Penyelenggara jaminan sosial di PT. Jamsostek

BAB IV KEDUDUKAN PT. JAMSOSTEK SEBAGAI BADAN PENYELENGGARA

JAMINAN SOSIAL SETELAH ADANYA UU NO. 40 TAHUN 2004 TENTANG SJSN

A. Penyelenggara jaminan sosial di PT. Jamsostek

JAMSOSTEK dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan Universitas Sumatera Utara bukan dari belas kasihan orang lain Penyelenggaran program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. 119 pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial YDJS, diberlakukannya UU No.141969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Terbentuknya PT Jamsostek Persero mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No. 331947 jo UU No.21951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan PMP No. 481952 jo PMP No.81956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No. 151957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.51964 tentang 120 Mekanisme penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional pada UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional UU SJSN diantaranya meliputi perluasan kepesertaan, sinkronisasi penyelenggaraan jaminan sosial yang sudah ada dan harmonisasi program. Cakupan kepesertaan menurut UU SJSN menjadi diperluas, meliputi seluruh warga negara Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja paling sedikit 6 enam bulan di Indonesia. Untuk golongan pekerja, pemberi kerja secara bertahap wajib untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS dan membayar iuran berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu Sedangkan untuk fakir miskin 119 Ibid 120 http:www.jamsostek.co.idcontentnews.php?id=1132 diakses 15 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara dan orang yang tidak mampu, Pemerintah mendaftarkan mereka sebagai penerima bantuan iuran dan membayarkan iuran program jaminan sosial mereka kepada BPJS. Dengan mekanisme kepesertaan seperti ini, semua warga negara dari segala lapisan dapat merasakan manfaat dari penyelenggaraan sistem jaminan sosial ini. UU SJSN juga mengatur mengenai sinkronisasi penyelenggaraan jaminan sosial yang sudah ada, serta harmonisasi program-programnya. Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dilaksanakan meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua dan jaminan kematian. Program-program tersebut diselenggarakan oleh beberapa BPJS yang merupakan transformasi dari BPJS yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial. Sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional ini dilaksanakan oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional yang berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yang tercantum di dalam UU SJSN. 121 Manfaat diselenggarakannya Program JAMSOSTEK bagi tenaga kerja sangat dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih dibawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk pengobatan tanpa mengurangi jumlah upah yang diterimanya. 122 B. Peran dan Kedudukan PT. Jamsostek dalam pelaksanaan Sistem jaminan setelah adanya UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional 121 Darwan Prints, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 78 122 Ibid Universitas Sumatera Utara Sistem perlindungan jaminan sosial pada pekerja yang diselenggarakan oleh PT Jamsostek belum berjalan baik. Buktinya, dari 30,95 juta pekerja formal peserta Jamsostek hanya 9,12 juta yang menjadi peserta aktif , 21,83 juta peserta non aktif. Besaran iuran relatif kecil yaitu hanya 8,7 dari gaji pokok , terendah di kawasan Asean. Manfaat yang diterima peserta tergerus oleh laju inflasi dan kebijakan yang salah seperti lahirnya PP No 1 tahun 2009 tentang Jaminan Hari tua JHT yang dapat diambil oleh peserta terkena pemutusan hubungan kerja PHK dalam waktu satu bulan meski usianya belum 55 tahun. Selain itu tak berdayanya perusahaan pengelola dana buruh itu menghadapi praktik perusahaan daftar sebagian PDS baik jumlah tenaga kerja maupun program yang diikuti. Jumlah perusahaan yang non aktif juga sangat besar. Data yang dilansir PT Jamsostek, hingga September 2010 jumlah perusahaan yang aktif mendaftarkan pekerjanya mencapai 129.293 perusahaan dan yang non aktif 89.394 perusahaan. Jadi, hanya 39.899 perusahaan yang aktif membayar iuran pekerjanya. Sekitar 70 juta pekerja informal boleh di bilang nyaris tak tersentuh program Jamsostek,melihat begitu kecilnya jumlah peserta yang ikut dalam program Jamsostek.Kurang dari 1 juta orang pedagang bakso, tukang parkir, ojek, sopir angkutan umum, pengrajin, dan lain – lain terlindungi oleh program Jamsostek. Padahal untuk melindungi mereka pemerintah telah mengeluarkan Permenakertrans No.24 Tahun 2006 Ttentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Yang Melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja . Pekerja di sektor formal dan informal secara keseluruhan berjumlah 102,5 juta orang. 123 123 http:www.progresifjaya.comNewsPage.php?judul=PERANAN20JAMSOSTEK20D ALAM20PELAKSANAAN20SJSN202020202028II29kategori_tulisan=Opini diakses 15 Juni 2011 Universitas Sumatera Utara Sejumlah persoalan mendasar itu membuat PT Jamsostek sulit menjadi besar. Jika hal itu tidak dituntaskan oleh pemerintah,maka jangan bermimpi PT Jamsostek akan besar seperti Central Profident Fund CPE penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja di Singapura. Tak salah kita berkiblat meniru suksesnya CPE Singapura itu. Meski jumlah pesertanya tidak sebesar PT Jamsostek, namun perusahaan itu mampu menghimpun dana jauh lebih besar dari PT Jamsostek. Tahun 2010, aset PT Jamsostek telah menembus angka Rp100 triliun. Na¬mun, jumlahnya masih jauh dibading¬kan aku¬mulasi dana CPF yang ditaksir lebih dari Rp 700 triliun. Padahal jumlah penduduk negara pulau itu hanya separuh dari peserta aktif PT Jamsostek. Jangankan bisa menghimpun dana besar yang bisa jadi kekuatan menggerakan perekonomian nasional seperti dilakukan CPF itu, peraturan pemerintah yang mempersingkat pencairan dana JHT bagi pekerja terkena PHKbisa menjadi”bom waktu” bagi perserta dan membonsai badan penyelenggaranya. Pekerja ter-PHK disuruh mengambil uangnya sendiri,bukannya didorong supaya dananya berkembang. Padahal JHT dimaksudkan untuk dimanfaatkan saat tua pensiun.Dengan ketentuan itu maka pekerja tak punya masa depan. “Bom waktu” yang ditimbulkan kebijakan ini adalah, terjadi proses pemiskinan pada pekerja di masa tuanya. Penarikan dini dana JHT itu membuat pengumpulan dana besar dalam jangka panjang tidak akan terjadi. Hingga September 2010 ini saja PT Jamsostek mengeluarkan dana Rp 4,492 triliun untuk menbayar Jaminan Hari Tua JHT. Pada awal ketentuan itu dikeluarkan pada 2009 pembayaran JHT mencapai Rp 6 triliun,melonjak 50 dibanding tahun 2008. Maka keadaan PT Jamsostek tetap tumbuh sehat , indah dipandang dan selalu dilirik, tetapi tetap kecil bak pohon bonsai. Harus diakui pula PT Jamsostek terus berupaya meningkatkan kepesertaan dan manfaat bagi pesertanya. Pada tahun 2010 ini ditargetkan ada penambahan Universitas Sumatera Utara kepesertaan tenaga kerja sebanyak 2.794.665. Hingga Oktober lalu, menurut Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek A. Ansyori,dihubungi di ruang kerjanya, pekan lalu, telah tercapai 98. Target penambahan kepesertaan perusahaan hingga September 2010 telah mencapai 18.102 perusahaan dari target 23.166 perusahaan. PT Jamsostek,tahun 2011 akan meningkatkan penambahan kepesertaan pekerja menjadi 2,9 juta orang dan penambahan peserta perusahaan sebanyak 26.125 perusahaan. Patut diberikan apresiasi yang tinggi pada manajemen yang berupaya keras memperluas perlindungan pada pekerja baik formal maupun yang ada disektor informal. Namun langkah itu harus diikuti upaya memperkecil peserta non aktif. Meski hal itu cukup berat karena terkait dengan regulasi diluar jangkauan PT Jamsostek seperti praktek outsourcing yang ditenggerai mempunyai andil besar terhadap besarnya jumlah peserta non aktif. Sejumlah langkah dapat dilakukan antara lain menghapus ketentuan denda bagi perusahaan yang beroperasi kembali setelah tutup karena alasan tertentu,sehingga pekerjanya bisa melanjutkan kembali kepesertaannya. PT Jamsostek juga harus berani mengajukan pada pemerintah untuk mencabut PP 12009. Lokomotif Pelaksana SJSN Dengan akan diterapkannya UU No.40 Tahun 2004 dan akan lahirnya UU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS pada 2011 diharapkan persoalan mendasar yang dihadapi PT Jamsostek itu akan berkurang. SDM Jamsostek telah siap lahir batin, menjadi leading company sebagai salah satu BPJS, PT Jamsostek diharapkan menjadi lokomotif pelaksanaan UU SJSN. Kesiapan PT Jamsostek itu didasarkan setidaknya lima hal. Pertama, pengalaman menyelenggarakan dan mengadministrasikan sistem jaminan sosial lebih dari 32 tahun. Kedua, pengalaman operasional dengan kepesertaan yang heterogen,baik perusahaan maupun tenaga kerja. Ketiga, sistem on-line dalam rangka kemudahan layanan pada stakeholder.Keempat,kelengkapan infrastruktur seperti Universitas Sumatera Utara Kantor Wilayah dan kantor Cabang; dan kelima, diterimanya beberapa penghargaan dari lembaga dan instansi sebagai parameter pengakuan tentang keberadaan Jamsostek selama ini. Beberapa tahun sebelum ini PT Jamsostek mempersiapkan diri menjadi BPJS. Pada tahun buku 2007 PT Jamsostek tidak lagi menyetor deviden pada pemerintah dan mengembalikan labanya itu pada peserta melalui pengembangan dana jaminan hari tua, cadangan umum dan kegiatan lainnya. Dalam kaitan ini PT Jamsostek telah mempersiapkan diri menjadi BPJS yang bersifat nirlaba.UU SJSN mensyaratkan BPJS bersifat nirlaba. Selain itu, BUMN itu juga telah mulai memperluas cakupan manfaat. Informasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan, saat ini tengah dibahas beberapa Rancangan Peraturan Pemerintah RPP terkait dengan peningkatan manfaat program jaminan sosial tenaga kerja. Kedepan,operasi jantung dan cuci darah akan dimasukan dalam layanan pemeliharaan kesehatan. SJSN mengisyaratkan baik cakupan kepesertaan, manfaat maupun jenis program Jaminan Sosial yang dinikmati rakyat harus ditingkatkan dan diperluas, sehingga suatu saat, seluruh rakyat Indonesia tercakup dalam program Jaminan Sosial, sebagaimana termaktub dalam UU No 402004, yaitu Jaminan Kesehatan JK, SJaminan Kecelakaan Kerja JKK, Jaminan Hari Tua JHT, Jaminan Pensiun JP, dan Jaminan Kematian JKM. 124 Untuk meningkatkan manfaat bagi peserta, PT Jamsostek juga tengah melakukan inovasi antara lain menjalin kerjasama dengan jaringan toko swamitra dan stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU. Langkah ini boleh dibilang sebagai upaya meningkatkan kemampuan PT Jamsostek mengantisipasi perkembangan 124 Djojodibroto, Darmanto, Kesehatan Kerja di Perusahaan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999 , hal 77 Universitas Sumatera Utara program jaminan sosial. Semestinya upaya itu juga diikuti penguatan kelembagaan yaitu beberapa ketentuan yang mesti diputuskan melalui PP atau Keputusan Menteri, terkait peningkatan manfaat , diserahkan saja pada direksi PT Jamsostek untuk mengambil keputusan. Implementasi revitalisasi Pengawasan Masalah penegakan hukum merupakan hal yang dikeluhkan selama ini dalam pelaksanaan UU 3 Tahun 1992. Lemahnya pengawasan oleh Pengawas Pegawai Negeri Sipil PPNS pada perusahaan – perusahaan dituding sebagai salah satu penyebab rendahnya kepatuhan perusahaan menjalankan UU Tentang Jamsostek.

C. Tanggungjawab PT. Jamsostek dalam penyelenggara Jaminan Sosial

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)

1 50 107

Respon Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Mandiri Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Lukas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan

5 95 150

Kajian Hukum Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PT. Indonesia Asahan Aluminium ( PT. INALUM) (Studi pada PT. Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung, Batubara)

11 167 145

Peran Pengawas Ketenagakerjaan Dalam Mengawasi Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

9 75 86

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Pekerja Di Luar Hubungan Kerja (Jamsos TK-LHK) oleh PT.Jamsostek cabang Tanjung Morawa Medan, Tahun 2010

0 60 94

Reformasi Sitem Jaminan Sosial Sebagai Upaya Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Studi Kasus: Implementasi Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional)

4 61 133

Implementasi Jaminan Sosial Tenaga Kerja Dan Kesejahteraan Keluarga Karyawan PT Asam Jawa Medan

0 57 19

Tinjauan Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Bagi Pekerja PT. Sihitang Raya Baru Padangsidempuan Tahun 2004-2008

0 50 96

PERLINDUNGAN TERHADAP TENAGA KERJA PESERTA JAMSOSTEK BERDASARKAN UU NO. 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DIKAITKAN DENGAN UU NO. 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMSOSTEK.

0 0 2

INSURANCE FRAUD BADAN PENYELENGGARA JAMI

0 0 9