o. Terhindari kepesertaan ganda dan memudahkan penanganan penduduk yang
pindah portabilitas. Diperlukan nomor jaminan sosial social security member.
2. Beberapa badan penyelenggara jaminan sosial nasional dalam satu undang-
undang: a.
Masih terjaga keseragaman mekanisme dan penyelenggaraan b.
Secara teknis tidak banyak gejolak dari badan penyelenggara atau pihak lain yang terkait
c. Mempunyai pool yang tetap besar apabila jumlah badan penyelenggara tetap
seperti sekarang d.
Dapat tercipta virtual competition apabila tetap berada di bawah satu DJSN. e.
Mengakomodir kepentingan kelompok yang khusus seperti TNI-Polri f.
Tingkat kepuasan peserta akan lebih baik dibandingkan pilihan pertaman g.
Kurang menggambarkan kenasionalan jaminan social h.
Efisiensi penyelenggaraan lebih rendah dari pilihan pertama i.
Kemungkinan terjadi variasi pelayanan antara BP yang menimbulkan ketidakpuasan.
E. PT. Jamsostek sebagai Penyelenggara Jaminan Sosial
Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggun jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
Universitas Sumatera Utara
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
53
Jaminan Sosial Nasional tersebut perlu diatur agar bersifat wajib untuk seluruh tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal, baik yang berpendapat besar
maupun kecil sehingga dapat terwujud asas kegotongroyongan dan redistibusi pendapatan dari yang kayak ke yang miskin. Cakupan kepesertaan dilakukan secara
bertahap dimulai dari kelompok masyarakat yang mampu mengiur dan secara bertahap diupayakan menjangkau sampai pada kelompok masyarakat yang rentan dan
tidak mampu, dimana iuran sebagian atau sepenuhnya dibayarkan oleh pemerintah. Karena ada unsur wajib bagi semua pekerja tersebut maka diperlukan adanya undang-
undang untuk mengaturnya. Namun secara sukarela pekerja dapat mengikuti program Menurut undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, asuransi Sosial adalah suatu
mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta danatau
anggota keluarganya. Menurut Undang-undang nomor 2 Tahun 1992, Asuransi Sosial adalah
program asuransi yang diselenggarakan secara wajib berdasarkan suatu undang- undang dengan tujuan untuk memberikan perlindungan dasar bagi kesejahteraan
masyarakat. Karena Jaminan Sosial nasional tersebut diwujudkan melalui mekanisme asuransi maka manfaat yang akan diperoleh peserta tergantung pada besarnya iuran.
Manfaat yang diberikan harus cukup berarti sehingga mendorong kepesertaan yang lebih besar dari waktu ke waktu.
53
Purba, R. 1992. Memahami Asuransi Di Indonesia. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo, hal 23
Universitas Sumatera Utara
lain dengn kontribusi yang lebih besar dan memperoleh manfaat yang lebih banyak pula asuransi komersil.
54
Pengelolaan Jaminan Sosial Nasional menganut prinsip Wali Amanah, yang mewakili stakeholder dalam hal ini pesertapekerja, pemberi kerja, dan pemerintah.
Pengumpulan dan pengelola iuran perlu ditunjang oleh keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas dan efisiensi. Penyelenggaraan dilakukan non-for-profit. Pengertian
non.for-profit bukanlah berarti tidak perlu mengembangkan atau menginvestasikan dalam rangka menigkatkan akumulasi dana yang ada, tetapi hasil yang diperoleh
nantinya akan dikembalikan atau dimafaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta merupakan going concern asuransi sosial.
55
F. Pandangan Hukum tentang Kedudukan BPJS dalam Implementasi UU. No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Jaminan kesehatan yang mendapat prioritas untuk diselenggarakan untuk seluruh penduduk sebagaimana ditentukan dalam UU tentang SJSN guna memenuhi
hak konstitusional rakyat Indonesia untuk “mmperoleh pelayanan kesehatan” dan “jaminan sosial yang memugkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat”, “belum berjalan sebagaimana yang diharapkan”.
56
Akibatnya tentu, tanggung jawab Negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 34 ayat 2 UUD Negara RI tahun 1945, semakin jauh dari harapan. Padahal
54
Mulyana, Deden. 2000. Handout : Manajemen Resiko dan Asuransi. Tasikmalaya : FE Unsil, hal 49
55
M.Sitorus,Thoga. “Masih Banyak PekerjaBuruh Belum Tersentuh Program Jamsostek”. http:www.hariansib.com.htm
diakses 14 Juni 2011
56
Sekretariat PSMJAKI, Kerangka Acuan Diskusi Terbuka, hal 1
Universitas Sumatera Utara
apabila para petinggi di Republik ini secara serius, terarah dan terencana menangani berbagai perangkat yang diperlukan untuk implementasi undang-undang tentang
SJSN, waktu 5 tahun dalam ketentuan peralihan Undng-undang Tentang SJSN, untuk meyesuaikan semua ketentuan yang mengatur mengenai Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yang ada sekarang ini adalah cukup. Namun sayang, waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan secara efekif dan
efisien untuk mensinkronisasikan penyelenggaraan program jaminan sosial yang dilaksanakan selama ini dengan jiwa dan semangat UU SJSN.
57
Para penentu kebijakan malah terjebak dalam polemik yang berkepanjangan tanpa arah
penyelesaian yang jelas. Selain itu “syndrome last minute” telah menghinggapi mereka, sehingga pada saat-saat terakhir mencoba menyelesaikan “pekerjaan
rumah”yang sebetulnya jauh-jauh hari bisa dikerjakan dengan cermat, penuh pertimbangan untuk kepentingan bersama dan dengan agenda kerja yang terencana
dengan baik.
58
57
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 52 ayat 2
58
Ibid
Sebelum membicarakan kedudukan BPJS dalam SJSN, terlebih dahulu perlu diketahui apa yang dimaksud dengan BPJS, tugas dan kewajibannya sebagiamnan
diatur dalam UU tentang SJSN. Menurut Pasal 1angka 6 Undang-undang tentang SJSn yang dimaksud dengan BPJS adalah : Badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial. Kemudian dalam Pasal 5 ditentukan bahwa BPJS harus dibentuk dengan Undang-undang. Dari kedua ketentuan tersebut
dapat disimpulkan bahwa BPJS adalah Badan Hukum yang bersifat khusus. Tugas pokok BPJS sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang SJSN
adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Mengelola dana jaminan sosial untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan
pembiayaan operasional penyelenggaraan jaminan.
59
b. Menerima pendaftaran pemberi kerja dan pekerjanya sebagai peserta program
jaminan sosial, yang dilakukan secara bertahap oleh pemberi kerja.
60
c. Menerima pendaftaran penerima bantuan iuran sebagai peserta yang dilakukan
secara bertahap oleh Pemerintah.
61
d. Menerima pembayaran iuran secara berkala dari pemberi kerja dan Pemerintah.
62
e. Mengelola pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
63
Kewajiban BPJS sebagaimana diatur dalam Undang-undang SJSN adalah: a.
Memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarganya.
64
b. Memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada peserta untuk
mengikuti ketentuan yang berlaku.
65
c. Mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial secara optimal dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
66
d. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktek aktuaria yang lazim
dan berlaku umum.
67
Sebelum membahas kedudukan BPJS dalam implementasi UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN, terlebih dahulu perlu dikemukakan pengertian SJSN. Pasal
1 angka 2 Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 menentukan yang dimaksud dengan
59
Udang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Op.Cit, Pasal 1 angka 7
60
Ibid, Pasal 13 ayat 1
61
Ibid, Pasal 14 ayat 1
62
Ibid, Pasal 14 ayat 2 dan 4
63
Ibid, Pasal 49 ayat 1
64
Ibid, Pasal 15 ayat 1
65
Ibid, Pasal 15 ayat 2
66
Ibid, Pasal 47 ayat 1
67
Ibid, Pasal 20
Universitas Sumatera Utara
SJSN adalah “suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial”.
Pengertian SJSN seperti tersebut diatas menitikberatkan pada metode atau tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial, tidak menekankan pada suatu
keseluruhan atau satu unsur yang saling bergantung untuk mewujudkan tujuan.
68
Secara etimologi pengertian sistem selain sebagai metode, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah “perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas”. Pengertian yang senada mengenai sistem atau sistem yang merupakan kata benda dalam bahasa Inggris, dapat ditemukan dalam
Oxford English Refrence Dictionary, sebagai berikut: “Sistem 1a. a complex whole; set of connected things or parts”.
69
Secara teoritis, pengertian sistem menurut Tatang M. Amirin dapat digolongkan pada dua golongan pemakaian saja, yaitu yang menunjuk pada sesuatu
“entitas”, sesuatu wujud benda abstrak maupun konkrit, termasuk juga yang konseptual dan sebagai suatu metode atau ata cara”. Sistem dalam arti wujud
entitas bersifat preskriptif.
70
Kedudukan BPJS dalam implementasi UU SJSN yaitu sebagai salah satu bagian atau unsur atau sub sistem SJSN. BPJS merupakan sub sistem SJSN yang
tugas pokoknya adalah menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS menyelenggarakan fungsi :
71
a. Memungut dan menghimpun iuran menjadi Dana Jaminan Sosial
b. Mengelola dan mengembangkan Dana Jaminan Sosial
68
Ibid
69
Balai Pustaka, Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta, 2005, hal 107
70
Tatang M. Amirin, kumpulan pertauran pemerintah mengenai jaminan sosial tenaga kerja Jakarta, Graha Kencana, hal 39
71
Ibid
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan pembayaran manfaat program jaminan sosial kepada peserta.
Kedudukan BPJS dalam implementasi UU SJSN sangat penting, karena dari kinerja BPJS, baik buruknya penyelenggaraan program jaminan sosial secara
nyata dirasakan oleh para peserta. BPJS merupakan motor penggerak penyelenggaraan program jaminan sosial, berdasarkan prinsip-prinsip yang
ditentukan dalam UU SJSN. Pilar kelembagaan SJSN lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah :
Pemerintah dengan fungsi pokok sebagai regulator, DJSN dengan fungsi sebagai penentu kebijakan umum penyelenggaraan SJSN, dan Pemberi Kerja sebagai
pengumpul iuran dari pekerjanya dan menambah iuran sesuai ketentuan yang berlaku untuk dibayarkan kepada BPJS.
72
Dalam hal tertampung dalam pasal 52 ayat 1 UU tentang SJSN yang pada intinya menentukan bawa ke 4 Persero tersebut “tetap berlaku sepanjang belum
Dalam pertimbangannya Mahkamah Konstitusi antara lain menyatakan sebagai berikut:”terdapat rumusan yang saling bertentangan serta berpeluang
menimbulkan ketidakpastian reehtsonzekherheid karena pada ayat 1 dinyatakan bahwa BPJS harus dibentuk dengan Undang-undang, sementara pada ayat 3
dikatakan bahwa Persero Jamsostek, Persero Taspen, Persero ASABRI, dan Persero ASKES adalah BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat 1, padahal tidak semua
badan-badan tesebut dibentuk dengan Undang-undang”. Selanjutnya dikemukakan : “Mahkamah berpendapat bahwa ketentuan pasal 52 UU SJSN justru dibutuhkan untuk
mengisi kekosongan reehtsvacuum dan menjamin kepastian rechtszekerheid karena belum adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang memenuhi
persyaratan agar UU SJSN dapat dilasanakan”.
72
Ibid
Universitas Sumatera Utara
disesuaikan dengan ketentuan UU ini” kemudian dalam Pasal 52 ayat 2 ditentukan : “Semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat
1 disesuaikan dengan Undang-undang ini paling lambat 5 lima tahun sejak Undang-undang ini diundangkan”. BPJS mengelola dana amanat dan bersifat nirlaba.
Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya dan surplus anggaran akan
diamnfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Sebagai badan penyelenggara yang bersifat nirlaba BPJS berorientasi pada aktivitas pelayanan
kepada pesertastakeholders, sebagai dasar untuk perlakuan akuntansinya. Filosofi Persero sebagai badan usaha adalah mengejar keuntungan dan berorientasi kepada
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.
73
Bentuk badan hukum BPJS tidak secara tegas ditentukan dalam UU No. 40 Tahun 2004. UU No. 40 Tahun 2004 hanya menentukan BPJS mengelola dana
amanat dan bersifat nirlaba. BPJS tidak mengelola dana pemegang saham. BPJS mengelola dana amanat yang terkumpul dari iuran peserta dan merupakan titipan
kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya untuk kesejahteraan peserta. Oleh karena itu badan hukum BPJS adalah badan hukum khusus yang ditetapkan dalam UU BPJS
atau badan hukum Trust fund.
74
Masing-masing BPJS yang dibentuk berdasarkan UU BPJS masih menyelenggarkan program jaminan sosial seperti apa yang diselenggarakan oleh
Persero Jamsostek, Taspen, ASABRI dan Persero ASKES dengan pertimbangan praktis, efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan program jaminan sosial.
Peneyesuaian spesifikasi masing-masing program yang diselenggarakan oleh masing-
73
http:kebijakansosial.wordpress.com20100209jaminan-sosial-merupakan-tanggung- jawab-kita-semua
diakses 14 Juni 2011
74
Sony Yuwono, 2003, Petunjuk Praktis Penyusunan UU BPJS Organisasi Yang Berfokus Pada strategi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 58
Universitas Sumatera Utara
masing BPJS secara efektif akan terlaksana apabila peraturan UU No. 40 tahin 2004 yang berkaitan dengan masing-masing program jaminan sosial sudah ditetapkan.
75
BPJS sebagai badan hukum pengelola dana amanat yang bersifat nirlaba, bukan merupakan pesekutuan modal, karena iu dalam BPJS tidak ada pemegang
saham. UU No. 40 tahun 2004 tidak menentukan struktur organisasi BPJS. Karena itu dalam UU BPJS, struktur BPJS disesuaikan dengan kedudukan BPJS sebagai badan
hukum pengelola dana amanat yang bersifat nirlaba. Struktur organisasi BPJS terdiri dari rapat TahunanAkhir Masa Jabatan, Direksi dan Dewan Pengawas. Dalam UU
BPJS perlu diatur secara jelas pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing organ yang membenuk struktur BPJS dan mekanisme kerja dan
interaksi aktual diantara organ-organ tersebut.
76
Salah satu institusi yang penting dalam penyelenggaraan SJSN menurut UU No. 40 tahun 2004 adalah Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN. DJSN
bertanggung jawab kepada Presiden. Fungsinya adalah merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN dan berwenang melakukan monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial. Selain itu DJSN bertugas :
77
a. Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan
sosial b.
Mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial,dan c.
Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada Pemerintah.
Hubungan kerja dan mekanisme interaksi antara DJSN dengan BPJS perlu diatur secara jelas dalam UU BPJS. Peraturan perundang-undangan yang mengatur
75
Ibid
76
Ibid
77
Purwoko, Bambang, 2009, “Membangun sistem jaminan sosial yang insklusif”, Makalah disampaikan dalam acara kuliah umum pada Program Studi MKM FKMUI, Kampus Depok UI, pada
tanggal 29 Oktober 2009,
Universitas Sumatera Utara
tentang Persero di bidang jaminan sosial mengatur hubungan DJSN dengan Persero, karena DJSN memang merupakan instansi baru yang ditentukan dalam UU No. 40
tahun 2004. BPJS sebagaimana dikehendaki oleh UU tentang SJSN tampaknya belum akan
menjadi kenyataan sampai dengan berakhirnya masa peralihan yang ditentukan dalam Pasal 52 ayat 2 UU tentang SJSN. Apabila asumsi tersebut benar maka pembentuk
Undang-undang dianggap tidak mampu melaksanakan perintah Pasal 52 ayat 2 UU tentang SJSN.
Selain itu Jamsostek yang diberi hak untuk bertindak sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial guna mengisi kekosongan hukum, karena belum
adanya badan penyelenggara jaminan sosial yang memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilaksanakan, statusnya semakin mengembang.
Kondisi seperti ini tentu tidak bisa di biarkan berkepanjangan. Pembahasan RUU tentang BPJS perlu dilanjutkan oleh pemerintah baru hasil Pemilu 2009. Adalah
merupakan tantangan bagi Pemerintah hasil Pemilu 2009 untuk segera merampugkan, pembentukan UU tentang BPJS dan Peraturan pelaksana UU SJSN lainnya, agar hak
rakyat atas jaminan sosial sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi terpenuhi. Sumbangan pemikiran yang jernih dari para pakar dan stake holder termasuk
dari Diskusi Terbuka sekarang ini agar dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sehingga UU tentang BPJS yang dihasilkan nanti benar-
benar aspiratif, taat asas dan responsif dalam memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial dan memenuhi tanggung jawab Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI Tahun 1945.
78
78
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pembentuk Undang-undang harus membuka akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan RUU tentang BPJS, karena
RUU tersebut akan mengatur badan yang dipercaya untuk mengumpulkan, menghimpun, mengelola dan mengembangkan dana jaminan sosial milik seluruh
peserta untuk pembayaran manfaat kepada peserta.
79
A. Latar Belakang dan Kronologis Pembentukan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN di Indonesia
BAB III PERAN PT. JAMSOSTEK DALAM PENYELENGGARAAN SISTEM
JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Sangat jelas bahwa masyarakat menginginkan adanya suatu jaminan sosial terutama jaminan sosial dalam bentuk uang dan jaminan kesehatan. Namun demikian,
terdapat berbagai desakan untuk mempertajam dan memikirkan kembali beberapa
79
Ibid
Universitas Sumatera Utara