Menurut Malayu S.P. Hsibuan 1990:2, bahwa dasar-dasar struktur kerja manajemen tersebut meliputi:
• Adanya kerjasama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal
• Adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan
dicapai •
Adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab yang teratur •
Adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik •
Adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan •
Adanya human organization `
Demikian juga jama’ah tabligh, mempunyai struktur kerja yang dapat dilihat pada bagan halaman 44, dan dapat di pahami penjelasanya pada bab 3.2.2.
3.2.1. Sumber Dana dan Rekruitmen Anggota
a. Sumber Dana
Dana kegiatannya dipercayakan kepada para da’i sendiri. Ada pula dana yang
dikumpulkan secara terpisah-pisah, tidak terorganisasi, dari beberapa donatur langsung, atau dengan cara mengirim da’i atas biaya donatur tersebut.
b. Rekruiotmen Angota Pada organisasi sosial jama’ah tabligh cara rekruitmen anggotanya berupa
mengajaktarghib dan membujuk tasykil orang-orang yang berhasil di ajak datang pada perkumpulan yang di selenggarakan atau di adakan pada suatu
daerah. Kemudian, jika orang yang bersangkutan mau melakukan seperti yang jama’ah lakukan yaitu berdakwah, maka beliau di anggap angota jama’ah tabligh.
Universitas Sumatera Utara
Bagan struktur kerja jama’ah tabligh HADRAJI
SYURO
FAISALLAH
JUMIDAR
AMIR SYAF
PETUGAS DALAM MESJID
• DZAKKIRIN
• MUQARROR
• ISTIQBAL
• KHITMAD
• MUSTAMI
PETUGAS LUAR MESJID
• DALIL
• MUTAKALLIM
• MAKMUR
• AMIR JAULAH
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Susunan Markas Jama’ah Tabligh
Demikian juga halnya dengan Jama’ah Tabligh terdapat struktur kerja yang agak berbeda dengan struktur kerja perkumpulan atau organisasi yang ada. Di
dalam Jama’ah Tabligh tidak disebut sebagai suatu organisasi namun Jama’ah Tabligh merupakan sejumlah umat Islam yang berhimpun untuk satu tujuan,
untuk mengajak orang kepada jalan Allah SWT dan sunah Nabi SAW, hal ini mereka mengambil dasar Al-Qur’an yaitu Q.S. Ali Imran:104, Jama’ah Tabligh
menyatakan bukan suatu organisasi karena: •
Jama’ah Tabligh tidak adanya ADART, sebagaimana organisasi lainnya •
Jama’ah Tabligh tidak ada kartu pengenal, semua umat Islam bebas ikut usaha interaksi sosial Jama’ah Tabligh
Walaupun demikian Jama’ah Tabligh melaksanakan sistem kerja dan struktur kerja sebagaimana halnya perhimpunan-perhimpunan lainnya. Struktur kerja
Jama’ah Tabligh dalam menjalankan dakwahnya adalah sebagai berikut: 1.
Markas Dunia Internasional, maksudnya yaitu seluruh usaha
ataupun kegiatan Jama’ah Tabligh yang berada di setiap negara. Sampai saat ini sudah 203 negara yang terdapat usaha Jama’ah
Tabligh. Jadi kesemua negara ini dipusatkan di satu negara yaitu India. Dengan kata lain setiap masalah-masalah dan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada suatu negara harus merujuk, memberi tahu atau melaporkan ke markas dunia Jama’ah Tabligh. Misalnya kegiatan
“joor” perhimpunan interaksi sosial dalam suatu negara. Pimpinan atau ketua dalam istilah Jama’ah Tabligh dikenal dengan “Hadraji”.
Tugas hadraji ini adalah memikirkan memutuskan dan mengontrol
Universitas Sumatera Utara
semua usaha dan kegiatan dakwah di seluruh dunia. Hadraji ini dibantu oleh ulama-ulama lainnya yang sudah lama aktif dalam usaha
dakwah tersebut, pemilihan dari hadraji ini dimusyawarahkan oleh ulama-ulama yang berada di India dengan meminta Ilham dari Allah
SWT. Dan yang dijadikan hadraji ini adalah keturunan Rasulullah
dikenal dengan “sayyid”. Selama Jama’ah Tabligh berkembang di
seluruh negara pergantian hadraji sudah empat kali. Pergantian hadraji tersebut apabila hadraji yang menjalankan tugas tersebut meninggal
dunia, baru dimusyawarahkan siapa penggantinya. Hadraji tersebut
sebagai berikut:
• Maulana Muhammad Ilyas Rah.A
• Maulana Yusuf Rah.A
• Maulana Inamul Hasan Rah.A
• Maulana Sa’at Rah.A
2. Markas Negara, maksudnya seluruh usaha ataupun kegiatan
Jama’ah Tabligh yang berada di setiap propinsi suatu negara misalnya
Indonesia terdiri dari 33 propinsi. Semua ke-33 propinsi ini harus merujuk, melaporkan dan bermusyawarah masalah-masalah atau
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Jama’ah Tabligh di tingkat
propinsi. Misalnya masalah joor tingkat propinsi, rombongan interaksi
sosial dakwah yang dikirimkan. Jadi markas negara ini mengontrol dan menyelesaikan masalah-masalah dakwah Jama’ah Tabligh di
setiap propinsi, hal ini dilaksanakan dengan jalan musyawarah. Apabila masalah di tingkat markas negara tidak dapat diselesaikan
Universitas Sumatera Utara
maka merujuk ke markas dunia. Markas negara untuk di Indonesia dipusatkan di Jakarta Kebon Jeruk, adapun musyawarah tingkat
markas negara Indonesia dilaksanakan 2 bulan sekali, sesuai dengan keputusan musyawarah sebelumnya. Pimpinan ataupun ketua di
tingkat markas negara dikenal dengan “Syuro”, adapun syuro-syuro di
Indonesia sebagai berikut: Dr. Noor, Letjen. Zufakar, Hasan Basri dan lain-lain. Pemillihan atau penentuan syuro di suatu negara di
musyawarahkan di markas dunia, jadi yang menentukan syuro adalah
hadraii melalui musyawarah dan meminta ilham dari Allah SWT.
3. Markas Propinsi, merupakan pusat kegiatan dakwah Jama’ah
Tabligh suatu propinsi. Markas propinsi ini mengontrol, menyelesaikan dan mengevaluasi semua masalah-masalah yang
terdapat di halqoh-halqoh kabupaten. Misalnya, Propinsi Sumatera Utara yang berpusat di Mesjid Hidayatul Islami, jalah Gajah Medan.
Pmpinan pada markas propinsi ini disebut dengan “syuro” atau “faisallah”. Syuro ini langsung dimusyawarahkan oleh hadraji di
India, dengan masa jabatan setiap syuro yaitu setiap tiga bulan sekali. Dan adapun masalah yang ada di halqoh-halqoh dimusyawarahkan di
markas propinsi sekali seminggu. Adapun syuro di markas Propinsi Sumatera Utara Haji Badaruddin, Ustadz Mahmud Lubis, Entong
Manik, Hasan Basri, Ustadz Musa Saleh Dan Ustadz Nurdin.
4. Halqoh, maksudnya pusat kegiatan dakwah Jama’ah Tabligh di
kabupaten atau di kecamatan. Jadi halqoh ini tidak didasarkan atas jarak jauh ataupun dekatnya mesjid di wilayah tersebut, yaitu mesjid
Universitas Sumatera Utara
yang ada usaha dakwah Jama’ah Tabligh dalam Jama’ah Tabligh disebut muhallah. Jadi halqoh ini mengontrol, memutuskan dan
memusyawarahkan setiap masalah yang ada di setiap muhallah. Misalnya masalah jama’ah interaksi sosial dakwah yang dikirimkan
satu sampai tiga hari. Pimpinan di halqoh ini dikenal dengan sebutan
“jumidar”, musyawarah tingkat halqoh ini dilaksanakan sekali
seminggu sesuai dengan musyawarah sebelumnya. Penentuan jumidar tersebut dimusyawarahkan di markas propinsi yang ditunjuk oleh
syuro propinsi.
5. Muhallah, merupakan pusat kegiatan Jama’ah Tabligh di setiap
mesjid yang berada di kelurahan-kelurahan. Muhallah ini yang mengontrol dan menyelesaikan setiap masalah di mesjid. Pimpinan di
muhallah ini dikenal dengan sebutan “amir”. Jabatan amir ini
dimusyawarahkan sekali seminggu yang dipilih oleh anggota Jama’ah Tabligh di muhallah tersebut. Apabila masalah-masalah di muhallah
tidak dapat diselesaikan maka muhallah merujuk ke halqoh.
Dari semua markas yang tersebut di atas, semuanya berpusat pada masjid seperti pada markas internasionalIndia terletak pada mesjid Banglewali,
kemudian pada markas negaraIndonesia terletak pada mesjid jami’ demikian juga halnya pada markas propinsiMedan terletak pada mesjid Hidayatul
Islamiyah dan markas seterusnya Mesjid menjadi pusat kegiatan bagi proses dakwah para jama’ah tabligh, hal
ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah agama islam yang di ajarkan Nabi Muhammad. Beliau menjadikan mesjid sebagai tempat berkumpulnya ummat,
Universitas Sumatera Utara
menjadikan mesjid sebagai tempat menyelesaikan permasalahan ummat, mesjid bukan sekedar tempat shalat tetapi juga berfungsi untuk menghidupkan seluruh
amal agama. Empat usaha Nabi Muhammad atas mesjid: 1.
Membangun Mesjid 2.
Meluangkan waktu untuk Mesjid 3.
Menghidupkan amalan Mesjid 4.
Mengirim rombongan dakwah keseluruh penjuru negeri. Berdasarkan hal tersebutlah para jama’ah tabligh menggunakan Mesjid
sebagai markas dan pusat segala kegiatan dakwah jama’ah tabligh.
3.2.3. Pembagian kerja