dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi manusia yang beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut,
tindakan-tindakan dikendalikan secara sistematis dan konsisten terorganisasi, banyak nilai agama berasal dari kegiatan yang timbul dari prakteknya Haviland,
1988. Jama’ah tabligh adalah sebuah jama’ah islamiyah yang dakwahnya
berpijak pada penyampaian tabligh tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama’ah tabligh ini menekankan
kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk
kepartaian dan masalah-masalah politikWAMY, 1993:74.
1.7. Metodologi
1.7.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriftif dengan
metode observasi dengan terlibat obsesevasi partisipasi, dengan arti kata bahwa, penulis berada dalam arena kegiatan objek untuk mengamati dan mempelajari
realitas yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji. Selain menggunakan metode observasi, peneliti juga menggunakan metode wawancara
mendalam, untuk mengetahui lebih baik lagi tentang apa yang di lakukan jama’ah tabligh tersebut.
Dalam menentukan informan, peneliti menerapkan keriteria sebagai berikut :
1. Beragama Islam
Universitas Sumatera Utara
2. Angota jama’ah tabligh mesjid Hidayatul Islamiyah, Jalan gajah
Medan 3.
Berusia delapan belas tahun ke atas 4.
Pernah aktif dalam kegiatan jama’ah tabligh Demikian kriteria yang peneliti tetapkan yang menjadi informan dalam
penelitian penulis guna mendapatkan informasi dan data yang peneliti butuhkan sesuai dengan masalah yang dikaji.
1.7.2. Analisa Data Analisa akan dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Maka semua data yang diperoleh, disusun dan diolah dan kemudian dianalisis agar dapat mempermudah kegiatan dan hasil
penelitian dapat dasimpulkan Penganalisaan akan dilakukan dalam bentuk deskriptip analisis artinya apa yang kelak akan menghasilkan suatu bentuk laporan
sebagai hasil akhir dari penelitian yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II Sejarah Dan Perkembangan Jama’ah Tabligh
2.1. Sejarah jama’ah tabligh 2.1.1. Pendiri Jama’ah Tabligh
Jama’ah tabligh berdiri di India yang didirikan oleh Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi 1303-1364 H. Ia dilahirkan di kandahlah, sebuah desa
Saharpur, India. Mula-mula ia menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya diskolah deoband. Sekolah ini
merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India yang didirikan pada tahun 1283H1867M.
Ayahnya bernama Syaikh muhammad Ismail,tinggal di Nizhamuddin, New Delhi ibukota India. Syaikh muhammad Ilyas, demi mewujudkan cita-
citanya untuk menegakan dakwah dan tabligh, sejak beberapa tahun maulana telah menghentikan segala bentuk kegiatan apa pun selain dari usaha dakwah dan
tabligh, sehingga beliau tidak memiliki ikatan hubungan dengan sesuatu apa pun selain usaha tersebut. Dalam salah satu suratnya yang ditujukan kepada Syaikh
Muhammad Zakariya yang telah lama ditulis, beliau mengemukaan, “Aku ingin agar pikiran, hati, kekuatan dan waktu hanya aku gunakan demi cita-citaku ini
saja.” Bahkan sering kali beliau berkata “Bagaimana aku bisa bekerja selain kerja dakwah dan tabligh, sedang aku melihat ruh Nabi muhammad saw, bersedih
akibat perilaku buruk umatnya, lemah agama dan akidahnya, merosot dan hina, serta tidak ada kejayaan, bahkan bahkan telah lama digilas kekufuran?.”
Universitas Sumatera Utara
Beliau mengumpamakan dirinya seorang polisi yang sedang bertugas dipersimpangan jalan, yang harus memperhatikan dan menhatur semua kendaraan,
baik mobil, motor, gerobak, maupun sepeda. Beliau harus mengatur dan memberikan aba-aba untuk berhenti maupun untuk berjalan. Beliau berkata “Aku
tidak mengingkari bahwa ada pekerjaan lain yang juga penting dan bermamfaat besar. Akan tetapi berpaling pada pekerjaan itu dan meninggalkan pekerjaan yang
sedang aku tekuni sekarang ini adalah suatu bahaya besar.” Beliau telah memberikan segala-galanya demi menghidupkan usaha dakwah ini. Bahkan juga
telah mencurahkan pikiran dan kerisauannya. Beliau telah membangun dinding yang rapat, yang menghalangi menghalngi beliau dengan pemikiran
lainnya.Nadwi, 1999
2.1.2. Para Syaikh Jama’ah Tabligh Yang Terkenal
Syaikh Msuhammad Ilyas Kandahlawi, pendiri jama’ah tabligh dan merupakan amir pertamanya. Pertama kali ia belajar kepada kakak kandungnya,
yaitu Syaikh Muhammad Yahya, seorang guru di madrasah Mazhahir Al-ulum Saharpur.
Syaikh Rasid Ahmad Kankuhi 1829-1905M yang dibaiat menjadi anggota jama’ah tabligh pada tahun 1315H oleh Syaikh Muhammad Ilyas. Kemudian ia
memperbaharui baiatnya kepada Syaikh Khalil Ahmad Saharnapuri. Syaikh ini mempunyai hubungan dekat dengan Syaikh Abdurrahim Ra’i fauri dan banyak
menimba ilmu dan pendidikan darinya. Ia juga berguru kepada Syaikh Asraf Ali Al-tahanawi 1280-1364H1863-1943M yang bergelar hakim ummat dan kepada
Syaikh Muhammad Hasan 1268-1339H1851-1920M, salah seorang tokoh ulama madrasah Deoband dan pemimpin jama’ah tabligh.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan taman-teman dekat Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi antara lain :
1. Syaikh Abdurahim Syah Deoband Al-tablighi yang menghabiskan
waktunya untuk urusan tabligh bersama-sama Syaikh Muhammad Ilyas dan puteranya Syaikh Muhammad Yusuf.
2. Syaikh Ihtisyam Kandahlawi yang menikah dengan saudara perempuan
Syaikh Muhammad Ilyas. Beliaulah orang kepercayaan khusus Syaikh Muhammad Ilyas. Ia menghabiskan usianya meminpin jama’ah dan
mendampingi Syaikh Muhammad Ilyas. 3.
Syaikh Abu Al- hasan Ali Al-hasani Al-nadawi, direktur Al-ulum, nadwah ulama di Lucknow, India. Beliau adalah seorang penulis Islam besar dan
mempunyai hubungan kuat dengan jama’ah. Sepeninggal Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi kepemimpinan jama’ah
diteruskan oleh puteranya, Syaikh Muhammad Yusuf Kandahlawi 1917-1965M. Ia dilahirkan di Delhi, sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan
dakwah. Berkali-kali ia mengunjungi Saudi Arabia, menunaikan hajji, dan Pakistan. Beliau wafat di Lahore dan jenajahnya dimakamkan di samping orang
tuanya di Nizham Al-din, delhi. Kitabnya yang terkenal ialah amani akbar, berupa komentar kitab ma’ani al-
atsar karya Syaikh Thahawi dan Hayat Al- shahabah. Beliau meninggalkan seseorang putera yang mengikut jejak langkahnya, yaitu Syaih Muhammad Harun.
Sedangkan teman-teman dekatnya dalam jama’ah ialah : 1.
Syakh Zakaria Kandahlawi 1315-1364H, sepupu Syaikh Yusuf dan sekaligus menjadi adik iparnya. Beliau adalah ahli hadits dan musyirif
Universitas Sumatera Utara
tertinggi jama’ah tabligh. Tetapi akhir-akhir ini ia tidak aktif lagi di dalam jama’ah.
2. Syaikh Muhammad Yusuf Banuri, direktur sekolah Arab di New
Town, Karachi, ahli hadits, direktur majalah bulanan berbahasa urdu dan salah seorang tokoh ulama Deoband dan jama’ah tabligh
3. Maulana Ghulam Ghautshazardi, salah seorang tokoh ulama jama’ah
tabligh yang menjadi anggota parlemen pusat. 4.
Mufti Muhammad Syafi’i Hanafi, mufti agung Pakistaqn. Pernah menjadi direktur sekolah Dar al-ulum landhi, Karachi dan pengganti
Asyraf Ali Tahnawi hakim ummat serta sebagai tokoh jama’ah terkemuka.
5. Syaik Manzhur Ahmad Nu’mani, termasuk barisan ulama besar
jama’ah tabligh, pengikut Syaikh Zakaria, kawan dekat Ustadz Abu Al-hasan Al-nadawi dan termasuk tokoh ulama Deobond
Amir jama’ah tabligh yang ketiga adalah In’am Hasan. Jabatan ini ia pegang sejak Syaikh Muhammad Yusuf wafat. Beliau adalah teman akrab Syaikh
Muhammad Yusuf ketika sama-sama belajar dan perlawatannya. Usia mereka saling berdekatan. Keduanya sangat dekat dalam dakwah dan pegerakan.
Para pendampingnya antara lain : 1.
Syaikh Muhammad Umar Banubari yang menjadi penasehat khususnya.
2. Syaikh Muhammad Ba’asyir, pemimpin jama’ah tabligh Pakistan yang
berpusat di Roywan, pinggiran Karachi.
Universitas Sumatera Utara
3. Syaikh Abdul Wahab, salah seorang tokoh jama’ah tabligh di kantor
pusat Pakistan.
2.2. Pendapat Para Pemimpin Islam Terhadap Asy-syaikh Muhammad Ilyas
Meskipun tidak begitu jelas bentuk organisasinya, orang-orang Jama’ah Tabligh sepakat bahwa dengan suara bulat, menyebut Maulana Muhammad Ilyas,
orang pertama yang memulai usaha ini. Sekitar tahun 1885-1947 M bertepatan dengan tahun 1303-1364 Hijriah di New Delhi India lahirlah sesosok tokoh ulama
besar yang berfaham Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang menganut Mahzab Hanafi. Beliau tekun, zahit lagi wara’ yaitu Muhammad Maulana Ilyas Al-Kandahlevi.
Syaikh tersebut merupakan staf pengajar dan pendidik pada sekolah agama atau pesantren yang ternama yaitu yaitu pesantren Madhahiril’ulum di
Saharanpur. Beliau sudah lama kerja di pesantren dan sudah banyak ulama yang lahir dan tercipta dari sana berkat usaha beliau. Namun beliau sangat
menyesalkan, diantara mereka itu sedikit sekali yang beramal dengan ilmu yang telah dimilikinya. Sedikit yang mau memperjuangkan agama Allah SWT dan
mengajak manusia ke jalan Allah SWT, mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Kemaksiatan berkecamuk dan berlaku bebas diantara mereka,
tanpa rasa kasihan dan rasa iba sedikitpun sehingga suasana kabur bahkan gelap di tengah-tengah kehidupan umat islam itu sendiri. Beliau melihat kehidupan malah
sebaliknya, mereka menggunakan ilmunya untuk mencari dan mendapatkan keduniaan dan kemegahan untuk kepentingan diri sendiri. Agama tidak lagi
diperhatikan orang, kehidupan serta perwujudan agama lesu, statis atapun jumud, tidak bergerak dan semua umat Islam terlena di dalam kelalaian, kemerosotan
serta kebodohan. Abdul Azis, 1991:1
Universitas Sumatera Utara
Beberapa lama kemudian beliau pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap di Madinah Al-Munawaroh. Pada suatu malam beliau
bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, dalam mimpi tersebut Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk segera pulang ke India agar mengembangkan serta
mendakwah manusia ke jalan Allah SWT sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Setelah naik haji Maulana Ilyas pulang
dan segera membuka kitab-kitab sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya serta mempelajari dengan cermat dan teliti, bagaimana cara dan
metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW zaman dahulu. Akhirnya beliau menemukan suatu metode dakwah sebagaimana yang
telah dilakukan oleh Rasulullah SAW yaitu dakwah umumi dengan menjumpai orang-orang Islam dari rumah ke rumah dengan berjama’ah. Dakwah khususi
menjumpai orang-orang Islam yang khusus, misalnya ulama, ustadz dan lain-lain. Dakwah ijtima’i yaitu dakwah umum namun tempatnya biasanya di mesjid,
mushalla atau tempat yang biasa dijadikan majelis ta’lim. Pilihan pertama Maulana Ilyas dalammelakukan metode dakwah yang
diperintahkan Rasulullah SAWdi Kandhla yaitu pada orang-orang Mewat, hal ini dengan pertimbangan disana tempat tumpah darahnya dan orang-orang yang akan
dijumpai oleh orang-orang Jama’ah Tabligh yaitu kaum kerabatnya. Dan juga disana merupakan pusat agama dan pusat pendidikan Islam yang terkenal.
Walaupun orang Mewat wataknya agak kasar namun saat itu sepuluh orang telah ikut bersama mereka untuk belajar dakwah menuju ke Klandhla selepas shalat hari
raya. Rombongan dipimpin oleh Hafiz Maqbool Hasan, bermula dari itulah di India perkembangan Jama’ah Tabligh semakin pesat.
Universitas Sumatera Utara
Pada haji yang terakhir yaitu yang keempat kalinya 1938, beliau dan rekan-rekannya yaitu Maulana Ihtisamul Hasan, Mulfi Muhammad Yusuf, Mulfi
In’amul Hasan dan Haji Abdurrahman. Mereka telah menjumpai ulama-ulama dari arab dan madinah untuk meminta persetujuan agar usaha tabligh
dikembangkan di Tanah Suci Mekkah, namun saat itu kurang mendapat tanggapan dari Amir Faisal tanah suci Mekkah.
Beberapa orang jama’ah tabligh telah bermusyawarah dan memutuskan untuk kembali ke India dan menjadikan India sebagai pusat kegiatan dakwah.
Walaupun model jama’ah tabligh ini tidak terekam dalam buku, majalah, televisi dan radio namun perkembangannya telah merata ke seluruh penjuru alam karena
tabligh pergi dan berdakwah turun ke tempat tujuan langsung dan membawa diri dan harta sendiri.
Di indonesia Jama’ah Tabligh masuk tahun 1960 dengan datangnya jama’ah dari India, Pakistan dan Bangladesh, tapi baru berkembang pesat tahun
1973 setelah datangnya Syeikh Maulana Lufthur Rakhman. Ensiklopedia Islam terbitan Departemen Agama RI tahun 1973
Kegiatan dakwah model jama’ah tabligh ini telah merata di 33 propinsi di Indonesia, dan di setiap propinsi terdapat mesjid yang dijadikan pusat kegiatan
dakwah Jama’ah Tabligh. Di medan Jama’ah Tabligh mulai berkembang tahun 1970 dan sekarang ini kegiatan dipusatkan di mesjid hidayatul islamiyah,jalan
gajah. Juga disekitar pelosok medan mesjid-mesjidnya telah hidup amalan dakwahnya. Mereka sering menyebutnya sebagai amalan wali jama’ah yaitu
seperti zaman Rasulullah SAW, dan diantara amalan itu adalah menghidupkan dakwah, amalan Ta’lim wa Ta’lum dan amalan hikmat.
Universitas Sumatera Utara
Jika kita ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai kegiatan dakwah model Jama’ah Tabligh ini maka bisa diikuti kegiatan yang mereka lakukan,
karena tidak ada rahasia dalam kegiatan Jama’ah Tabligh. Semua boleh mengikutinya baik itu orang kaya, miskin, di desa atau di kota dari semua
lapisan. Jama’ah tabligh saat ini sudah ada di 203 negara, jadi dakwah ini sudah membudaya, orang sudah banyak mengetahui baik itu Islammaupun non-Islam.
Berikut ini beberapa pendapat ahli atau pemimpin islam terhadap pendiri jama’ah tabligh yaitu Syaikh Muhammad Ilyas :
2.2.1. Pendapat Syaikh Asyraf Aliat-Tsanwi
“
Derajat Syaikh Muhammad Ilyas di bidang keilmuan, kezuhudan, kewira
Kedua mata Syaikh Muhammad Ilyas telah terbuka sejak dilingkungan keluarga. Untuk menanamkan semangat perjuangan kedalam jiwa mereka tidak
diperlukan khayalan. Bahkan, mereka telah memiliki sejarah gemilang dalam pengorbanan demi meninggikan kalimat Allah dan menyebarkan agama-Nya.
’
ian, dan kasih sayangnya kepada manusia maupun kesanggupannya untuk berkorban sedemikian tinggi sehingga kita tidak dapat menemukan kalimat yang
tepat untuk mengungkapkannya. Syaikh Abul-Hasan Ali An-Nadwi berkata,
” ”
sesungguhnya Syaikh Muhammad Ilyas telah mengemukakan metode dakwahnya kepada para ulama di
asia selatan. Prinsip-prinsip yang dipergunakannya persis dengan cara yang mula- mula pernah pernah dipakai unutk membangun umat ini. Bahkan, Beliau selalu
bermusyawarah dengan para ulama ditempat beliauakan memulai kerja agama. Pemikiran dan kerja beliau telah memperoleh sambutan yang sangat bagus dari
Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi, manakala beliau mengemukakan asas-asas
Universitas Sumatera Utara
metodenya dari Al-qur
’
an dan As-Sunnah dan mengenai pentingnya dakwah bagi kemajuan agama, maka Syaikh Asyraf Ali At-Tsanwi
3
berkata,
“
sesungguhnya persoalan ini telah jelas, tidak memerlukan dalil-dalil lagi. Pengaruh dan hasil
usaha ini telah nyata. Seseorang yang mengemukakan dalil hanyalah hanya ingin memperjelas kebenarannya. Tetapi, hati saya telah puas manakala melihat dengan
mata kepala saya sendiri sehingga saya tidak perlu penjelasan atau dalil-dalil lagi. Bahkan, usaha Anda ini telah menyebabkan keputusasaan saya berganti menjadi
harapan.
”
Syaikh Muhammad Zakariyya berkata
“
2.2.2. Pendapat Al-
Apabila Syaikh Asyraf Ali At- Tanwi telah berpuas hati dengan usaha dakwah ini dan menggap bahwa usaha ini
sangat perlu oleh umat islam, beliau pun berkenan untuk berziarah kepada Syaikh Muhammad Ilyas di markaz Nizhamuddin, Delhi. Bahkan beliau juga datang ke
Mewat untuk melihat langsung usaha dakwah dan tabligh ditempat tersebut. Sungguh, hati beliau sangat terkesan dengan usaha dakwah ini dan mengagumi
pengorbanan para jamaah dalam membangun kawasan tersebut sehingga beliau selalu berdoa untuk Syaikh Muhammad Ilyas dan usaha dakwahnya ke hadirat
Allah SWT.
‘
alamah Muhammad Manzhuran-Nu
’
Syaikh Muhammad Manzhur an-Nu
mani
’
mani, Direktur Majalah Al-Furqan dan anggota tetap Rabithah
’
Alam Islami di Makkah Al-Mukarramah berkat,
“
Guru mursyid saya telah berkata,
‘
Wahai tuan, sebenaranya usia itu dapat mengekalkan berbgai hal. Alangkah baiknya jika sekarang tuan berkenana menyisihkan waktu
tuan agar bersama-sama Syaikh ini Muhammad Ilyas. Sesungguhnya, kini beliau telah berjalan dengan kecepatan ribuan mil perhari mengisyaratkan bahwa
sebenarnya beliau da
’
i terbesar di seluruh dunia pada saat itu. Sungguh, selama
Universitas Sumatera Utara
ini saya tidak percaya dengan apa yang saya baca dalam sejarah mengenai perjuangan dan pengorbanan para pemimpin isalm, para wali Allah, dan orang-
orang shalih dalam rangka menegakkan agama. Bahkan, saya menganggap apa yang saya baca itu sebagai sesuatu yang berlebih-lebihyan. Hal yang demikian
telah menyebabkan saya termasuk orang yang pada mulanya menentang dakwah ini. Namun akhir-akhir ini, manakala saya menyisihkanwaktu untuk menyertai
Syaikh muhammad Ilyas dan menyaksikan sendiri pengorbanan, kerisauan dan kasih sayang beliau dalam usaha menegakkan kalimat Allh swt, terbukalah mata
saya terhadap kebenaran hal-hal yang saya baca dalam sejarah mengenai para pejuang yang gigih dan tangguh ini.
Setelah syaikh Manzhur Nu
” ’
mani mempelajari dengan lebih mendalam mengenai usaha ini beliau berkata,
“
saya yakin bahwa usaha ini merupakan satu- satunya usaha yang dapat menghidupkan kembali ruh keimanan denga sempurna
di kalngan umat Islam. Sungguh, kesimpulan mengenai hakikat usaha ini telah saya pelajari secara ilmiah dan matang. Saya tidak terpengaruh dengan pemikiran
Syaikh Muhammad Ilyas meskipun beliau sendiri sering menjelaskannya. Akan tetapi, saya berusaha keras untuk mempelajari ikhwal dakwah ini dari Al-qur
’
an dan As-sunnah dan segala sesuatunya yang sangat diperlukan oleh umat saat ini.
Dengan mengkaji secara terus menerus dan menemani Syaikh Muhammad Ilyas dalam perjalanan-perjalanan dakwah, semakin kuatlah keyakinan saya bahwa
usaha dakwah dan tabligh seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh umat saat ini, dan inilah cara pembaharuan yang paling mudah dan menyeluruh.
Syaikh Muhammad Ilyaslah yang telah mnyebabkan banyak ulama besar di India menaruh perhatian besar terhadap usaha dakwah dan pembaharuan agama
”
Universitas Sumatera Utara
di kalangan umat Islam. Sebelumnya, seruan mereka bersifat nafsi-nafsi, seruan egoistis yang hanya memikirkan diri sendiri.
2.2.3. Pendapat Syaikh Ahmad Asy-Syarbashi
Syaikh Ahmad Asy-Syarbashi berkata,
“
Syaikh abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi adalah salah seorang murid Syaikh Muhammad Ilyas, yang dengan
gerakan, metode, dan bershuhbah dengan beliau dapat mengubah seoarng guru menjadi da
’
i penyeru manusia kepada Allah.
2.2.4. Pendapat Syaikh Abul-A
” ’
Syaikh abul-A
la Al-Maududi
’
laal-Maududi berkata,
“
sesungguhnya saya sangat mengagumi apa yang telah dilakukan oleh jamaah tabligh dalam melakuikan kerja
besar. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi yang memimpin gerakan ini setelah orang tuanya wafat, adal;ah sebaik-baik pengganti pendahulunya yang
terbaik. Beliau telah melakukan kewajiban-kewajiban dakwahnya, menyeru manusia kepada Allah dalam arti yang sebenarnya. Pada mulanya, gerakan ini
hanya terdapat disatu kawasan di Asia selatan. Namun, Syaikh Muhammad Yusuf telah berhasil memperjuangkan gerakannya ke seluruh negara di dunia.
2.2.5. Pendapat Syaikh Muhammad Thayib Al-Qasmi
”
Syaikh Muhammad Zakariyya berkata,
“
Ketua umum Lembaga Pendidikan darul-Ulum Deoband, Syaikh Muhammad Thayib Al-Qasimi
12
adalah seorang ulama besar yang aktif membantu jamaah tabligh. Beliau selalu menyertai setiap
ijtima
’
Sungguh, sangat banyak makalh-makalahnya mengenai dakwah syaikh Muhammad Ilyas ini sehingga dia menyusun beberapa buku yang antara lain
pertemuan dan seringkali menyampaikan penjelasan mengenai metode dakwah Syaikh Muhammad Ilyas.
Universitas Sumatera Utara
berjudul Hal Minal-Lazim an-Naquma Bitablighid-Dakwah? Apakah Kita Wajib Ikut Bertabligh? dan Dakwah al-Islamiyyah wa Ushuliha Dakwah Islamiyyah da
Tata Tertibnya. Bahkan, dia juga sangat menganjurkan dan mendorong para murid
maupun para guru di lingkungan madrasahnya agar ikut membantu gerakan imaniyah tersebut, terutama membantu ijtima
’
dan kerja-kerja tabligh di daerah Deoband.
2.2.6. Pendapat Sayid Sulaiman An-Nadwi
”
Sedangkan ulama besar dan Ketua Umum Persatuan Ulama Paklistan, yakni Sayid Sulaiman An-Nadwi, bukan saja ikut datang dalam pertemuan-
pertemuan jamaah tabligh, tetapi juga ikut keluar bersama rombongan- rombongan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan beliaulah yang
telah menjelaskan tentang metode dakwah syaikh Muhammad Ilyas kepada para ulama di negara Arab dalam sebuah ijtima
’
Meskipun beliau merupakan seorang tokoh yang sangat terkenal di berbagai majalah ilmiah dan politik, namun beliau sangat rajin mengikuti jamaah
dan berdisiplin terhadap tatatertib seperti halnya orang-orang yang mnyertai rombongangn dan berjaulah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah
satu contoh kedisiplinannya adalah ketika beliau di undang oleh Syaikh Umar bin Hasan, beliau tidak bersedia menerima undangan tersebut sebelum meminta izin
kepada amir jamaah, ketika beliau keluar bersama sebuah jamaah. Beliau berkata yang diadakan di rumah Sayid Abu
Ayub Al-Anshari, di Madinah Al-Munawwarah.
“
Sesungguhnya saya telah mewakafkan waktu saya untuk bertabligh, dan saya tidak dapat bergerak, kecuali dengan perintah amir. Jika ia memang
Universitas Sumatera Utara
memerintahkan saya untuk menerima undangan ini untuk makan maka saya bersedia menerima undangannya.
Terhadap kawan-kawannya jamaah Tabligh, Sayid Sulaiman An-Nadwi berkata,
”
“
Jika saya melihat anda, saya merasa seolah-olah duni ini penuh dengan kebaikan. Namun , jika Anda hilang dari pandangan saya, saya merasa seolah-
olah dunia ini penuh dengan kejahatan. Syaikh Muhammad Zakriya berkata,
” “
Tidak ada suatu kegiatan agama manapun, kecuali pemimpin-pemimpin mereka mendukung metode dakwah
tabligh Syaikh Muhammad Ilyas. Kebanyakan, membantu kelancaran usaha jamaah di daerah mereka.
”
• Syaikh Isyfaqur-Rahman, Mufti Madrasah Fathburi
Syaikh Muhammad Zakariya menyebutkan nama-nama sebagian pemimpin dan ulama Islam serta tanggapan mereka terhadap usaha
Syaikh Muhammad Ilyas. Di antaranya pemimpin yang terkemuka itu adalah :
• Syaikh Jamil Ahmad At-Tahanwi, Mufti Tahan Bawan dan Mufti Jami
’
• Syaikh As
ah Al-Asyrafiyyah, Lahore.
’
• Syaikh Abdur-Rahman, pemimpin lembaga pendidikan di Mazhahirul-
Ulum, Saharanpur. adullah, salah seorang ulama besar, pengganti Syaikh Asyraf
Ali At-Thanwi.
• Syaikh Hifzhurrahman As-Sirharwi, Ketua Umum Organisasi Ulama
Islam India. •
Maulana Ahmad Sa
’
2.2.7. Pendapat Al-
id.
‘
alamah Mufti
‘
Azizur Rahman
Universitas Sumatera Utara
Syaikh Mufti Azizur-Rahman telah menulis sebuah buku tentang Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahwi. Dalam bukunya tersebut beliau berkata bahwa
sesungguhnya Syaikh Muhammad Yusuf telah berkata,
“
Sesungguhnya Enam prinsip syaikh Muhammad Ilyas dan tertib keluar dijalan Allh swt. adalah satu-
satunya cara untuk menangkal sekularisme dan budaya Barat.
”
Pada mulanya, saya tidak memahami kalimat yang beliau ucapkan. Tetapi, kemudian saya dapat
memahaminya karena Allah dengan kemulian-Nya telah melapangkan dada saya. Kini, dengan penih keyakinan saya tegaskan bahwa usaha dakwah dengan cara
inilah yang dapat menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Usaha inilah satu- satunya cara untuk mengembalikan kaum muslimin kedapa Islam sebagaimana
sediakala.
2.2.8. Pendapat DR. Dzakir Husain
”
Dr. Dzakir Husain merupakan orang yang gigih membela jamaah, karena kesannya yang sangat mendalam terhadap jamaah. Beliau berkata,
“
Sesungguhnya, iman dan yakin yang sempurna tidak mungkin datang melalui diskusi atau beradu argumentasi. Iman dan yakin merupakan nikmat yang
besar. Jika Aqllah swt. telah mengilhamkannya kepada seseorang, maka ia dapat menyampaikannya kepada orang lain dengan menampilkan contoh yang sempurna
berupa akhlak, amalan baik dan keikhlasan. Jika cahaya iman telah menyala dihati seseorang, maka kehangatannya dapat disampaikan kedalam hati orang-orang lain
sehingga keimanan dan keyakinan menyala pula di hati mereka. Dengan Sesungguhnya
saya melihat kerja jamaah Dakwah dan Tabligh sangat sederhana. Tetapi, saya menjumpai di dalamnya terdapat ruh yang amat kuat dalam menyeru manusia
kepada Allah.
Universitas Sumatera Utara
demikian, hati yang telah mati dapat hidup kembali dan denyut kehidupan iman akan berdetak normal.
2.2.9. Pendapat Al-
” ‘
Sesorang penulis kenamaan, Wahiddin Khan berkata,
alamah Al-Ustadz Wahiddin Khan
“
Penelitian secara ilmiah metode Syaikh Muhammad Ilyas memerlukan kepahaman lingkungan
maupun tempat yang menyebabkan timbulnya kerisauan Syaikh Muhammad Ilyas. Demikian pula, perlu dikaji sejarah gerakan ini dan cara-cara
pembaharuannya di berbagai tempat sejak permulaan. Selanjutnya tentang aturan yang dijalankan Syaikh Muhammad Ilyas di
Markaz Nizhamuddin, beliau berkata,
”
“
Sebenarnya, aturan yang berlaku di markaz Syaikh Muhammad Ilyas itu telah berlangsung lebih dari seperempat abad yang
lalu. Tentu saja, itu merupakan bukti yang jelas bahwa Syaikh Muhammad Ilyas telah berusaha menghidupkan semua yang dibawa oleh Nabi saw, dan mungkin
tidak ada duanya di seluruh dunia Islam. Meskipun di seluruh dunia banyak markaz yang menjadi pusat-pusat kegiatan dakwah, tetapi tidak satupun dari
markaz-markaz tersebut yang memberi contoh sempurna dari kegiatan Masjid Nabawi Syarif pada zaman Rasulullah saw. Bukankah hal itu telah cukup
menunjukkan bahwa beliau memang mendapatkan taufik dari Allah swt. Untuk berkorban dalam usaha ini.
2.2.10. Pendapat Syaikh Adam Abdullah Al-Aluri
”
Seseorang dai besar, Syaikh Adam abdullah Al-Aluri berkata,
“
Jamaah tabligh telah berdiri di India dengan kegiatan dakwahnya menyeru manusia
kepada Allah, ta
’
lim umum, dan pendidikan ruhani yang bersifat menyeluruh. Jamaah ini telah didirikan oleh Syaikh Muhammad Ilyas pada tahun 1920 M.
Universitas Sumatera Utara
Beliau menganjurkan agar didalam dakwah lebih banyak bergerak dari pada sekadar memberikan nasihat lewat ceramah maupun tulisan. Beliau mendidik
kaum Muslimin agar mengikuti cara-cara yang telah ditempuh oleh para sahabat, dan beliau juga telah menulis buku mengenainya sehingga jamaah tabligh
semakin tersebar keseluruh penjuru dunia. Setelah Wafat, beliau digantikan oleh putranya, Syaikh Muhammad Yusuf, kemudian Syaikh In
’
amul-Hasan. Mereka tinggal di Nizhamuddin, Delhi, India.
Pada saat ini, telah muncul juga markaz yang sangat terkenal di seluruh dunia yaitu di Raiwind, di dekat kota Lahore, Pakistan. Markaz ini terus
mengirimkan jamaah-jamaah keseluruh dunia, di samping jamaah-jamaah yang bergerak di dalam negeri.
”
2.3. Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya
Oleh pendiri Jama’ah telah ditetapkan 6 prinsip yang menjadi asas da’wahnya, yaitu:
1. Kalimah agung.
2. Menegakkan shalat.
3. Ilmu dan dzikir.
4. Memuliakan setiap Muslim.
5. Ikhlas.
6. Berjuang fi sabilillah.
Proses umum da’wah jama’ah tabligh menempuh jalan berikut: 1.
Sebuah kelompok dari kalangan Jama’ah, dengan kesadaran sendiri, bertugas melakukan da’wah kepada penduduk setempat yang dijadikan
objek da’wah. Masing-masing anggota kelompok tersebut membawa
Universitas Sumatera Utara
peralatan hidup sederhana dan bekal serta uang secukupnya. Hidup sederhana merupakan ciri khasnya.
2. Begitu mereka sampai ke sebuah negeri atau kampung yang hendak
dida’wahi, mereka mengatur dirinya sendiri. Sebagian ada yang membersihakan tempat yang akan ditiggalinya dan sebagian lagi keluar
mengunjungi kota, kampung, pasar, dan warung-warung, sambil berdzikir kepada Allah. Mereka mengajak orang-orang mendengarkan ceramah atau
bayan menurut istilah Jama’ah. 3.
Jika saat bayan tiba, mereka semua berkumpul untuk mendengarkannya. Setelah bayan selesai, para hadirin dibagi menjadi beberapa kelompok.
Setiap kelompok dipimpin oleh seorang da’i dari Jama’ah. Kemudian para da’i tersebut mulai mengajari cara berwudhu, membaca fatihah, sahalat,
atau membaca al’Quran. Mereka membuat halaqah-halaqah seperti itu dan diulanginya berkali-kali dalam beberapa hari.
4. Sebelum mereka meninggalkan tempat da’wah, masyarakat setempat
diajak keluar bersama untuk menyampaikan da’wah ke tempat lain. Beberapa orang secara sukarela menemani mereka selama satu sampai tiga
hari atau sepekan, bahkan ada yang sampai satu bulan. Semua itu dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing sebagai relasi firman
Allah: “Kalian adalah sebaik-baik ummat yang ditampilkan ke tengah- tengah manusia.” Q.S, Ali’Imran : 110.
5. Mereka menolak undangan Walimah kenduri yang diselenggarakan
penduduk setempat. Tujuannya agar tidak terganggu oleh masalah-
Universitas Sumatera Utara
masalah di luar da’wah dan dzikir serta amal perbuatan mereka tulus karen Allah semata.
6. Dalam materi da’wah, mereka tidak memasukkan ide penghapusan
kemungkaran. Sebab, mereka meyakini bahwa sekarang ini masih berada dalam tahap pembentukan kondisi yang islami. Perbuatan mendobrak
kemungkaran, selain menimbulkan kendala dalam perjalanan da’wah mereka juga membuat orang lari.
7. Mereka berkeyakinan, jika pribadi-pribadi diperbaiki satu persatu, maka
secara otomatis kemungkaran akan hilang. 8.
Keluar, tabligh dan da’wah merupakan pendidikan praktis untuk menempa seorang Da’i. Sebab seorang da’i harus dapat menjadi qudwah dan harus
konsisten dengan da’wahnya. Mereka memandang taqlid kepada madzhab tertentu adalah wajib.
Konsekuensinya mereka melarang ijtihad dengan alasan sekarang ini tidak ada ulama yang memenuhi syarat sebagai seorang Mujtahid.
Dalam beberapa hal mereka terpengaruh oleh cara-cara sufisme yang tersebar di India. Karena itu mereka menerapkan praktek-praktek sufistik seperti
berikut: 1.
Setiap pengikutnya diharuskan melakukan bai’at kepada Syaiknya. Barang siapa meninggal, dan ditengkuknya tidak ada bai’at maka ia mati dalam
keadaan jahiliyyah. Sering bai’at kepada Syaikh ini dilakukan di tempat umum dengan cara membeberkan selendang-selendang lebar yang saling
terkait sambil mengumandangkan bai’at secara serentak. Bai’at semacam ini sering pula dilakukan di hadapan massa wanita.
Universitas Sumatera Utara
2. Sangat berlebihan dalam mencintai Syaikh. Apalagi kepada Rasulullah
SAW, mereka melakukan hal-hal yang diluar tata kerama yang harus diiltizami dalam menghormati Rasullulah.
3. Menjadikan mimpi-mimpi menduduki kenyataan-kenyataan kebenaran
sehingga mimpi-mimpi tersebut dijadikan landasan beberapa masalah yang mempengaruhi perjalanan da’wahnya.
4. Meyakini tashawwauf sebagai jalan terdekat mewujudkan rasa manisnya
iman di dalam kalbu. 5.
Senantiasa menyebut-nyebut nama tokoh-tokoh tashawwuf seperti Abdulqadir Jailani Lahir di Jailan tahun 470 H, Suhrahwardi, Abu
Manshur Maturidi Wafat tahun 332 H dan Jalaludin al-Rumi Lahir tahun 604 H pengarang kitab Al-Matsani.
Metode da’wah mereka berpijak kepada tabligh dalam bentuk targhib memberi kabar gembira dan tarhib mengancam serta sentuhan-sentuhan emosi.
Mereka telah berhasil menarik banyak orang ke pangkuan iman. Terutama orang- orang yang tenggelam kelezatan dan dosa. Orang-orang tersebut diudah kedalam
kehidupan penuh ibadah, dzikir dan baca Qur’an. Jama’ah Tabligh selalu menjauhi pembicaraan masalah politik. Bahkan
anggita jama’ahnya dilarang keras terjun ke gelanggang politik. Setiap orang yang terjun ke politik mereka kecam. Barang kali inilah pokok perbedaan yang
mendasar antara Jama’ah Tabligh dengan Jama’ah Islamiyyah yang memandang perlu berkonfrontasi menentang musuh-musuh Islam di Anak Benua tersebut.
Mereka memperluas diri secara horizontal-kuantitatif. Tetapi mereka lemah dalam mencapai keunggulan kualitatif. Sebab mencapai keunggulan
Universitas Sumatera Utara
kualitatif memerlukan pemeliharaan dan ketekunan yang berkesinambungan. Inilah yang tidak di miliki Jama’ah Tabligh. Sebab, orang yang mereka da’wahi
hari ini belum tentu akan mereka jumpai sekali lagi. Malah tidak jarang orang yang telah mereka da’wahi kembali lagi kedalam kehidupan semula yang penuh
gemerlap dan kemewahan. Orang-orang yang mereka da’wahi tidak diikat dalam satu struktur
organisasi yang rapi. Ikatan lebih dititik beratkan kepada semacam kotak antar pribadi dengan da’I yang berlandaskan saling pengertian dan cinta kasih.
Dalam kontek penegakan hukum Islam dalam kehidupan nyata dan dalam menghadapi aliran-aliran berfikir yang telah mengerahkan segala potensi dan
kemampuan untuk merusak dan memerangi Islam dan ummatnya, gerakan mereka sama sekali tidak memadai.
Pengaruh da’wahnya lebih membekas secara jelas kepada para pengurus Masjid. Sedangkan kepada orang-orang yang sudah mempunyai pemikiran dan
idiolgi tertentu, hampir-hampir pengaruhnya tidak ada. Dapat juga dikatakan bahwa mereka mengambil Islam sebagian dan
meninggalkan sebagiannya. Memilah-milah hakikat Islam jelas bertentangan dengan watak Islam yang utuh.
2.4. Akar Pemikiran Dan Sifat Ideologinya