a. Untuk mengtahui bagaimana erotika media dalam program siaran ORGASME Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan di Visi
89.6 FM. b. Untuk mengetahui bagaimana makna tersirat, yang tampak secara nyata
dalam program siaran ORGASME.
I.4.2 Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian komunikasi khususnya penelitian analisis wacana.
b. Secara teoritis, peneliti dapat menerapakan ilmu yang didapat selama ini menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sekaligus menambah
khasanah wawasan mengenai media dan analisis wacana.
I.5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995:39.
Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalakan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6.
I.5.1. Analisis Wacana Kritis
Dalam Analisis Wacana Kritis critical Discourse analysisCDA, wacana disini tidak dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa di sini dianalisis bukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Artinya, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu
termasuk didalamnya praktek kekuasaan dalam melihat ketimpangan yang terjadi. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan
dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi- strategi didalamnya.
I.5.2. Model Teun A. van Dijk
Model ini sering disebut sebagai Kognisis sosial, menurut Van Dijk penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada analisis atas teks semata,
karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Perlu dilihat bagaimana sesuatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu
pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu Eriyanto,2001:222. Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa
yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu praktek diskursus. Van Dijk tidak hanya membongkar teks semata, tapi ia melihat bagaimana struktur sosial,
dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tersebut.
Wacana oleh van Dijk dibentuk oleh 3 dimensi: teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
I.5.3. Radio
Radio siaran mendapat julukan ‘kekuasan kelima’ atau The fifth estate, setelah pers dianggap sebagai ‘kekuasaan keempat’ dan tiga lembaga lainnya
Universitas Sumatera Utara
adalah eksekutif, legislative, dan yudikatif. Ada 3 faktor yang mendukung mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima , yaitu :
a. Radio siaran bersifat langsung Makna langsung sebagai sifat radio siaran ialah bahwa suatu pesan yang
akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit. b. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan
Bagi radio tidak ada jarak dan waktu; begitu suatu pesan diucapkan oleh seorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh
khalayak. Bagi radio tidak apa pula jarak ruang, bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju, radio dapat mencapainya.
c. Radio siaran memiliki daya tarik terdapat 3 unsur yang menjadi daya tarik radio siaran, yaitu :
- kata-kata lisan spoken words - musik music
- efek suara sound effect Dengan dihiasi musik dan didukung efek suara, seperti suara binatang,
hujan atau badai, mobil atau pesawat, dan lain-lain, suatu acara yang disajikan radio menjadi hidup.
Berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, pribadi, aktif dan selektif, itu harus dipergunakan :
- kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - kata-kata yang tidak melanggar kesopanan
- kata-kata yang mengesankan - penggulangan kata-kata yang penting
- susunan kalimat yang logis , Onong,1983:93
Universitas Sumatera Utara
Radio sebagai salah satu lembaga penyiaran di Indonesia merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial,
budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,pendidikan, hiburan, serta
kontrol sosial dan perekat sosial. Perlu ada aturan juga yang mengatur dan mengawasi lembaga penyiaran yang ada, sehingga Undang-undang No.32 Tahun
32 mengatur Hal-hal penyiaran yang ada di Indonesia. Dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 terdiri dari 64 Pasal. Secara umumnya, dalam UU Tentang
Penyiaran ini mengatakan bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak , maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral , tata susilah
budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa.
I.5.4. Talkshow