menyimpang dari yang telah ditentukan terdahulu terorganisir. Dari latar belakang yang diuraikan sebelumnya penulis terdorong untuk meneliti tentang
organisasi sosial jama’ah tabligh dengan studi kasus jama’ah tabligh jalan gajahmesjid hidayatul islamiyah .
1.2. Perumusan Masalah
Dari apa yang telah diuraikan pada latar belakng sebelumnya dapatlah dirumuskan permasalah yang ingin diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Struktur kerja organisasi sosial jama’ah tabligh di mesjid
Hidayatul Islamiyah jalan gajah Medan. 2.
Bagaimanakah organisasi jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwah.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui struktur kerja organisasi sosial jama’ah tabligh
2. Untuk mengetahui organisasi jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwah.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Menambah reperensi penelitian dibidang organisasi sosial 2.
Dapat mengetahui struktur dan cara dakwah organisasi jama’ah tabligh
1.5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang organisasi sosial jama’ah tabligh ini adalah mesjid Hidayatul Islamiyah tepatnya Jalan Gajah Medan. Alasan mengambil atau
memilh lokasi tersebut karena:
Universitas Sumatera Utara
1. Mesjid Hidayatul Islamiyah tersebut secara struktur organisasi jama’ah tabligh merupakan markas propinsi bagi jama’ah tabligh. Jadi sangat relevan
untuk di jadikan lokasi penelitian untuk masalah yang ingin dikaji oleh peneliti. 2. Lokasi penelitian tersebut tidak begitu jauh dari tempat tinggal peneliti,
hal ini juga membantu serta memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian
1.6. Tinjauan Pustaka
Dalam kepustakaan antropologi ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia
dalam kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat. Istilah yang dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut
adalah organisasi sosial. Herskovits dalam Harsojo 1967, mengatakan bahwa organisasi sosial itu meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-
laki dan perempuan di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antar masyarakat.
Ahli antropologi lain yaitu W.H.R. Rivers, dalam Harsojo 1967 melihat organisasi sosial sebagai proses yang menyebabkan individu
disosialisasikan dalam kelompok. Ia berpendapat, bahwa dia dapat juga mengganti studi mengenai organisasi sosial menjadi studi tentang social
groupings, dan bagian-bagian dari fungsi sosial yang mengiringi pengelompokan itu. Ia mengatakan bahwa ruang lingkup penyelidikan mengenai organisasi sosial
meliputi struktur dan fungsi dari pada kelompok. Adapun fungsi tersebut dapat dibagi dalam dua bagian:
c. fungsi yang berhubungan antara kelompok dengan kelompok dan
Universitas Sumatera Utara
d. fungsi yang bermacam-macam dari pada kelompok sosial itu adalah pranata-
pranata sosial. Raymond firth, dalam Harsojo 1967 mengemukakan arti yang khusus
bagi konsep organisasi sosial. Dalam bukunya “elements of social organization”, ia mengemukakan bahwa Antropologi sosial menyelidiki “human social process
comparatively”. Dengan proses sosial disini dimaksudkan operasi dari kehidupan sosial, cara bagaimana aksi dan existensi dari pada manusia hidup itu
mempengaruhi manusia lain yang hidup dalam suau relasi tertentu. Dalam penyelidikan mengenai relasi sosial apakah istilah ini digunakan dalam rangka
pengertian tentang masyarakat, kebudayaan atau community, dapatlah dibedakan antara struktur, fungsi dan organisasinya. Dalam hubungan ini Firth melihat
pengertian mengenai struktur sosial itu sebagai pola-pola ideal, sedang organisasi sosial dilihatnya sebagai aktivitas konkrit. Ide tentang organisasi ialah bahwa ada
sejumlah orang yang menjalankan suatu pekerjaan dengan aksi yang direncanakan bersama. Organisasi adalah satu proses sosial dan pengaturan aksi
berturut-turut konform dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah penyusunan dari relasi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan
penetapan. Disamping itu istilah organisasi sosial di dalam kepustakaan Antropologi, juga sering dipakai sebagai konsep tentang struktur sosial.
Adapun faham tentang struktur sosial itu banyak diselidiki oleh ahli-ahli Antropologi sosial di Inggris Radcliffe-Brown misalnya mengemukakan bahwa
struktur sosial adalah jaringan-jaringan yang kompleks dari relasi sosial yang sebenarnya di dalam setiap masyarakat. Evans Pritchard, juga seorang ahli
Antropologi sosial di Inggris yang menganggap definisi itu terlalu luas,
Universitas Sumatera Utara
membatasi diri dengan mengatakan, bahwa struktur sosial adalah “those relative enduring relations, which unite persisting groups into a total social system”
harsojo, 1967:243-244. Sekarang ini dunia sedang mengalami perubahan besar – besaran dalam
berbagai bidang kehidupan, semua ini tidak terlepas dari interaksi sosial yang ada. Perubahan itu terjadi antara lain dalam bidang ekonomi, sosial, budaya serta
khususnya pada bidang agama yaitu pergeseran nilai agama yang merupakan hal yang esensial untuk dikaji saat ini. Perubahan ini terjadi karena adanya arus
globalisasi, kemajuan teknologi, misalnya pengaruh parabola, internet dan lain- lain. Sebagaimana yang dikemukakan berger mengenai modernitas 1977:70,
yaitu mengacu pada transformasi dunia yang disebabkan oleh inovasi, teknologi beberapa negara dengan dimensi ekonomi, sosial dan politiknya. Modernitas juga
membawa perubahan yang revolusioner pada derajat kesadaran manusia, khususnya pada nilai agama, kepercayaan dan bahkan jaringan emosional
kehidupan, atau dengan kata lain kesadaran dalam kehidupan yang sudah terpola berupa nilai – nilai bersama semakin berkurang dalam kehidupan masyarakat
misalnya kurang rasa gotong-royong, rasa tolong-menolong dan saling menghargai. Masyarakat indonesia sebagian besar adalah pemeluk agama Islam,
demikian pula halnya di kota Medan yang penduduknya mayoritas bergama Islam. Kita lihat dalam kehidupan sehari-hari nilai atau norma agama Islam mulai
berkurang pengaruhnya, dimana masyaratat Islam cenderung mengkramati kerja, keuntungan, kekuasaan yang mendorong induvidualisme.
Bagi seorang antrropolog, pentingnya agama terletak pada kemampuannya untuk berlaku; bagi seorang individu atau sebuah kelompok sebagai sumber
Universitas Sumatera Utara
konsep umum namun jelas, tentang dunia, diri, dan hubungan-hubungan diantara keduanya, disatu pihak, yaitu model dari segi agama itu, dan di lain pihak sumber
disposisi-disposisi “mental” yang berakar, yang tak kurang jelasnya, yaitu model untuk segi agama itu. Dari fungsi-fungsi kultural ini, pada gilirannya, mengalirlah
fungsi-fungsi sosial dan psikologisnya Geertz, 1992. Menurut Berger 1977 :78, bahwa agama merupakan benteng paling tangguh untuk melawan eksistensi tanpa
arti meaninglesness. Atau agama sudah menjadi sumber pembenaran dunia sosial yang paling efektif. Sekularisasi berarti penyusutan kepercayaan terhadap
usaha- usaha mengesahkan eksistensi. Jadi dalam hal ini agama sedang dalam keadaan goyah. Sebagai penantang terbesar ialah perkembangan ilmu yang telah
menggeser kedudukan agama sebagai sumber penjelas. Ziauddin Sardar 1993 : 36, seorang cendikiawan muslim, mengemukakan bahwa kecuali kelompok kecil
yang berani melawan dominasi – dominasi yang dipaksakan berbagai isme dan mempertahankan apa yang mereka miliki yaitu sebagai nilainorma Islam yang
harus disampaikan melalui interaksi sosial dakwah. Koentjaraningrat 1990 :376-377, semua aktivitas manusia yang
bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan, atau religious emotion. Emosi keagamaan ini biasanya
pernah dialami setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mugkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang kembali.
Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan – tindakan yang bersifat religi.Emil Durkheim menyebutkan unsur-unsur religi terdiri dari
emosi keagamaan, sistem kepercayaan, sistem ritus, kelompok keagamaan, alat- alat fisik yang digunakan dalam keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
Dakwah islam dalam pelaksanaannya menempuh cara yang lentur, kreatif dan bijak agar tujuan pokoknya tercapai yaitu restorasi dan rekonstruksi
kemanusiaan secara individu dan kolektif yang akan membawanya ke tingkat yang tinggi ahsani taqwa. Untuk mencapai tujuan itu, maka Al-qur’an menuntut
adanya perintah dakwah yang wajib bagi seluruh umat islam sesuai dengan kemampuan. Al-qur’an juga menuntut adanya segolongan umat Islam yang
melaksanakan tugas dakwah secara profesional QS. 3:104. Mereka diharapkan mampu mendekati objek sasaran dakwah sesuai dengan bahasa yang paling
mereka kuasai dan senangi. Dengan demikian, dakwah dalam pengembangannya selalu bersikap terbuka untuk memanfaatkan segala hasil kreatifitas dan
produktifitas. Dalam Islam proses kegiatan dakwah melekat pada upaya mengarahkan
manusia supaya muslim. Fitrah beragama yang dibawa manusia sejak lahir harus diarahkan agar berkembang dengan ajaran agama Islam. Setiap muslim harus
mendapat siraman wahyu dan memiliki kesuburan iman, tugas risalah para Rasul ini merupakan tugas setiap masyarakat Islam. Jadi, kehadiran agama bagi manusia
adalah membimbing fitrah manusia agar berkembang sejalan dengan sifat fitrahnya, cenderung pada kesuciaan dan kebenaran. Suatu sistem religi dalam
suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri – ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya
Koentjaraningrat, 1990 :377. Demikian dalam penyampaian dakwah ini tidak terlepas dengan pelaksana
dakwah dan pendengar dakwah masyarakat sekitarnya yang berinteraksi dan saling bersesuaian dalam melaksanakan kegiatannya. Dan objek atau sasaran
Universitas Sumatera Utara
dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi manusia yang beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut,
tindakan-tindakan dikendalikan secara sistematis dan konsisten terorganisasi, banyak nilai agama berasal dari kegiatan yang timbul dari prakteknya Haviland,
1988. Jama’ah tabligh adalah sebuah jama’ah islamiyah yang dakwahnya
berpijak pada penyampaian tabligh tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama’ah tabligh ini menekankan
kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk
kepartaian dan masalah-masalah politikWAMY, 1993:74.
1.7. Metodologi