Bentuk Lahan Analisis Spasial Daerah Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ular

Parameter Penentu Kerawanan Banjir Beberapa parameter yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kerawanan banjir adalah :

1. Bentuk Lahan

Lahan yaitu sebuah daerah dipermukaan bumi dengan sifat yang sangat bervariasi dalam berbagai faktor keadaan topografi, sifat atmosfer, tanah, geologi, geomorfologi, hidrologi, vegestasi. Bentang lahan land scape merupakan wujud luar permukaan bumi yang dapat dilihat dengan mata termasuk ciri-cirinya dan dapat dibedakan satu sama lainnya. Bentuk lahan landform adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami, memiliki komposisi, karakteristik fisik dan visual, misalnya dataran, cekungan, perbukitan, pegunungan, vulkan gunung api. Unit lahan land unit adalah suatu lahan yang mempunyai kondisi semacam yaitu memilki kesamaan dengan iklim, relief, erosi, pola drainase, tanah, material pembentuk, vegetasi dan penggunaannya. Penutuptutupan lahan land cover yaitu vegetasi dan konstruksi artifisial yang menutup permukaan lahan dan berkaitan dengan kenampakan permukaan bumi seperti bangunan, danau dan vegetasi. Penggunaan lahan land use adalah semua jenis kegiatan yang menggunakan lahan untuk semua aktivitas baik itu berkebun, bertani, mendirikan bangunan, perumahan dan lain-lain Fachrurazi, 2010. Kajian mengenai bentuk lahan sekaligus dapat mewakili kondisi kemiringan lereng, kondisi drainase dan secara umum dapat juga mengenai kondisi tanah yang ada. Letak dan lokasi bentuk lahan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu parameter wilayah yang berpotensi banjir secara umum dan Universitas Sumatera Utara dapat dipetakan Raharjo, 2008. Beberapa sistem klasifikasi landform yang sudah dikenal di antaranya adalah: a. Klasifikasi landform menurut Cristian dan Stewart 1968 yang dikembangkan di CSIRO Australia dengan menggunakan pendekatan land system. Sistem klasifikasi ini didasari atas aspek geomorfologi, iklim, dan penutupan lahan. Karenanya, bentukan permukaan bumi dengan proses pembentukan dan evolusi yang sama, tetapi terdapat pada keadaan iklim dan penutupan land cover yang berbeda, akan merupakan land system yang berbeda. Dalam sistem ini digunakan nama-nama tempat sebagai nama sistem lahannya. Misalnya: Apalachian land system. Penggunaan nama-nama tempat ini dapat memudahkan pengenalan, namun dari segi sistematika akan terjadi kerancuan dan akan terdapat banyak sekali satuan lahan, khususnya bagi Indonesia. b. Klasifikasi landform menurut Desaunettes 1997 yang menggunakan pendekatan fisiografik dan bentuk wilayah. Sistem klasifikasi ini yang di uraikan dalam buku ”Catologue of landforms for Indonesia” telah banyak di gunakan di pusat penelitian tanah dan agroklimat Puslittanak dan instansi lain, dan merupakan sumber utama dalam penyusunan sistem klafisikasi lahan untuk Proyek LREP-I tahun 1985-1990. c. Klasifikasi landform menurut Van Zuidam dan Zuidam-Cancelado 1979 dengan metode Terrain Analysis yang menggunakan dasar utama geomorfologi disertai dengan keadaan bentuk wilayah, stratigrafi, dan keadaan medan. Sistem klasifikasi terrain ini dikembangkan dan digunakan di ITC-Enschede, Belanda. Universitas Sumatera Utara d. Klasifikasi landform menurut Buurman dan Balsem 1990 yang menggunakan pendekatan satuan lahan land unit : digunakan dalam Proyek LREP-I untuk survei sumberdaya lahan tingkat tinjau reconnaissance skala 1 : 250.000 di P.Sumatera. Dalam kategori paling tinggi, pembagian landform dalam LREP-I ini berupa grup-grup fisiografi yang pada dasarnya berdasarkan proses geomorfik. Namun masih terdapat grup fisiografi yang masih tidak konsisten dalam penamaannya, yaitu Grup Perbukitan Hill, Grup Pegunungan Mountain, dan Grup Dataran Plain, yang menggunakan terminologi bentuk wilayah relief. Di samping itu, karena sistem ini digunakan khusus untuk Pulau Sumatera, maka muncul grup-grup fisiografi khusus karena kekhasannya, yaitu: Grup Dataran Tuf Masam Acid Tuff Plain dan Grup Tuf Toba Masam Toba Acid Tuff. Untuk kajian tentang banjir bentuk lahan mempunyai peranan yang cukup penting, hal tersebut dikarenakan bentuk lahan merupakan salah satu wahana tempat berlangsungnya proses air mengalir yang berasal dari input hujan sampai ke laut. Daerah yang sangat terpengaruh adanya banjir adalah daerah dengan relief datar dan landai seperti dataran alluvial, teras sungai erosional, teras marin dan dataran nyaris. Daerah banjir biasa terdapat bentuk lahan fluvial marin dan fluviomarin. Bentuk lahan marin yang didominasi oleh rawa merupakan daerah rendah sehingga rentan terhadap banjir. Bentuk lahan yang merupakan indikator sering dilanda banjir adalah dataran banjir, teras marin, rawa dan rawa belakang Somantri, 2008. Wilayah rawan banjir secara geomorfologis dicirikan oleh morfologi bentuk lahan yang cekung atau datar dan morfoaransemennya yang berasoasiasi dengan sungai dengan pola aliran meander atau braided. Satuan- Universitas Sumatera Utara satuan bentuk lahan yang terletak di sekitar saluran sungai dan terbentuk karena proses fluvial pada prinsipnya merupakan wilayah rawan banjir Sartohadi, 2003. Unit bentuk lahan dataran banjir merupakan suatu daerah di sekitar sungai dan sering terkena banjir, daerah tersebut merupakan wilayah luapan sungai. Wilayah yang memiliki sub bentuk lahan alluvial wilayah dengan fisiografi landai, mempunyai tingkat sedimen tinggi, merupakan daerah bawah yang mempunyai tingkat timbunan aliran atau kerapatan aliran kecil serta secara langsung dipengaruhi aliran air atau proses fluvial merupakan daerah yang sering tergenang banjir. Sub bentuk basin alluvial, dataran pasang surut, jalur aliran sungai, pesisir pantai, teras marin dan tubuh air merupakan suatu daerah yang sering tergenang atau selalu tergenang. Dataran pasang surut sebenarnya mempunyai sifat permeabilitas atau infiltrasi yang besar, karena materialnya berupa pasir. Akan tetapi daerah tersebut sering terjadi banjir luapan terutama di kiri kanan sungai utama akibat adanya intrusi air laut. Sub bentuk lahan kerucut volkan, pegunungan volkan, perbukitan karst, perbukitan tektonik, perbukitan volkan merupakan wilayah dengan tingkat angka pengaliran cukup tinggi, dengan kandungan material keras dan cenderung kedap air sehingga tidak ada air yang tertampung pada cekungan. Pada wilayah tersebut sangat jarang bahkan hampir tidak mungkin terjadi banjir kecuali banjir karena ketidakmampuan lahan dan ketidakadaannya konservasi air, tanah dan lahan Raharjo, 2008. Bentuk lahan yang berbukit jarang mengalami banjir karena memiliki kemiringan relatif yang curam sehingga sebagian besar air hujan langsung mengalir menjadi aliran permukaan. Akan tetapi, aliran permukaan ini tidak menyebabkan banjir karena hanya mengalir ke daerah-daerah yang lebih rendah. Universitas Sumatera Utara Selain itu, sebagian kecil air hujan mengalami infiltrasi masuk ke dalam tanah Somantri, 2008.

2. Kemiringan Lereng