Pengumpulan data Data Spasial

seluruh parameter dilakukan dengan menggunakan perangkat sistem informasi geografis dengan tahapan input data, kemudian editing dan pengaturan struktur data, analisis data, pengaturan output data layout dan pencetakan data output. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan sebagai persiapan awal penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa kondisi biofisik kawasan DAS yaitu peta bentuk lahan DAS Ular, Citra radar SRTM N3E98, N3E99 dan N2E98, peta jenis tanah DAS Ular, peta tekstur tanah DAS Ular, peta curah hujan DAS Ular, peta administrasi DAS Ular serta data informasi kejadian banjir di DAS Ular. Tabel 3. Data Sekunder No Jenis Data Tahun Sumber Data 1 Peta DAS Ular 2010 BPDAS Wampu-Sei Ular 2 Peta Jaringan Sungai Ular 2010 BPDAS Wampu-Sei Ular 3 Peta Administrasi DAS Ular 2010 Bappeda Provinsi Sumatera Utara 4 Peta Bentuk Lahan Puslittanak , 1989 pada proyek Proyek LREP-I P.Sumatera 2009 BPKH Wilayah I Medan 5 Peta Tanah Puslittanak, 1993 2009 BPDAS Wampu-Sei Ular 6 Data Curah Hujan Bulanan dalam rentang waktu 10 tahun 1989- 2010 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan 7 Citra radar SRTM N3E98, N3E99 dan N2E98 2010 http:dds.cr.usgs.govsrtmversion2_1 SRTM3Eurasia Ket : Klasifikasi Landform menurut Buurman, Balsem dan Panhuys 1988; digunakan oleh Puslittanak 1989 dalam Proyek Perencanaan Dan Evaluasi Sumber Daya Lahan untuk Peta Satuan Lahan dan Tanah Pulau Sumatera. Curah hujan yang digunakan adalah rata-rata curah hujan di DAS Ular selama 10 tahun, namun ada data yang kosong sehingga diganti dengan data tahun berikutnya. Universitas Sumatera Utara

2. Data Spasial

Data spasial dalam penelitian ini merupakan peta bentuk lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta infiltrasi tanah dan peta curah hujan. a. Peta Bentuk Lahan Peta bentuk lahan dalam penelitian ini adalah bentuk lahan klasifikasi Landform menurut Buurman, Balsem dan Panhuys 1988 yang digunakan oleh Puslittanak 1989 dalam Proyek Perencanaan Dan Evaluasi Sumber Daya Lahan untuk Peta Satuan Lahan dan Tanah Pulau Sumatera. Peta bentuk lahan diperoleh dari Balai Pemanfaatan Kawasan Hutan BPKH Wilayah I Medan 2009. b. Peta kemiringan lereng slope Peta kemiringan lereng DAS Ular dihasilkan dari Citra radar SRTM Shuttle Radar Topography Mission yang diperoleh dari USGS 2010. Dalam tahap pengolahan citra SRTM menjadi peta kemiringan lereng, terlebih dahulu citra diubah dalam bentuk peta ketinggian tempat dengan tahapan sebagai berikut : 1. Citra radar SRTM N3E98, N3E99 dan N2E98 dibuka menggunakan Global Mapper 11, dilakukan pengaturan koordinat dalam UTM WGS 84. 2. Ditampilkan kontur ketinggian peta dengan menggunakan feature Generate Contour dari menu File. Karena skala peta ketinggian yang digunakan adalah 1 : 50.000, maka interval antar kontur yang digunakan adalah 25 m, yang dicari menggunakan rumus : i = 12000 x faktor skala = 12000 x 50000 = 25 m Universitas Sumatera Utara 3. Agar dapat diolah dalam ArcView, DEM Vektor harus diubah ke dalam bentuk Shapefile dengan menggunakan feature Export Vektor Data pada menu File, pilih Export Shapefile. Pada File Selection pilih Export Lines, kemudian pilih direktori tempat file akan disimpan. 4. Buka peta ketinggian berbetuk shapefile yang telah dibuat di ArcView. Peta ketinggian dioverlaykan dengan peta DAS Ular menggunakan Clip one theme based on another pada Geoprocessing wizard. 5. Data bentuk Shapefile dikonversi ke Grid, kemudian pilih Derive Slope untuk mengubah menjadi kelerengan. Kelaskan kelerengan dengan menggunakan Recllasification pada Model Builder. Gambar 6. Tahapan Pengolahan Citra SRTM Menjadi Peta Kelerengan Gambar 7. Peta Kontur DAS Ular untuk pembuatan Peta Kelerengan Universitas Sumatera Utara c. Peta jenis tanah Peta jenis tanah diperoleh dari peta great tanah yang bersumber dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai BPDAS Wampu-Sei Ular 2009. Untuk penelitian ini, jenis tanah yang digunakan adalah ordo tanah berdasarkan klasifikasi USDA sehingga data great tanah harus dipadankan dengan ordo tanah USDA. Menurut Darmawijaya 1990, dalam memadankan jenis tanah dapat dilakukan dengan melihat jenis ordo masing-masing tanah. Adapun padanan tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 4. Great tanah dan padanannya Great tanah Puslittanak, 1993 Padanan USDA Andaquepts; Tropaquepts Inceptisol Dystrandepts; Eutrandepts; Dystrandepts Inceptisol Dystropepts : Dystrandepts; Haplorthox Inceptisol Dystropepts; Dystrandepts; Haplorthox Inceptisol Dystropepts; Tropudults; Troporthents Inceptisol Hydraquents; Sulfaquents; Tropohemists Entisol Tropopsamments; Tropaquents Entisol Tropudults; Trophumults; Dystropepts Ultisol Sumber : BPDAS Wampu Sei Ular 2009 d. Peta infiltrasi tanah Peta infiltrasi tanah diperoleh dari data tekstur tanah yang bersumber dari BPDAS Wampu-Sei Ular 2009. Penggunaan tekstur tanah dalam penentuan tingkat infiltrasi tanah didasari oleh pernyataan Arsyad 2006, yang menyatakan bahwa salah satu faktor laju infiltrasi adalah kapasitas infiltrasi yang dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tekstur tanah dipilih karena merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan tidak mudah diubah oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat lain. Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama intensitas hujan laju penyediaan air lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi Universitas Sumatera Utara sama dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka terjadi genangan air di permukaan tanah. Untuk memperoleh peta infiltrasi tanah, maka peta tekstur tanah dipadankan dengan tingkat infiltrasi tanah Tabel 3. Tabel 5. Tekstur tanah dan padanannya Kelas Tekstur Tekstur Tanah USDA Padanan Kelas Infiltrasi Kasar Pasir berlempung, pasir Sangat Tinggi Agak kasar Lempung berpasir, lempung berpasir halus, lempung berpasir sangat halus Tinggi Sedang Lempung, debu, lempung berdebu Sedang Agak halus Lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat Lambat Halus Liat, liat berpasir, liat berdebu Sangat Lambat Sumber : Rayes 2006 dan Pratomo 2008 e. Peta curah hujan Curah hujan yang digunakan adalah rata-rata curah hujan DAS Ular dalam kurun waktu 10 tahun yang bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Penggunaan rentang waktu 10 tahun dikarenakan waktu tersebut dianggap sudah dapat mewakili perubahan curah hujan dari tahun ke tahun. Peta curah hujan dihasilkan dengan menggunakan Thiessen Polygons pada Arcview 3.3 dengan tahapan sebagai berikut : 1. Data curah hujan diketik di Microsoft Office Excel 2003, kemudian disimpan dalam format file DBF IV. 2. Data curah hujan di buka di Arcview menggunakan fitur Tables. 3. Tampilkan data menggunakan Add Event Theme pada menu View, pilih koordinat X dan Y data. 4. Pilih Spatial Analysis Tools dari menu C-Theme Tools, lalu pilih Create Thiessen Polygons. Universitas Sumatera Utara 5. Poligon tersebut kemudian dipotong sesuai bentuk polygon DAS ULAR dengan menggunakan Clip one theme based on another pada Geoprocessing wizard sehingga diperoleh peta curah hujan DAS ULAR.

3. Pembobotan Parameter