Ular. Selanjutnya dilakukan penghitungan luas masing-masing kelas tiap parameter penentu kerawanan banjir untuk mengetahui daerah yang paling
mendominasi di DAS Ular. Penghitungan luas dilakukan dengan menggunakan fitur X-Tools serta Summarize pada ArcView 3.3.
5. Pengecekan Lapangan
Setelah diperoleh peta daerah rawan banjir, dilakukan pengecekan lapangan untuk melihat kondisi lapangan dengan mengambil beberapa titik
sebagai perwakilan seluruh luasan daerah penelitian. Pengambilan titik dilakukan secara acak pada masing-masing kelas rawan banjir rendah, sedang dan tinggi
menggunakan GPS dengan jumlah titik yang dianggap dapat mewakili. Pengecekan lapangan dilakukan untuk melihat letak lokasi potensi banjir peta di
lapangan serta sebagai perbandingan peta potensi rawan banjir yang dihasilkan dengan kondisi sebenarnya melalui informasi kejadian banjir dari surat kabar
maupun berita online. Pengumpulan informasi mengenai kejadian banjir di DAS Ular dilakukan untuk membandingkan tingkat kerawanan banjir di peta sebaran
daerah rawan banjir yang dihasilkan dengan keadaan sebenarnya. Jumlah titik yang sama antara peta dengan informasi : seluruh titik groundcheck x 100. Jika
≥ 80 hasil peta sama dengan informasi kejadian banjir maka peta potensi rawan banjir yang dihasilkan dapat dikatakan baikmewakili.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Tahapan pembuatan peta daerah rawan banjir di DAS Ular dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis
Pengumpulan data primer dan data sekunder
Overlay
Skoring
Klasifikasi tingkat kerawanan banjir
Peta Daerah Rawan Banjir DAS Ular
Peta digital kelerengan
Peta digital jenis tanah
Peta digital bentuk lahan
Peta digital infiltrasi tanah
Peta digital curah hujan
Persiapan
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel Indikator Banjir 1. Bentuk Lahan
Bentuk lahan sangat mempengaruhi potensi terjadinya banjir, karena bentuk lahan merupakan salah satu wahana tempat berlangsungnya proses air
mengalir yang berasal dari input hujan sampai ke laut. Data bentuk lahan di Daerah Aliran Sungai Ular diperoleh dari peta land unit klasifikasi
Puslittanak 1983. Bentuk lahan Daerah Aliran Sungai dibagi ke dalam 6 kelas yakni dataran aluvial, pantai, rawa pasang surut, datarandataran volkan,
pegunungan dan perbukitan Tabel 11. Tabel 11. Bentuk Lahan yang terdapat di Daerah Aliran Sungai Ular
No. Bentuk Lahan Skor
Skor x bobot Luas ha
Luas 1
Dataran Volkan 3
90 68153,659
52,989 2
Dataran Aluvial 5
150 23855,879
18,548 3
Pantai 5
150 1178,265
0,916 4
Pegunungan 1
30 12405,776
9,645 5
Perbukitan 1
30 22754,616
17,692 6
Rawa Pasang Surut 5
150 269,429
0,210 Total
128617,624 100
Bentuk lahan yang paling mendominasi di Daerah Aliran Sungai Ular adalah datarandataran volkan dengan luas 68153,659 ha 52, 989 sedangkan
bentuk lahan yang paling sedikit adalah rawa pasang surut 269,429 ha 0,21. Ditinjau dari segi bentuk lahan, wilayah DAS Ular dapat dikategorikan sebagai
daerah rawan banjir karena didominasi oleh dataran volkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Somantri 2008, yang mengatakan bahwa daerah yang sangat
terpengaruh adanya banjir adalah daerah dengan relief datar dan landai seperti dataran aluvial, teras sungai erosional, teras marin dan dataran nyaris, dataran
Universitas Sumatera Utara
banjir, teras marin, rawa dan rawa belakang. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Dibyosaputro 1984, yang menyatakan bahwa dataran aluvial pantai,
unit-unit geomorfologi seperti daerah rawa, rawa belakang, dataran banjir,
pertemuan sungai dengan dataran aluvial merupakan tempat-tempat rentan banjir.
Bentuk lahan yang berbukit jarang mengalami banjir karena memiliki kemiringan relatif yang curam sehingga sebagian besar air hujan langsung
mengalir menjadi aliran permukaan dan tidak menyebabkan banjir karena hanya mengalir ke daerah-daerah yang lebih rendah dan sebagian kecil air hujan
mengalami infiltrasi masuk ke dalam tanah. Menurut Sukiyah, dkk., 2004, daerah yang relatif aman umumnya berada diwilayah lereng atau perbukitan yang
jauh dari lembah sungai-sungai besar. Mengacu pada tipologi kawasan banjir menurut Isnugroho 2006
Gambar 1, daerah hilir pada DAS Ular merupakan daerah dataran banjir dan daerah pantai. Yang menjadi daerah dataran banjir di DAS Ular adalah kawasan
pemukiman. Hal ini didukung oleh pernyataan Isnugroho 2006 yang menyatakan bahwa dataran banjir terbentuk karena endapan lumpur yang subur
sehingga merupakan daerah pengembangan pembudidayaan seperti perkotaan, pertanian, pemukiman dan pusat kegiatan perekonomian dan industri. Sedangkan
yang menjadi daerah pantai di DAS Ular adalah ujung sungai yang berada di Kecamatan Pantai Labu dan Pantai Cermin. Daerah pantai ini menjadi daerah
yang paling rawan banjir karena merupakan dataran rendah dengan ketinggian permukaan tanahnya yang hampir sama dengan ketinggian muka air laut pasang
rata-rata.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Peta Bentuk Lahan di Daerah Aliran Sungai Ular
Universitas Sumatera Utara
2. Kemiringan Lereng