terhadap kejadian obesitas dari pada anak yang tidak mengkonsumsi fast food. Hasil penelitian Budiman (1997), yang dikutip oleh


(28)

Suhendro (2003), bahwa gizi lebih dan obesitas lebih banyak ditemukan pada ibu dari pada bapak, yakni masing-masing 29,1% dan 5,1%. Suhendro (2003), juga menemukan bahwa ada hubungan pekerjaan orang tua dengan kejadian obesitas pada anak sekolah, dimana pekerjaan orang tua merupakan faktor penentu sebagai penunjang untuk mengetahui tingkat pendapatan atau penghasilan total keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah wiraswasta (53,3%) dan paling sedikit sebagai TNI/POLRI (21,3%).

Dilihat dari faktor risiko, sebagian besar anak Sekolah Menengah Umum (SMU) yang mengkonsumsi fast food dan frekuensi makan sangat berhubungan dengan kejadian obesitas/gizi lebih (p<0,05), diketahui semakin lama seseorang mengkonsumsi fast food lebih besar sama dengan >1 tahun yang lalu mempunyai risiko terjadinya obesitas (76,0%). Menurut Hadi (2004) remaja yang obesitas dalam kesehariannya mempunyai waktu aktivitas ringan seperti baca buku, nonton lebih panjang (12,20 ± 1,94 jam/hari) dibandingkan remaja yang tidak obesitas.

2.2. Pengertian Obesitas

Gizi lebih pada umumnya adalah berat badan yang relatif berlebihan jika dibandingkan dengan usia atau tinggi pada usia yang sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh. Istilah awam gizi lebih ini juga disebut kegemukan, sedangkan karena kelebihan berat disebut overweight. Kelebihan berat relatif tidak selalu berarti karena kelebihan lemak tubuh, oleh karena pada anak-anak yang giat berolah raga seperti pada olahragawan remaja mungkin terjadi karena pertumbuhan otot yang hipertrofis.


(29)

Untuk gizi lebih dengan derajat kelebihan yang berat disebut obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan akumulasi energi dalam bentuk lemak tubuh, yang mengganggu kesehatan badan. Super obese adalah kelebihan berat badan sekitar 100% atau lebih dari berat ideal, sedangkan obesitas yang menimbulkan kelainan, keluhan dan gejala penyakit disebut morbidly obese (Dietz & Gortmaker, 1985 dalam Samsudin, 1993).

Kegemukan atau obesitas adalah suatu keadaan sakit yang ditandai oleh adanya penimbunan lemak yang berlebihan didalam jaringan lemak dibawah kulit dan didalam alat-alat tubuh. Kegemukan ini dapat terjadi pada setiap umur dan mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat sekali (Walujo, dkk,1986).

Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Krisno, 2002).

2.2.1. Kriteria kegemukan (obesitas)

Penentuan kegemukan (obesitas) atas dasar antropometri menurut Nasar (1995), pada umumnya, sebagai berikut :

1. Hanya mengukur Berat Badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar, yakni bila BB > 120 % disebut obesitas, sedangkan antara 110 – 120 % disebut over weight. Keburukan cara ini adalah pertama, tidak


(30)

dikaitkan dengan Tinggi Badan (TB), sehingga tidak mencerminkan proporsi tubuh; kedua, penampilan fisik seseorang dipengaruhi oleh komposisi tubuh, artinya pada BB yang sama seseorang dapat tampak lebih langsing dari pada yang lainnya karena tubuhnya lebih berotot, sedangkan yang lainnya lebih banyak lemak.

2. BB dihubungkan dengan TB, selain mencerminkan proporsi atau penampilan (BB/TB) juga memberikan gambaran tentang massa tubuh tanpa lemak (less body mass) dengan cara menghitung BMI (Body Mass

Index) yaitu BB/TB2. Mortalitas meningkat pada BMI > 25 (derajat I) tetapi penanganan medis secara serius terutama pada obesitas derajat II dan III.

2.2.2. Risiko kegemukan (obesitas)

Risiko kegemukan (obesitas) dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang, seperti yang diuraikan sebagai berikut (Satoto, 1996) :

1. Gangguan psiko-sosial : rasa rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obesitas sering menjadi bahan olok – olok teman main dan teman sekolah. Hal ini dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan, terutama olah raga akibat adanya hambatan pergerakan oleh kegemukannya. Selain itu sebagai akibat kegemukan, penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak (burried penis) dan ini dapat menyebabkan rasa malu kerena merasa


(31)

berbeda dengan anak lain. Bau atau aroma badan yang kurang menarik dapat membuat anak menarik diri dari lingkungannya.

2. Pertumbuhan fisik atau linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih lanjut dibanding usia biologisnya.

3. Masalah Ortopedi seringkali terjadi slipped capital femonal epiphysis dan penyakit blount sebagai akibat beban tubuh yang terlalu berat.

4. Gangguan pernafasan sering terserang infeksi saluran nafas, tidur ngorok, kadang-kadang terjadi apnes sewaktu tidur, dan sering mengantuk siang hari. Bila gangguan sangat berat disebut sebagai sindrome pickwicknan, yaitu adanya hipoventilasi alveolar.

5. Gangguan endocrine menarche lebih cepat terjadi, karena disamping faktor hormonal, untuk terjadi menarche diperlukan jumlah lemak tertentu sehingga pada anak obesitas dimana lemak tubuh sudah cukup tersedia, menars akan menjadi lebih dini. Penelitian lain menyatakan bahwa usia tulang yang lanjut lebih berperan dalam terjadinya menarche dari jumlah lemak tubuh.

6. Obesitas yang berlanjut (menetap) sampai dewasa, terutama bila obesitas mulai pada masa pra pubertas.

7. Gangguan penyakit degeneratif dan penyakit metabolik, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hiperlipoproteinemia, dan penyakit hiperkolesterolemia.


(32)

2.2.3. Pencegahan Obesitas

Obesitas pada bayi tidak ada korelasi yang jelas dengan terjadinya obesitas pada orang dewasa, tetapi obesitas pada masa pra pubertas umumnya berlanjut sampai dewasa.

Pencegahan pada obesitas anak sepenuhnya berada di tangan para orang tua dan petugas kesehatan karena anak umumnya tidak menyadari dan kurang peduli akan masalah kegemukan.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya obesitas yaitu (Budiyanto, 2002) :

1. Olah raga.

Dengan memperbanyak olah raga maka organ tubuh kita akan bekerja dengan keras, sehingga lemak yang ditimbun dalam tubuh akan dibongkar untuk menggantikan energi yang hilang akibat olah raga tersebut. Dengan demikian berat badan seseorang akan berkurang dan kegemukan tidak akan terjadi.

2. Mengurangi konsumsi lemak.

Dengan mengurangi konsumsi lemak maka akan memberikan manfaat berkurangnya jaringan lemak yang tidak aktif dalam tubuh. Di samping itu dengan mengurangi konsumsi lemak terutama lemak jenuh akan mencegah kita terkena penyakit jantung dan aterosklerosis.


(33)

Protein dalam tubuh sangat besar fungsinya, di samping sebagai penghasil energi protein juga berfungsi sebagai zat pembangun. Protein lebih tahan lama tinggal di lambung karena tidak dihirolisis dengan gas seperti karbohidrat yang mudah sekali terhidrolisis dengan gas. Dengan banyak mengkonsumsi protein, maka seseorang tidak akan sering makan karena masih kenyang. Ini menguntungkan untuk mencegah terjadinya obesitas. 4. Banyak konsumsi serat.

Dengan mengkonsumsi serat akan membantu tubuh melancarkan faeces yang akan dibuang, dan membantu mencegah berbagai penyakit lain. Sumber serat yang baik adalah dari golongan serealia, sayur-sayuran dan beberapa buah-buahan.

2.3. Masalah Obesitas pada Anak-anak

Kegemukan dapat terjadi pada setiap umur dan gambaran klinis kegemukan pada anak dapat bervariasi dari yang ringan sampai dengan yang berat sekali.

2.3.1. Gambaran klinis

1. Pertumbuhan berjalan cepat/pesat disertai adanya ketidakseimbangan antara peningkatan berat badan yang berlebih dibanding dengan tingginya. 2. Jaringan lemak bawah kulit menebal sehingga tebal lipatan kulit lebih


(34)

3. Kepala tampak relatif lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya atau dibandingkan dengan dadanya (pada bayi).

4. Bentuk muka lebih tembem, hidung dan mulut tampak relatif lebih kecil, mungkin disertai dengan bentuk dagunya berganda (dagu ganda).

5. Pada dada terjadi pembesaran payudara yang dapat meresahkan bila terjadi pada anak laki-laki.

6. Perut membesar yang bentuknya cenderung menyerupai bandul lonceng dan kadang-kadang disertai dengan garis-garis putih atau ungu (striae). 7. Kelamin luar pada anak wanita tidak jelas ada kelainan, akan tetapi pada

anak laki-laki tampak relatif kecil. Sebenarnya ukuran besarnya normal akan tetapi hanya tersembul sedikit oleh karena sebagian besar terbenam di dalam jaringan lemak di sekitarnya.

8. Pubertas pada anak laki-laki terjadi lebih awal dan akibatnya pertumbuhan kerangka lebih cepat berakhir sehingga tingginya pada masa dewasa relatif lebih pendek. Pada wanita menarche (haid pertama) biasanya tidak terlambat.

9. Lingkaran lengan atas dan paha lebih besar dari normal dan tangan relatif lebih kecil dan jari-jari yang bentuknya meruncing. Mungkin pula terdapat keadaan dimana sendi tungkai dan tungkainya sendiri dapat mengganggu gerakan.

10. Dapat terjadi gangguan psikologis berupa : gangguan emosi, sukar bergaul, senang menyendiri dan sebagainya.


(35)

11. Pada kegemukan yang berat mungkin terjadi gangguan jantung dan paru yang disebut Sindroma Pickliwickian dengan gejala sesak nafas, sianosis, pembesaran jantung dan kadang-kadang penurunan kesadaran.

2.3.2. Pemeriksaan klinis

1. Pada pemeriksaan darah dapat ditentukan gangguan endokrin.

2. Mungkin juga ditentukan gangguan metabolisme hidrat arang dan lemak. 3. Pada air seni (urine) ditemukan peningkatan pengeluaran zat tertentu.

Kelainan-kelainan tersebut akan menghilang sendiri jika kegemukannya sembuh.

4. Pada pemeriksaan rontgen dapat ditemukan usia tulang yang relatif tua.

2.4. Determinan Obesitas

Ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan (obesitas) antara lain : jenis kelamin, umur, tingkat sosial ekonomi, faktor lingkungan, aktivitas fisik, kebiasaan makan, faktor psikologis dan faktor genetik (Salam, 1989).

2.4.1. Jenis kelamin

Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama mulai pada saat remaja, hal ini mungkin disebabkan faktor endokrin dan perubahan hormonal (Salam, 1989).


(36)

Menurut International Dietary Energy Consultative Group (1989), perempuan sedikit lebih gemuk daripada laki-laki pada saat kelahiran sampai bayi dan anak-anak, komposisi tubuh berbeda nyata antara jenis kelamin selama remaja. Pada remaja dimana periode pertumbuhan, cepat dari berat badan dan tinggi badan disertai dengan peningkatan massa bebas lemak dan lemak tubuh.

2.4.2. Umur

Obesitas sering dianggap kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka yang cepat. Anak yang obesitas cenderung menjadi obes pada saat remaja dan dewasa (Salam, 1989).

2.4.3. Tingkat sosial ekonomi

Obesitas banyak dijumpai pada kalangan remaja, yang kemungkinan lebih disebabkan oleh karena banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak. Terjadinya obesitas pada kelompok masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah disebabkan karena tingginya konsumsi makanan sumber karbohidrat, sementara konsumsi protein rendah. Menurut Le Bow, prevalensi kegemukan tergantung pada tingkat sosial ekonomi, kebudayaan dan kriteria, kira-kira 40% pada tingkat sosial ekonomi dan 25% pada tingkat sosial ekonomi tinggi (Le Bow, dalam Herini,1999).

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin tinggi tingkat pendapatan, berarti semakin baik


(37)

kualitas dan kuantitas makanan yang diperoleh, seperti membeli buah, sayuran, dan aneka ragam jenis makanan (Berg, 1986 dalam Rijanti, 2002).

Menurut Mukawi (1981 dalam Afifa, 2003), menyatakan intake kalori dipengaruhi oleh status ekonomi, salah satu ukuran status ekonomi adalah tingkat pendapatan total yang diterima oleh keluarga. Peningkatan tingkat pendapatan akan mempengaruhi kebiasaan makan, pada sebagian masyarakat cenderung untuk makan berlebihan.

2.4.4. Faktor lingkungan

Adalah kenyataan bahwa pola makan, jumlah dan komposisi nutrisi dalam makanan, serta intensitas aktivitas tubuh merupakan hal yang paling berpengaruh dalam terjadinya obesitas. Gaya hidup modern dan santai seringkali tidak

menyadari jumlah masukan kalori disamping kurang memperhatikan kaidah gizi seimbang, seperti makan fast food merupakan acara sehari-hari, ngemil makan berkalori tinggi dan tinggi karbohidrat pada saat nonton televisi atau bioskop, dan sebagainya (Salam, 1989).

Menurut Khumaidi (1989) tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh orang lain dan untuk memperoleh kepuasan atau ketidakpuasan hati, orang tersebut melakukan pertimbangan-pertimbangan di dalam keadaan atau apa yang dipikirkan sebelum membuat keputusan.


(38)

2.4.5. Aktivitas fisik

Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan sebagai lemak, sehingga cenderung pada orang-orang yang kurang melakukan aktivitas menjadi gemuk (Salam, 1989).

Hasil penelitian Subardja dkk (2000) menjelaskan bila dibandingkan besarnya hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik, ternyata aktivitas fisik lebih berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Hal ini mencerminkan bahwa, pola hidup sedentary berkontribusi dalam terjadinya obesitas pada anak.

2.4.6. Kebiasaan makan

Elizabeth dan Sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu karakteristik individu, karakteristik makan/pangan dan lingkungan. Kebiasaan makan seseorang dibentuk dari kemampuan dan taraf hidupnya, dimana makin baik taraf hidupnya, makin meningkat daya belinya dan makin tinggi mutu makanan yang tersedia untuk keluarga.

Kebiasaan makan menurut Khumaidi (1989) adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan, meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Koentjaraningrat (1984) dalam Khumaidi (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu, keluarga dan


(39)

masyarakat dipengaruhi oleh faktor budaya, lingkungan sosial, ekonomi, lingkungan ekologi, ketersediaan makanan, dan faktor perkembangan teknologi.

2.4.7. Pola konsumsi

Almatsier (2002) menyatakan bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal/normal. Kelebihan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang gerak.

Fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, namun jika tubuh mengalami kekurangan zat energi maka fungsi protein terlebih dahulu untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa. Jika protein dalam keadaan berlebihan maka protein akan mengalami deaminase yaitu nitrogen yang dieluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh. Dengan demikian bila mengkonsumsi protein berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.

Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004) angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk anak laki-laki usia 10 – 12 tahun sebesar 2000 kkal/orang/hari dan protein 45 gr/orang/hari, untuk anak perempuan usia 10


(40)

– 12 tahun 1900 kkal/orang/hari dan protein 54 gr/orang/hari dan konsumsi lemak total dianjurkan tidak lebih dari 25% dari total energi.

2.4.8. Faktor keturunan

Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa anak-anak dari orang tua normal mempunyai peluang 10% menjadi obesitas. Peluang tersebut akan meningkat menjadi 40 – 50%, bila salah satu orangtuanya menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70 – 80% bila kedua orangtuanya menderita obesitas (Wirakusumah, 1997 dalam Welis, 2003).

2.5. Penilaian Status Gizi Anak

Penilaian status gizi anak balita dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung penilaian status gizi anak balita dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : Antropometri, Klinis, Biokimia dan Biofisik.

1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri.

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi dimana ketidakseimbangan dapat terlihat pada pertumbuhan fisik. Indeks antropometri yang umum digunakan adalah berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).

2. Penilaian Status Gizi Secara Klinis.

Pemeriksaan klinis merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan


(41)

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata dan rambut. Penggunaan metode klinis biasanya untuk survey klinis secara cepat dimana dapat mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi yang dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

3. Pemeriksaan Status Gizi Secara Biokimia.

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada jaringan tubuh manusia seperti darah, urine dan tinja. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. 4. Penilaian Status Gizi Secara Biofisik.

Penilaian status gizi secara biofisik yaitu dengan melihat kemampuan fungsi dan perubahan struktur dari jaringan tubuh misalnya tes adaptasi gelap untuk melihat kejadian buta senja.

Dari ke 4 cara penilaian status gizi secara langsung, antropometri merupakan cara yang sering digunakan untuk menilai status gizi anak balita karena pengukuran antropometrik merupakan relative paling sederhana. Dalam pengukuran antropometrik dilakukan beberapa pengukuran yang menjadi indikator antropometri yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas kemudian indikator tersebut dibandingkan dengan umur.


(42)

2.5.1. Antropometri sebagai indikator status gizi

Status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi pada waktu yang tepat semua zat-zat gizi di tingkat sel yang diperlukan tubuh untuk tumbuh berkembang dan berfungsi normal semua anggota badan.

Salah satu alat ukur status gizi yang telah digunakan dalam kegiatan dan program gizi adalah antropometri. Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin mendapat perhatian karena didorong oleh tersedianya alat ukur untuk menilai status gizi yang dapat digunakan secara luas dalam program-program gizi masyarakat.

Dibandingkan dengan cara pengukuran status gizi lain antropometri dapat dikatakan mempunyai spesifisitas rendah, karena hampir seluruh zat gizi terlibat dalam proses pertumbuhan. Namun demikian antropometri pada umumnya dianggap sebagai alat pengukur status gizi yang amat sensitif. Tingginya sensitivitas ini ditunjukkan dengan faktor bahwa proses penyesuaian terhadap kekurangan zat gizi (khususnya KKP) menyangkut keterlambatan tubuh serta

penggunaan lemak dan otot.

2.5.2. Indeks massa tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantau status gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan berat badan. Pada penelitian ini menggunakan IMT berdasarkan umur (2 – 20 tahun) dan jenis kelamin menurut United State Department of Health and Human Service


(43)

Tahun 2000 dan diplotkan dalam grafik Centers for Disease Control and

Prevention (CDC).

Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State

Department of Health and Human ServiceTahun 2000, adalah :

Tabel 2.1. Kategori IMT menurut Umur dan Jenis Kelamin

Kategori Status Gizi IMT

Gizi Kurang < 5 percentile

Gizi Normal 5 – 84 percentile

Gizi Lebih 85 – 94 percentile

Obesitas 95 percentile

Sumber : United State Department of Health and Human Service Tahun 2000. Menurut Dietz and Robinson (1983) dalam Mariani menyatakan bahwa keuntungan IMT adalah tinggi badan dan berat badan, mudah diukur oleh tenaga yang cukup dilatih sekedarnya, namun IMT tidak mengukur kegemukan secara langsung. Selain itu harus lebih berhati-hati dalam menggunakan IMT sebagai ukuran kopisisi tubuh pada anak dan remaja.

2.6. Landasan Teori

Menurut Sjarif (2003), obesitas dapat terjadi karena ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Asupan energi yang berlebihan disebabkan konsumsi energi yang berlebihan, sedangkan keluaran energi yang rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik

dan efek termogenesis makanan. Gangguan hemostasis energi ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau nutritional) sedangkan faktor endogen


(44)

(obesitas sekunder atau non nutritional, yang disebabkan oleh kelainan hormonal, sindrom atau efek genetik).

Secara garis besar faktor yang berperan terhadap terjadinya obesitas dikelompokkan menjadi faktor genetik dan faktor lingkungan.

2.6.1. Faktor keturunan

Obesitas sudah dapat terjadi pada bayi, balita, pada anak usia 6 tahun,usia, remaja, dengan salah satu orang tua obesitas akan menetap sampai dewasa. Bila kedua orang tua obesitas, sekitar 80% anak-anak mereka akan menjadi obesitas dan bila kedua orang tua tidak obesitas maka prevalensi obesitas akan turun menjadi 14%. Peningkatan risiko obesitas tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga.

2.6.2 Faktor lingkungan

Mengelompokkan faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas menjadi lima yaitu perilaku makan, aktivitas fisik, psikologis, steroid dan sosilal ekonomi. Menurut Budiyanto (2002) ada beberapa aspek yang

mempengaruhi kegemukan (obesitas) yaitu :

1. Aspek gizi. Seseorang yang menderita obesitas mengalami kelebihan energi. Kelebihan energi dalam tubuh diubah menjadi lemak dan ditimbun pada tempat-tempat tertentu.

2. Aspek ekonomi. Akhir-akhir ini banyak makanan siap saji (fast food) seperti hamburger, fried chicken, hot dog, dan lain-lain. Makanan tersebut


(45)

relatif mahal dan kebanyakan yang mengkonsumsi adalah masyarakat ekonomi menengah keatas. Dari segi kesehatan dapat mengganggu kesehatan karena banyak mengandung lemak tinggi sehingga menyebabkan kegemukan.

3. Aspek sosial budaya. Dalam masyarakat Indonesia mempunyai pola makan yang berbeda dengan orang barat. Dimana masyarakat kita cenderung banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Kebiasaan yang tidak baik adalah meniru, dalam hal ini meniru mengkonsumsi makanan cepat saji yang mana makanan tersebut popular pada orang-orang barat.

Menurut Soetjiningsih dkk (1996), obesitas merupakan faktor yang sering terjadi pada masa anak-anak dan merupakan masalah kesehatan penting karena berdampak terhadap fisiologis maupun medis yang berlanjut sampai dewasa. Hasil penelitiannya dinyatakan bahwa 41% anak obesitas pada usia 7 tahun akan menjadi obesitas pada usia dewasa.

Penilaian jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi individu menurut

Hadi (2003), dan Gibson (1990), dapat dikelompokkan menjadi :

1. Mengingat makanan (food recall) yang dimakan oleh individu selama 24 jam sebelum dilakukan wawancara. Contoh makanan (food model) dapat dipakai sebagai alat bantu. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi diperkirakan atau dihitung dengan ukuran rumah tangga yang kemudian dikonversikan ke dalam ukuran berat. Pemakaian metode food recall ini


(46)

digunakan untuk mengukur rata – rata konsumsi makanan dan zat gizi kelompok masyarakat yang jumlahnya besar.

2. Pencatatan makanan yang dimakan (food records) oleh individu dalam jangka waktu tertentu, jumlahnya ditimbang dan diperkirakan dengan ukuran rumah tangga.

3. Frekuensi konsumsi makanan (food frequency questionaire) adalah recall makanan yang dimakan pada waktu lalu. Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makan. Cara ini merekam keterangan tentang berapa kali konsumsi bahan makanan dalam sehari, seminggu, sebulan, tiga bulan atau jangka waktu tertentu.

4. Riwayat makan (dietary history) yaitu mencatat apa saja yang dimakan dalam waktu lama. Cara ini memerlukan petugas wawancara yang terlatih. Periode yang diukur biasanya adalah selama 6 bulan atau 1 tahun yang lalu. Metode wawancara ini merupakan modifikasi dari cara recall 24 jam untuk dapat memperoleh informasi tentang makanan yang dikonsumsi, frekuensi dan kebiasaan makan.


(47)

2.7. Kerangka Teori Genetik

Jenis Kelamin

Umur

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Kemudahan Hidup

Kemajuan Teknologi Sosial Ekonomi

Faktor Lingkungan

Fisiologi

Pola Konsumsi : •Frekuensi Makan •Jumlah Zat Gizi •Jenis Makanan

Gaya Hidup : • Aktivitas Fisik • Pengetahuan Gizi

Pelayanan Kesehatan : • Demografi

• Epidemiologis

Obesitas yang terjadi pada umur sebelumnya

Hormonal

Obesitas


(48)

VARIABEL DEPENDEN VARIABEL

INDEPENDEN 2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian Karakteristik Individu - Jenis Kelamin - Umur

- Pekerjaan Orang Tua - Pendidikan Orang Tua

Pola Konsumsi - Frekuensi Makan - Jumlah Zat Gizi - Jenis Makanan

Aktivitas Fisik

OBESITAS

Keturunan


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi, aktivitas fisik dan keturunan pada kejadian obesitas anak di SD Swasta Kecamatan Medan Baru Kota Medan digunakan rancangan penelitian case control.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, dari bulan Nopember 2007 sampai dengan Maret 2008. Dimulai dengan melakukan penelusuran kepustakaan, konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data dan analisa data, serta penyusunan laporan akhir.

- Pola Konsumsi - Aktivitas Fisik - Keturunan

- Pola Konsumsi - Aktivitas Fisik - Keturunan

KASUS

KONTROL

SAMPEL


(50)

3.2.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 7 Sekolah Dasar swasta di Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, yakni SD ST. Thomas 5, SD ST. Thomas 6, SD Singapore International School, SD Advent IV, SD Pembangunan Didikan Islam, SD YPTI Al- Bukhari Muslim, SD Dharma Putra. Survey pendahuluan yang dilaksanakan di 7 SD swasta tersebut, pada bulan September 2007 dan melibatkan 786 murid, menunjukkan bahwa prevalensi kejadian obesitas : murid laki – laki sebesar 25,65 % dan murid perempuan sebesar 19,50 %.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, kelas IV, V dan VI yang berumur 10 – 12 tahun.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi. Sampel terdiri dari kasus dan kontrol. Untuk mengurangi kemungkinan adanya bias, maka kasus dan kontrol diambil dalam satu populasi dengan kriteria :

1. Kasus adalah Siswa SD di Kecamatan Medan Baru Kota Medan kelas IV, V dan VI umur 10 – 12 tahun yang menderita kegemukan (obesitas) laki-laki dan perempuan. Kasus diukur status gizinya dengan menggunakan


(51)

metode antropometri dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

2. Kontrol adalah Siswa SD di Kecamatan Medan Baru Kota Medan kelas IV, V dan VI umur 10 – 12 tahun yang mempunyai berat badan normal sesuai dengan baku CDC-NCHS laki-laki dan perempuan. Kasus diukur status gizinya dengan menggunakan metode antropometri dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Adapun besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus di bawah ini (Lemeshow, 1997) :

p Q dan R R P P Q P Za n

n = −

+ = −

+ =

= , 1

1 ; 2 ) 2 / 1 ( . 2 / 2 1 β Keterangan:

R = Perkiraan Odds Ratio = 2 α= 0,05 →Zα = 1,96

β= 0,10 →Zβ = 1,28

P = 2/1 + 2 = 0,66; Q = 1 - 0,66 = 0,34

2 ) 5 , 0 66 , 0 ( 34 , 0 . 66 , 0 28 , 1 2 / 96 , 1 2 1 − + = =n n 2 ) 16 , 0 ( 5816 , 1 2 1=n = n


(52)

Maka berdasarkan hasil perhitungan di atas didapat jumlah sampel minimal untuk kasus = 98 anak sekolah dasar (SD) dan kontrol 98 anak sekolah dasar (SD).

3.3.3. Metode pengambilan sampel

Untuk mengambil 98 kasus dan 98 kontrol, dilakukan :

1. Sampel diambil secara Stratified random sampling berdasarkan kelas sampel yakni kelas IV, V, VI.

2. Penentuan kasus dan kontrol dilakukan matching terhadap umur, jenis kelamin, asal sekolah dan kelas yang sama.

3. Bila ditemukan > 98 kasus obesitas maka akan dilakukan pemilihan kasus secara Stratified random sampling untuk mendapatkan jumlah yang ditetapkan, yaitu minimal 98 kasus.

4. Bila ditemukan < 98 kasus obesitas maka akan diambil dari populasi kelas lain dengan sekolah yang sama hingga mencapai jumlah yang ditetapkan, yaitu minimal 98 kasus.

Tabel 3.1. Distribusi Pengambilan Sampel, secara Stratified Random Sampling

No. Nama Sekolah Jlh Siswa Obesitas

Jumlah Responden

1. 2. 3. 4. 5.

SD Swasta Al Bukhari SD Swasta PDI SD Swasta SIS

SD Swasta St. Thomas 5 SD Swasta St. Thomas 6

13 12 42 64 59

7 7 21 33 30


(53)

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data primer

1. Data primer terdiri dari data hasil wawancara dan pengukuran, yaitu IMT responden, jenis kelamin, umur, karakteristik orang tua, frekuensi makan, kebiasaan konsumsi makanan, asupan zat gizi (energi, protein dan lemak), aktivitas fisik dan keturunan.

2. Data tentang obesitas yang dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak merk electronic personal scale yang berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 0.1 kg. Sampel diukur pada posisi berdiri tegak tepat di tengah timbangan dan tanpa menggunakan alas kaki.

Pembacaan angka dilakukan setelah angka penunjuk tidak bergerak. Sedangkan data tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur

microtoise berskala 200 cm dengan ketelitian 0.1 cm. Sampel di ukur dalam posisi tegak, muka lurus ke depan dan tanpa menggunakan tutup kepala. Besi pengukur yang vertikal diturun naikkan hingga batang pengukur yang horizontal menyentuh tepat di atas kepala sampel. Posisi sampel membelakangi alat ukur dan pembacaan dilakukan dari salah satu sisi badan sampel.

3. Data pola konsumsi dilakukan dengan cara wawancara langsung pada responen dengan menggunakan kuesioner penelitian, Food Frequency


(54)

jam. Data konsumsi makanan ditampilkan dalam bentuk tingkat kecukupan gizi (energi protein dan lemak), yang diperoleh dari perbandingan zat gizi yang dikonsumsi dengan yang dianjurkan (AKG) dikali 100 %. Jumlah porsi dari ukuran rumah tangga (URT) dikonversikan ke dalam ukuran gram untuk di analisa. Data kebiasaan makan dianalisa berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makan anak. Data tentang :

a. Karakteristik Responden b. Pola Konsumsi

c. Aktivitas Fisik

d. Keturunan

dilakukan dengan cara wawancara yang dipandu penggunaan kuesioner. 4. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 10 (sepuluh) orang

mahasiswa D3 Gizi Lubuk Pakam sebagai enumerator. Enumerator sebelumnya dilatih dan diberi pengarahan terlebih dahulu, terutama tentang cara pengukuran dan wawancara yang baik, pemahaman isi

kuesioner, dan cara mengisinya. Pelatihan ini berguna untuk menyamakan persepsi enumerator dalam memperoleh data yang akurat.

3.4.2. Data sekunder

Data gambaran umum sekolah yang meliputi jumlah siswa dan alamat sekolah SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Data jumlah siswa


(55)

yang ada di SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan dan juga dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan.

3.5. Definisi Operasional Variabel

3.5.1. Variabel terikat

Kegemukan (Obesitas) adalah suatu keadaan patologis akibat terdapatnya timbunan lemak yang berlebihan pada tubuh, dengan cara pengukuran antropometri, yaitu dengan menggunakan percentile 95 kurva IMT dari baku CDC - NCHS untuk laki-laki dan perempuan usia 2 – 20 tahun, , (Kuczmarski, 2002) (skala ordinal).

3.5.2. Variabel bebas

1. Karakteristik responden adalah data yang meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan bapak, pekerjaan ibu, pendidikan bapak dan pendidikan ibu. 2. Pola Konsumsi adalah gambaran kebiasaan makan terdiri dari jumlah

makanan yang dikonsumsi, frekuensi makan dalam sehari dan banyaknya jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari yang ditanyakan dengan menggunakan food frequency questionaire.

3. Asupan Zat Gizi adalah sejumlah energi, protein dan lemak yang dikonsumsi dalam sehari (skala rasio)

4. Frekuensi Makan adalah jumlah kali makan yang dikonsumsi sebagai sumber energi, protein dan lemak dalam sehari selama 1 bulan terakhir,


(56)

yang dikumpulkan melalui metoda frekuensi dengan wawancara (skala ordinal).

5. Jenis Makanan adalah sejumlah jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari sebagai sumber energi, protein dan lemak.

6. Aktivitas Fisik adalah jumlah waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan oleh sampel selama 24 jam yang dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC (8). Aktivitas fisik dibagi dalam 3 kategori yaitu berat, sedang dan ringan.

Aktivitas fisik ringan antara lain : duduk, naik motor, naik angkutan, antar jemput, les di sekolah, les di luar sekolah, les bahasa inggris, mengasuh adik, mencuci piring, aktivitas nonton TV, aktivitas main play station, main komputer, belajar di rumah.

Aktivitas fisik sedang antara lain : bermain di sekolah, berjalan, bersepeda, mengikuti kegiatan pramuka, bermain musik, paduan suara, band, palang merah, bola volli remaja, tennis meja, mencuci pakaian, mencuci mobil,

memasak, menyapu, menyiram tanaman, membersihkan tempat tidur, setrika.

Aktivitas fisik berat antara lain : menari, drum band, bela diri, aero

modeling, sepak bola, basket, renang, badminton, tennis lapangan, taekwondo, aerobik, lari, skipping, sit up, kasti, mengepel, menimba air (CDC-NCHS/2002).


(57)

7. Keturunan adalah sifat genetika yang menjadi bawaan bapak dan ibu responden. Status gizi orang tua yang dihitung dari perbandingan antara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2), berdasarkan kategori IMT (Depkes RI, 1994) :

Obesitas : > 27,0

Overweight : > 25,0 – 27,0

Normal : > 18,5 – 25,0

Kurus tingkat ringan : 17,0 – 18,5 Kurus tingkat berat : < 17,0

3.6. Aspek Pengukuran

Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan data yang ingin diperoleh dari indikator variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran nominal dan ordinal.

3.6.1. Aspek pengukuran variabel bebas

Aspek pengukuran untuk variabel bebas adalah faktor keturunan (genetika), pola konsumsi dan aktivitas fisik.

1. Variabel Pola Konsumsi.

Pola konsumsi diukur dengan cara wawancara langsung pada responen dengan menggunakan kuesioner penelitian, food frequency questionaire dan melalui recall (tanya ulang) konsumsi selama 24 jam. Konsumsi


(58)

makanan ditampilkan dalam bentuk tingkat kecukupan gizi (energi, protein dan lemak), yang diperoleh dari perbandingan zat gizi yang dikonsumsi dengan yang dianjurkan (AKG) dikali 100 %.

2. Aktivitas Fisik.

Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka dalam bentuk kuesioner tentang pola kebiasaan – kebiasaan aktivitas fisik yang sering dilakukan oleh siswa sekolah dasar. Data aktivitas fisik yang dikumpulkan dihitung frekuensi dan durasinya berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukan sehari – hari. Berbagai jenis aktivitas tersebut lalu dikelompokkan menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC-NCHS (2000).

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Aktivitas Fisik Jenis

Variabel

Nama

Variabel Cara Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

Variabel bebas

Aktivitas fisik

Kuesioner Nominal 1. Berat

2. Sedang 3. Ringan

3. Variabel Faktor Keturunan.

Untuk mengetahui pengaruh keturunan terhadap kejadian obesitas,


(59)

3.6.2. Aspek pengukuran variabel terikat

Untuk mengetahui kejadian obesitas, dilakukan pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan secara bersamaan pada hari yang sama. Pengukuran kejadian obesitas didasarkan pada perhitungan dengan menggunakan rumus BB (kg) / TB2(m2) (WHO, NCHS).

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Kejadian Obesitas Jenis

Variabel

Nama

Variabel Cara Ukur

Skala

Ukur Hasil Ukur

Variabel Terikat

Kejadian Obesitas

Penimbangan Berat Berat Pengukuran Tinggi Badan

Nominal

Nominal

Obesitas dan Tidak Obesitas

3.7. Metode Analisa Data

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kategori yang berskala nominal dan ordinal. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pendekatan analisa yang digunakan adalah analisa statistik. Teknik analisa statistik yang digunakan adalah uji statistik univariat, bivariat dan multivariat (regresi logistik).


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum lokasi penelitian

SD Al-Bukhari Muslim berlokasi di jalan Sriwijaya dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 53 orang. SD Swasta Dharma Putra yang berlokasi di jalan Darat dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 41 orang. SD Swasta PDI berlokasi di jalan Letjen Jamin Ginting dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 121 orang. SD Swasta SIS berlokasi di jalan Abdullah Lubis dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 154 orang. SD Swasta St. Thomas 5 berlokasi di jalan Mataram dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 148 orang. SD Swasta St. Thomas 6 berlokasi di jalan Mataram dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 158 orang. SD Swasta Advent 4 berlokasi di jalan Bahagia dengan jumlah siswa kelas IV, V dan VI yang diukur sebanyak 42 orang. Secara Rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Lokasi dan Distribusi Siswa SD Swasta

No. Nama Sekolah Alamat Jlh Siswa yang

Diukur (orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

SD Swasta Al Bukhari SD Swasta Dharma Putra

SD Swasta Pembangunan Didikan Islam (PDI)

SD Swasta Singapore International School (SIS)

SD Swasta St. Thomas 5 SD Swasta St. Thomas 6 SD Swasta Advent 4

Jl. Sriwijaya Jl. Darat Jl. Letjen Jamin Ginting

Jl. Abdullah Lubis Jl. Mataram Jl.Mataram Jl. Bahagia 53 41 121 154 148 158 42 JUMLAH 727


(61)

4.2. Karakteristik responden

Hasil penelitian terhadap 196 siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, berdasarkan karakteristiknya, seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Siswa Sekolah Dasar Swasta berdasarkan Karakteristiknya di Kecamatan Medan Baru Kota Medan No. Karakteristik Responden Obes Tdk Obes p

n % n %

1. Pendidikan Bapak SLTA > SLTA 7 91 7,1 92,9 18 80 18,4 81,6 0,019

Jumlah 98 100,0 98 100,0

2. Pendidikan Ibu SLTA > SLTA 30 68 30,6 69,4 38 60 38,8 61,2 0,230

Jumlah 98 100,0 98 100,0

3. Pekerjaan Bapak Tdk pegawai Pegawai 59 39 60,2 39,8 52 46 53,1 46,9 0.313

Jumlah 98 100,0 98 100,0

4. Pekerjaan Ibu Tdk pegawai Pegawai 53 65 33,7 66,3 25 73 25,5 74,5 0,211

Jumlah 98 100,0 98 100,0

Berdasarkan pendidikan bapak, terlihat bahwa antara kelompok siswa yang obesitas maupun yang tidak obesitas, pendidikan tertinggi bapak adalah > SLTA yaitu S1 – S3 sebesar 92,9% dan 81,6%. Setelah diuji statistik, menunjukkan ada pengaruh bermakna, antara tingkat pendidikan bapak dengan terjadinya obesitas (p< 0,05).

Pendidikan ibu, tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna, dimana p> 0,05, hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan ibu pada kelompok siswa yang obesitas dan tidak obesitas, pendidikan tertingginya, di atas SLTA (S1 –


(62)

S3) , masing-masing sebesar 69,4% dan 61,2%. Pekerjaan bapak dan ibu, pada kelompok obesitas maupun yang tidak obesitas, menunjukkan tidak adanya pengaruh yang bermakna dengan terjadinya obesitas (p>0,05). Pekerjaan bapak tertinggi ditemukan pada kelompok obesitas dan tidak obesitas, yaitu sebagai pegawai masing-masing 60,2% dan 53,1%. Pekerjaan ibu pada kelompok obesitas dan tidak obesitas yang tertinggi yaitu bukan pegawai, masing-masing sebesar 66,3% dan 74,5%.

4.3. Pola Konsumsi

1. Asupan zat gizi

Nilai asupan gizi didasarkan nilai rata-rata yang diperoleh dari data yang terkumpul. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh nilai rata-rata asupan energi 2056,1 kkal/hari. Sedangkan nilai rata-rata untuk asupan lemak sebesar 69,6 gram/hari dan nilai rata-rata untuk asupan protein 75,8 gram/hari.

Gambaran jumlah energi, lemak dan protein pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan, seperti pada Tabel 4.3 berikut :


(63)

Tabel 4.3. Distribusi Asupan Energi, Lemak dan Protein pada Siswa Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

No Jenis Asupan Obes Tdk Obes OR (95% CI) P

n % n %

1 Energi :

• >2056,1kkal/hari • 2056,1kkal/hari 82 16 83,7 16,3 15 83 5,3 84,7

28,36 13,161-61,105 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

2 Lemak :

• > 69,6 gr/hari • 69,6 gr/hari

80 18 81,6 18,4 15 83 15,3 84,7

24,59 11,607-52,108 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

3 Protein :

• > 75,8 gr/hari • 75,8 gr/hari

61 37 62,2 37,8 37 61 37,8 62,2

2,718 1,526-4,843 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa asupan energi > 2056,1 kkal/hari sebanyak 83,7% dimiliki oleh kelompok siswa yang obesitas, sementara yang memiliki asupan energi 2056,1 kkal/hari ada 16,3%. Sebaliknya siswa yang tidak mengalami obesitas 84,7% memiliki asupan energi 2056,1 kkal/hari, sedangkan yang memiliki asupan energi > 2056,1 kkal/hari sebanyak 15,3%.

Hasil analisa bivariat diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara asupan energi > 2056,1 kkal/hari dengan kejadian obesitas. Nilai

OR 28,36 (95% CI : 13,161-61,105) artinya siswa yang obesitas risikonya 28 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila asupan energinya > 2056,1 kkal/hari.

Tabel 4.3. juga menunjukkan bahwa asupan lemak > 69,6 gr/hari terdapat pada siswa yang obesitas yaitu sebanyak 81,6%, sedangkan pada siswa yang tidak obesitas sebanyak 15,3%. Sementara asupan lemak 69,6 gr/hari sebanyak 18,4%


(64)

terdapat pada siswa yang obesitas, sedangkan siswa yang tidak obesitas memiliki asupan lemak 69,6 gr/hari sebanyak 84,7%.

Berdasarkan uji bivariat diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara asupan lemak > 69,6 gr/hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR 24,59 (95% CI : 11,607-52,108) artinya siswa yang obesitas risikonya 25 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila asupan lemaknya > 69,6 gr/hari.

Hasil analisa bivariat terhadap asupan protein juga memberi gambaran bahwa 62,2% siswa yang obesitas memiliki asupan protein sebesar > 75,8 gr/hari, sedangkan yang memiliki asupan protein 75,8 gr/hari sebanyak 37,8%. Namun untuk siswa yang tidak obesitas, asupan protein memiliki nilai yang kebalikannya.

Berdasarakan uji bivariat diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara asupan protein > 75,8 gr/hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR 2,7 (95% CI : 1,526-4,847) artinya siswa yang obesitas risikonya sebesar 2,7 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila asupan proteinnya > 75,8 gr/hari.

Persentase energi dan protein dari angka kecukupan gizi antara kelompok obesitas dan tidak obesitas dapat dilihat pada Tabel 4.4. di bawah ini :


(65)

Tabel 4.4. Persentase Energi dan Protein dari Angka Kecukupan Gizi

No.

Angka Kecukupan Gizi

(AKG)

Obes Tdk Obes

OR (95% CI) P

n % n %

1.

Energi :

• 100 % AKG

• > 100 % AKG 0 98 0 100 95 3 96,9 3,1 17,33 7,972-37,689 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

2. Protein :

• 100 % AKG

• > 100 % AKG 0 98 0 100 14 84 14,3 85,7

2,167 1,852-2,535 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

Dari Tabel 4.4. diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara asupan energi > 100% AKG dengan kejadian obesitas. Nilai OR 17,33 (95% CI : 7,972-37,689) artinya siswa yang obesitas risikonya 17 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila asupan energinya > 100% AKG.

Asupan protein > 100% AKG diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara asupan protein > 100% AKG dengan kejadian obesitas. Nilai OR 2,167 (95% CI : 1,852-2,535) artinya siswa yang obesitas risikonya 2 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan


(66)

2. Frekuensi makan

Nilai frekuensi makan dihitung berdasarkan jumlah (kali) dalam sehari. Berdasarkan data yang terkumpul, nilai rata-rata frekuensi makan siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru adalah 12,83 kali/hari, seperti pada Tabel 4.5. berikut :

Tabel 4.5. Frekuensi Makan dalam Sehari Frekuensi Makan

Sehari

Obes Tdk Obes

OR (95% CI) P

n % n %

>12,83 kali/hari 12,83 kali/hari

89 9

90,8 9,2

14 84

14,3 85,7

59,333 24,393-144,323 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

Tabel 4.5. menunjukkan dengan frekuensi makan sehari > 12,83 kali/hari diperoleh hasil 90,8% pada kelompok obesitas dan 14,3% pada kelompok tidak obesitas. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara frekuensi makan sehari > 12,83 kali/hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR 59,333 (95% CI : 24,393-144,323) artinya siswa yang obesitas risikonya 59 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila frekeunsi makan sehari > 12,83 kali/hari.

3. Jenis makanan

Jenis makanan yang dikonsumsi siswa dihitung berdasarkan banyaknya jenis makanan yang dikonsumsi dalam satu hari. Berdasarkan data yang


(67)

terkumpul, terlihat bahwa banyaknya jenis makanan yang dikonsumsi paling tinggi 24 jenis, sedangkan jumlah dari jenis makanan paling sedikit 6 jenis.

Untuk mendapatkan dua kategori jenis makanan didasarkan nilai cut-off jenis makanan, dan diperoleh nilai 13 jenis makanan yang dikonsumsi per hari seperti pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6. Jenis Makanan Dalam Sehari Banyak Jenis

Makan Sehari

Obes Tdk Obes

OR (95% CI) P

n % n %

> 13 jenis /hari 13 jenis /hari

81 17

82,7 17,3

12 86

12,2 87,8

34,147 15,361-75,909 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0

Dari Tabel 4.6. terlihat bahwa siswa yang obesitas 82,7% memakan > 13 jenis makanan setiap hari dan hanya 17,3% yang makan 13 jenis /hari. Sementara siswa yang tidak obesitas 12,2% makan > 13 jenis makanan setiap hari, sedangkan yang makan 13 jenis /hari sebanyak 87,8%. Analisa bivariat menunjukkan nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara banyaknya mengkonsumsi jenis makanan dalam sehari yaitu > 13 jenis makanan setiap hari dengan kejadian obesitas. Nilai OR 34,147 (95% CI : 15,361-75,909) artinya siswa yang obesitas risikonya 34 kali lebih besar akan mengalami obesitas dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas apabila jenis makanan yang dikonsumsi > 13 jenis sehari.


(68)

4.4. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru ditetapkan berdasarkan nilai rata-rata jam yang digunakan dalam melakukan aktivitas per hari. Berdasarkan perhitungan data yang terkumpul diperoleh nilai rata-rata pemanfaatan waktu untuk aktivitas fisik ringan sebesar 10,9 jam/hari; rata-rata untuk aktivitas fisik sedang sebesar 2,9 jam/hari dan aktivitas berat sebesar 1,5 jam/hari.

Pengaruh pemanfaatan waktu untuk aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Kejadian Obesitas menurut Penggunaan Waktu untuk Aktivitas Fisik Siswa SD Swasta di Kecamatan Medan Baru Kota Medan

Penggunaan Waktu

Obes Tdk Obes

OR (95% CI) p

n % n %

Aktivitas ringan :

< 10,9 jam 10,9 jam 36 62 36,7 63,3 39 59 39,8 60,2

0,878 (0,494 – 1,563) 0,384

Jumlah 98 100,0 98 100,0 Aktivitas

Sedang :

< 2,9 jam 2,9 jam 80 18 81,6 18,4 20 78 20,4 79,6

17,333 (8,530 – 35,222) 0,0001

Jumlah 98 100,0 98 100,0 Aktivitas

Berat :

< 1,5 jam 1,5 jam 92 6 93,9 6,1 36 62 36,7 63,3

26,407 (10,500-66,417) 0,0001


(1)

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant .000 .143 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Stgz_Ibu 8.089 1 .004

PROTEIN1 11.755 1 .001

LEMAK1 86.305 1 .000

ENERGI2 91.622 1 .000

FREKMAK1 115.096 1 .000

JNSMAK1 97.417 1 .000

aktfsdg1 73.500 1 .000

aktfbrt1 70.618 1 .000

Overall Statistics 163.175 8 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 244.287 8 .000

Block 244.287 8 .000

Model 244.287 8 .000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 27.427(a) .712 .950

a Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than .001.


(2)

Overall Percentage 97.4 a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Step

1(a)

Stgz_Ibu

.834 1.373 .369 1 .543 2.303 .156 33.943

PROTEIN1 .678 1.134 .358 1 .550 1.970 .214 18.166

LEMAK1 4.341 1.389 9.766 1 .002 76.806 5.046 1169.202

ENERGI2 2.615 1.244 4.417 1 .036 13.663 1.193 156.515

FREKMAK1 3.882 1.502 6.679 1 .010 48.498 2.554 920.826

JNSMAK1 3.058 1.137 7.231 1 .007 21.283 2.291 197.700

aktfsdg1 2.526 1.213 4.334 1 .037 12.505 1.159 134.897

aktfbrt1 3.708 1.512 6.013 1 .014 40.770 2.105 789.696

Constant -31.381 7.399 17.986 1 .000 .000

a Variable(s) entered on step 1: Stgz_Ibu, PROTEIN1, LEMAK1, ENERGI2, FREKMAK1, JNSMAK1, aktfsdg1, aktfbrt1.

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Sampel

Percentage Correct Obesitas

Tidak

Obesitas Obesitas

Step 0 Sampel Obesitas 0 98 .0

Tidak Obesitas 0 98 100.0

Overall Percentage 50.0

a Constant is included in the model. b The cut value is .500


(3)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant .000 .143 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Stgz_Ibu 8.089 1 .004

LEMAK1 86.305 1 .000

ENERGI2 91.622 1 .000

FREKMAK1 115.096 1 .000

JNSMAK1 97.417 1 .000

aktfsdg1 73.500 1 .000

aktfbrt1 70.618 1 .000

Overall Statistics 163.082 7 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 243.923 7 .000

Block 243.923 7 .000

Model 243.923 7 .000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 27.791(a) .712 .949

a Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than .001.


(4)

Overall Percentage 97.4 a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Step

1(a)

Stgz_Ibu

.718 1.337 .289 1 .591 2.051 .149 28.159

LEMAK1 4.487 1.364 10.828 1 .001 88.836 6.137 1285.894

ENERGI2 2.702 1.211 4.983 1 .026 14.914 1.391 159.959

FREKMAK1 3.706 1.444 6.590 1 .010 40.687 2.403 689.004

JNSMAK1 3.118 1.137 7.515 1 .006 22.595 2.432 209.946

aktfsdg1 2.463 1.174 4.399 1 .036 11.740 1.175 117.293

aktfbrt1 3.873 1.488 6.779 1 .009 48.088 2.605 887.714

Constant -30.395 6.943 19.164 1 .000 .000

a Variable(s) entered on step 1: Stgz_Ibu, LEMAK1, ENERGI2, FREKMAK1, JNSMAK1, aktfsdg1, aktfbrt1.

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed

Predicted Sampel

Percentage Correct Obesitas

Tidak

Obesitas Obesitas

Step 0 Sampel Obesitas 0 98 .0

Tidak Obesitas 0 98 100.0

Overall Percentage 50.0

a Constant is included in the model. b The cut value is .500


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Step 0 Constant .000 .143 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables LEMAK1 86.305 1 .000

ENERGI2 91.622 1 .000

FREKMAK1 115.096 1 .000

JNSMAK1 97.417 1 .000

aktfsdg1 73.500 1 .000

aktfbrt1 70.618 1 .000

Overall Statistics 162.426 6 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 243.627 6 .000

Block 243.627 6 .000

Model 243.627 6 .000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 28.087(a) .711 .949

a Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a)

Observed Predicted

Sampel

Percentage Correct Obesitas

Tidak

Obesitas Obesitas

Step 1 Sampel Obesitas 96 2 98.0

Tidak Obesitas 3 95 96.9

Overall Percentage 97.4


(6)

aktfsdg1 2.529 1.168 4.686 1 .030 12.536 1.270 123.716

aktfbrt1 3.891 1.448 7.224 1 .007 48.967 2.868 836.018

Constant -29.357 6.314 21.616 1 .000 .000