Jelas sekali bahwa di dalam proses dakwah itu terdapat tindakan saling pengaruh mempengaruhi antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga
timbullah kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing-masing secara timbal balik. Perubahan demikian bisa terjadi secara
disadari atau tidak sepenuhnya disadari, secara spontan atau perlahan-lahan. Di dalam hubungan dakwah inilah terjadi suatu proses belajar mengajar di antara
manusia, dimana di dalam proses dakwah merupakan permulaan yang fundamental bagi suksesnya dakwah itu.
Berdakwah dalam prosesnya yaitu terjadi hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang-orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Sebagaimana juga halnya yang terjadi dalam proses interaksi sosial di dalam
penyampaian dakwah yang terjadi pada Jama’ah Tabligh. Model-model dakwah Jama’ah Tabligh ini begitu kompleks karena melibatkan dan menyangkut semua
hubungan-hubungan sosial sebagai berikut:
a. Model Dakwah Jama’ah Tabligh Orang-Perorangan Model Khususi
Pada model ini dengan mengirimkan beberapa orang tertentu dari anggota Jama’ah Tabligh untuk mendatangi orang-orang tertentu pula, seperti tokoh
masyarakat, ulama, ustadz, dosenstaf pengajar, petani, pedagang, pelajar atau mahasiswa. Menerangkan tentang pentingnya agama dalam kehidupan, dengan
cara yang sopan dan penuh hormat meminta dukungan dan kehadiran serta keikutsertaan mereka dalam kegiatan Jama’ah Tabligh.
Proses-proses dakwah yang dilakukan harus menyesuaikan atau mengikuti tata aturan berinteraksi yang telah digariskan setiap Jama’ah Tabligh, diantaranya
Universitas Sumatera Utara
anggota Jama’ah Tabligh yang akan berinteraksi dianjurkan untuk membawa satu orang sebagai pemandu jalan Rekhbar kepada orang-orang khusus yang akan
diajak berintraksi sosial agama. Sebelum berangkat untuk berdakwah, mereka dianjurkan untuk sholat sunat hajat dua raka’at, berdoa dan memohon untuk
dimudahkan dalam berdakwah. Selanjutnya berjalan secara berpasangan dua-dua menuju orang yang akan didatangi. Berdakwah model khususi ini waktunya
panjang sekali atau tidak terbatas, namun apabila dakwah dirasai cukup memadai, Jama’ah Tabligh pulang ke tempat semula. dakwah ini dengan penuh lemah
lembut, bijaksana dan menghindari perdebatan yang menjurus kepada perpecahan. Jika sekiranya orang yang dikunjungi tersebut memberikan reaksi negatif maka
anggota Jama’ah Tabligh membalasnya dengan penuh keakraban, merendahkan diri tawadhu, sabar, berzikir dalam hati dan berfikir serta bersyukur. Sehingga
pada akhirnya orang yang didatangi menjadi terkesan dan senang untuk ikut bersama-sama program Jama’ah Tabligh. Team Mushalla, 1994:12
Dalam dakwah model khusui ini, anggota Jama’ah Tabligh hendaklah memiliki pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang baik, menguasai materi
dakwah, memahami tentang ajaran. Mengetahui kelebihan, kesukaan, kesenangan serta hobi orang yang akan diajak berinteraksi. Tentunya hal ini diperoleh dari
orang yang bertindak selaku penunjuk jalan. Interaksi sosial dakwah ini dimulai dari bicara bisnis, pekerjaan dan lain-lain, kemudian bicara berinteraksi masalah
agama. Dakwah model khususi ini ada sedikit kebebasan dan tidak terlalu banyak keterikatan, jika perlu Jama’ah Tabligh menerapkan tiga hal dalam berinteraksi,
yaitu: •
Salam memberi salam
Universitas Sumatera Utara
• Ta’am makan bersama
• Kalam berbicara
Dakwah ini bersifat pembinaan, pengembangan umat Islam, oleh karena itu anggota Jama’ah Tabligh yang dikirim untuk berinteraksi dakwah harus benar-
benar memperhatikan hal-hal seperti berikut: •
Usia orang yang dikunjungi •
Pengetahuan serta pendidikan •
Status sosial ekonomi •
Hobi dan karakteristiknya. TamMushalla, 1994:11
b. Model dakwah Antara Kelompok dengan Masyarakat Model Umumi