rendah sehingga aliran permukaan surface runoff menjadi tinggi. Tingginya aliran permukaan sebagai akibat hujan berlebih tersebut dapat ditampung oleh
badan sungai. Akibat air berlebih sebagai luapan air sungai ataupun hujan lokal maka akan menyebabkan terbentuknya bentukan banjir dan dalam skala luas
masuk dalam kelas bentukan asal fluvial Sartohadi, 2003. Kapasitas infiltrasi beberapa tipe tekstur tanah berdasarkan pengukuran lapangan yang dilakukan
Kohnke and Bertrand 1959 adalah pasir berlempung 25-50 mmjam, lempung 12,5-25 mmjam, lempung berdebu 7,5-15,0 mmjam, lempung berliat 0,5-2,5
mmjam dan liat 0,5 mmjam Arsyad, 2006.
4. Intensitas Hujan
Hujan adalah peristiwa jatuhnya cairan air dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan berperan menentukan proses sistem hidrologi dalam suatu kawasan,
bagaimana karakteristik hujannya dan mempelajari cara menghitung rata-rata hujan pada suatu kawasan dengan berbagai model penghitungan rata-rata curah
hujan. Intensitas curah hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam satuan waktu mmjam. Jadi intensitas hujan berarti jumlah presipitasi atau curah
hujan dalam waktu relatif singkat Sosrodarsono dan Takeda, 2003.
Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai catchment area, watershed adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
Universitas Sumatera Utara
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air
hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis kedalam Sub DAS – Sub DAS. Daerah aliran sungai DAS dapat
dipandang sebagai sistem alami yang menjadi tempat berlangsungnya proses- proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi dan budaya
masyarakat yang kompleks P.39Menhut-II2009. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-
komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Daerah aliran sungai dapat dianggap sebagai suatu ekosistem. Daerah aliran sungai dibagi
menjadi daerah hulu, tengah dan hilir berdasarkan ekosistemnya. 1 DAS bagian atas hulu, daerah ini berfungsi sebagai daerah konservasi tanah
dan air, kawasan lindung dan resapan air serta kontrol terhadap erosi. Daerah hulu mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi dan kemiringan lahan lebih
besar. 2 DAS bagian tengah, daerah ini berfungsi sebagai daerah untuk pengumpulan,
penyimpanan, pengalokasian, pendistribusian serta pengendalian banjir. Daerah tengah merupakan transisi dari bagian hulu ke hilir.
3 DAS bagian bawah hilir, daerah ini berfungsi sebagai daerah kontrol banjir dan drainase serta pencegahan intrusi air laut. Daerah hilir merupakan daerah
pemanfaatan dengan kerapatan drainase lebih keci dan kemiringan lahan kecil sampai dengan sangat kecil.
Asdak, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Pengalihan fungsi lahan yang semula adalah areal golongan hutan menjadi areal perkebunan masyarakat, mengundang bertumbuhkembangnya pemukiman
masyarakat. Keadaan ini memberikan sumbangan yang besar terhadap kerusakan DAS Ular terutama bagi kelancaran aliran air Sungai Ular. Hal ini disebabkan
karena Sungai Ular harus menanggung beban limbah domestik secara langsung ke badan sungai. Demikian halnya masih seringnya campur tangan masyarakat
pinggiran sungai dengan harapan lahannya semakin besar, keadaan ini mengakibatkan lebar sungai semakin menyempit. Bagian tengah dan hilir
dominan menjadi areal terbuka, areal ini dipenuhi aktivitas penambang bahan galian C yang banyak menggali pinggiran Sungai Ular, kegiatan tersebut berakibat
melebarnya permukaan dan semakin dalamnya alur sungai tersebut. Besarnya luasan DAS Ular yang berfungsi sebagai hutan untuk tempat simpanan air
menjadi tidak layak. Pada musim penghujan air akan secara cepat mengalir ke hilir sehingga dapat menyebabkan banjir sedangkan pada musim kemarau
simpanan air menjadi minimal Suroto, 2008.
Sistem Informasi Geografis
SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
Sistem informasi geografis merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi, yaitu
Universitas Sumatera Utara
1. Data Input : mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga mengkonversi atau mentransformasikan
format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG. 2. Data Output : menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagaian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik, peta dan lain-lain.
3. Data Management : mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate
dan diedit. 4. Data Manipulation Analysis : menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
Prahasta, 2001. Analisis SIG mengenai fenomena permukaan lahan dapat dimodelkan
dalam kaitannya untuk mencari lokasi-lokasi yang rawan terhadap banjir yaitu dengan mendasarkan pada sifat-sifat air dipermukan lahan. Sajian dalam SIG
dapat berupa manipulasi data yang berupa spasial serta data yang berupa atribut, serta mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memodelkan suatu 3D
permukaan sebagai DEM Digital Elevation Model : Model Digital Ketinggian ; DTM Digital Terrain model : Model Digital Permukaan atau TIN Triangular
Irregular Network : jaringan bersegitiga yang tidak beraturan. Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan sumberdaya air dapat dianalisa dan
dimodelkan, misalnya seperti saluran air, konsentrasi aliran air, akumulasi aliran air, arah aliran air permukaan, wilayah pengendapan, zonasi satuan Sub DAS
Universitas Sumatera Utara
Daerah Aliran Sungai, serta daerah dataran banjir. Penentuan daerah rawan banjir dengan menggunakan data citra penginderaan jauh dan SIG Sistem
Informasi Geografis dilakukan dengan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang mempunyai respon terhadap penggenangan di permukaan Raharjo, 2009.
Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model data vektor. Model data raster mempunyai struktur data yang tersusun dalam
bentuk matriks atau piksel dan membentuk grid. Setiap piksel memiliki nilai tertentu dan memiliki atribut tersendiri, termasuk nilai koordinat yang unik.
Tingkat keakurasian model ini sangat tergantung pada ukuran piksel atau biasa disebut dengan resolusi. Model data ini biasanya digunakan dalam remote sensing
yang berbasiskan citra satelit maupun airborne pesawat terbang. Selain itu model ini digunakan pula dalam membangun DEM dan DTM. Model data vektor
merupakan model data yang paling banyak digunakan, model ini berbasiskan pada titik point dengan nilai koordinat x,y untuk membangun obyek spasialnya.
Obyek yang dibangun terbagi menjadi tiga bagian lagi yaitu berupa titik point, garis line, dan area polygon Gumelar, 2007.
Metode induksi dapat digunakan dalam menetapkan kawasan rawan banjir dengan menggunakan sistem informasi geografis. Metode induksi dimulai dengan
memberikan penilaian terhadap parameter-parameter yang diduga berpereran dalam pemecahan suatu masalah, selanjutnya melakukan analisis dan berakhir
pada target yaitu suatu kondisi yang memungkinkan mengambil keputusan untuk pemecahan suatu masalah. Untuk aplikasinya terhadap banjir, secara garis besar
langkah-langkah yang dilakukan adalah 1 Inventarisasi dan preparasi parameter yang berperan menimbulkan banjir, 2 Memberikan bobot dan nilai terhadap
Universitas Sumatera Utara
parameter yang berperan menimbulkan banjir, 3 Memberikan penilaian terhadap kondisi lahan ditinjau dari berbagai parameter yang diduga berperan, 4
Melakukan superimpose diantara berbagai parameter yang telah ditetapkan, 5 Analisis hasil superimpose dan 6 Pengambilan keputusan untuk pemecahan
masalah dalam hal penentuan kawasan berpotensi banjir Sukiyah, dkk., 2004. Parameter yang dipilih harus didasarkan pada perkiraan bahwa aspek
tersebut secara fisik cukup berpengaruh terhadap terjadinya banjir disamping kemudahan perolehan data, karena yang lebih ditekankan adalah metode
analisisnya. Masing-masing parameter diberi bobot 0 nol hingga 5 lima Howard dan Remson 1973 dalam Sukiyah, dkk., 2004. Setiap unsur dalam
masing-masing parameter diberi nilai sesuai dengan kondisinya. Superimpose dilakukan dengan memanfaatkan GIS software berformat data vektor. Hasil
superimpose terhadap data parameter yang berperan dapat dimunculkan atau dikonversikan dalam bentuk grafis yang mewakili data spasial.
Citra penginderaan jauh SRTM Shuttle Radar Topography Mission merupakan salah satu jenis citra yang mempunyai kegunaan dalam analisis model
elevasi. SRTM menggunakan teknologi SAR Synthetic Aperture Radar. SRTM memiliki struktur data yang sama seperti format grid, yaitu terdiri dari sel-sel
yang setiap sel memiliki nilai ketinggian. Nilai ketinggian pada SRTM adalah nilai ketinggian dari datum WGS 1984. Informasi yang diidentifikasi dari citra
penginderaan jauh mengenai parameter penyebab banjir dilakukan analisis dengan menggunakan teknologi SIG guna mengetahui daerah rawan banjir
Raharjo, 2009.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2011. Penelitian dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai DAS Ular yang berada di empat
kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo. Kegiatan yang dilakukan berupa
pengumpulan dan analisis data parameter penyebab banjir. Kegiatan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Daerah Aliran Sungai Ular memiliki luas 128617.626 ha DAS Ular yang terbagi menjadi empat sub das yakni sub das Bah Banai, sub das Bah Karai, sub
das Ular Hilir dan sub das Buaya Tabel 1.
Tabel 1. Sub DAS pada DAS Ular dan Luasnya
Sub DAS Luas ha
Luas Sub DAS Bah Banai
13018,981 10,122
Sub DAS Bah Karai 56441,785
43,883 Sub DAS Buaya
30081,193 23,388
Sub DAS Ular Hilir 29075,665
22,606 Total
128617,624 100
Sumber : BPDAS Wampu-Sei Ular 2010
Panjang Sungai Ular sekitar 115 km, bermuara di Selat Malaka pada posisi 30 km di sebelah timur kota Medan. Sungai Ular merupakan bagian dari Satuan
Wilayah Sungai SWS Belawan-Belumai-Ular. Bagian hulu Sungai Ular berada
Universitas Sumatera Utara
pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo, bagian hilirnya berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
Serdang Bedagai batas administrasi kedua kabupaten sedangkan bagian tengahnya berada di antara hulu dan hilir yang menjadi perbatasan antara kedua
bagian tersebut. Berdasarkan peta administrasi Daerah Aliran Sungai Ular tahun 2010,
DAS Ular memiliki memiliki 20 kecamatan dari empat kabupaten yakni Kabupaten Deli Serdang seluas 35702,277 ha, Kabupaten Serdang Bedagai seluas
33179,549 ha, Kabupaten Simalungun seluas 59707,609 ha dan Kabupaten Karo seluas 28,192 ha Tabel 2.
Tabel 2. Data Kabupaten dan Kecamatan yang Berada di DAS Ular
Nama Wilayah Luas ha
Luas
Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Pagar Merbau
3838,909 2,985
Kecamatan Galang 2285,425
1,777 Kecamatan Bangun Purba
3677,068 2,859
Kecamatan STM Hulu 10996,727
8,55 Kecamatan Gunung Meriah
7792,631 6,059
Kecamatan Lubuk Pakam 869,729
0,676 Kecamatan Beringin
2897,245 2,253
Kecamatan Pantai Labu 3344,543
2,600
Kabupaten Karo
Kecamatan Barusjahe 28,1920
0,022
Kabupaten Serdang Bedagai
Kecamatan Dolok Masihul 88,101
0,068 Kecamatan Perbaungan
5282,072 4,107
Kecamatan Galang 4908,904
3,817 Kecamatan Kota Rih
11005,307 8,557
Kecamatan Bangun Purba 5945,744
4,623 Kecamatan Pantai Cermin
5949,421 4,626
Kabupaten Simalungun
Kecamatan Silau Kahean 9537,485
7,415 Kecamatan Raya
7169,693 5,574
Kecamatan Dolok Silau 25175,194
19,57 Kecamatan Purba
12246,543 9,522
Kecamatan Silimakuta 5578,694
4,337 Total
128617,627 100
Sumber : Badan Pemerintahan Daerah Bappeda Provinsi Sumatera Utara 2010
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Peta Sebaran Sub DAS pada DAS Ular
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Peta Jaringan Sungai Ular
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Peta Administrasi DAS Ular
Universitas Sumatera Utara
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Peta digital DAS Ular 2.
Peta digital administrasi DAS Ular 3.
Peta digital bentuk lahan DAS Ular 4.
Peta digital kelerengan DAS Ular 5.
Peta digital jenis tanah DAS Ular 6.
Peta digital infiltrasi tanah DAS Ular 7.
Peta digital curah hujan DAS Ular Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Personal Computer
PC, Software GIS Arc View 3.3, Global Mapper 11, Global Positioning System GPS, Microsoft Office Excel 2003, kamera digital, printer dan alat tulis.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, tahapan yang dilakukan adalah memberikan penilaian-penilaian terhadap parameter-parameter yang diduga berperan dalam
pemecahan suatu masalah, selanjutnya melakukan analisis dan berakhir pada target yaitu suatu kondisi yang memungkinkan mengambil keputusan untuk
pemecahan suatu masalah. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan teknik overlay dan skoring parameter. Parameter
yang digunakan meliputi bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, tingkat infitrasi tanah dan curah hujan. Pemilihan parameter tersebut didasarkan pada
perkiraan bahwa aspek tersebut secara fisik cukup berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Masing-masing parameter diberi bobot nol hingga lima. Overlay
Universitas Sumatera Utara
seluruh parameter dilakukan dengan menggunakan perangkat sistem informasi geografis dengan tahapan input data, kemudian editing dan pengaturan struktur
data, analisis data, pengaturan output data layout dan pencetakan data output. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data