Erotika Media dan Program Siaran ORGASME (Studi Analisis Wacana Tentang Erotika Media dan Program Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) Di VISI 89,6 FM)

(1)

EROTIKA MEDIA DAN PROGRAM SIARAN ORGASME

(Studi Analisis Wacana Tentang Erotika Media dan Program Siaran

ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) Di

VISI 89,6 FM)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan menyelesaikan Pendidikan

Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh :

NOVA LIDYA

040904061

ILMU KOMUNIKASI

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Nova Lidya

NIM : 040904061 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Erotika Media dan Program Siaran ORGASME

(Studi Analisis Wacana Tentang Erotika Media dan Program Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) Di VISI 89,6 FM)

Medan, Mei 2008

Dosen Pembimbing Kepala Departemen

Drs.Syafruddin Pohan,Msi Drs. Amir Purba, MA

NIP. 050 058 861 NIP. 131 654 104

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA


(3)

BIODATA

Nama : NOVA LIDYA

N.I.M : 040904061

Tempat/ tanggal lahir : Jakarta, 05 Februari 1987

Anak : Tunggal

Alamat : Jl. Bakti Indah V No.67,Perumahan Tata Asri Gaperta Medan 20125

RIWAYAT PENDIDIKAN:

2004 – 2008 Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU 2001 – 2004 Sekolah Menengah Atas Swasta Budi Murni I Medan

1998 – 2001 Sekolah Menengah Pertama Swasta Perguruan Advent Timika, Papua

1992 – 1998 Sekolah Dasar Swasta Perguruan Advent Rawamangun Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI:

Sekretaris Kongres Pemuda Sumatera Kawasan Utara Tahun 2008 Bendahara Ikatan Mahasiswa Advent Medan (IMAM) Tahun 2007-2008 Bendahara Ikatan Mahasiswa Advent Medan (IMAM) Tahun 2006-2007 Panitia First IMAM Annual Diary Tahun 2006


(4)

PENGALAMAN KERJA:

Praktek Kerja Lapangan Public Relations di PT.SMILE INDONESIA, Jakarta Tahun 2007


(5)

Abstraksi .

Penelitian ini berjudul “Erotika Media dan Program Siaran ORGASME ” (Analisis Wacana Mengenai Erotika Media dan Program Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) di VISI 89,6 FM). Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membedah bagaimana erotika media ditampilkan dalam program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan).

Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) memberikan begitu banyak pengetahuan seputar seks kepada pendengarnya, dan topik-topik yang dibahas pun merupakan fenomena penyimpangan seks dan berbagai pembahasan yang sudah tidak tabu untuk dibahas dengan bentuk talkshow di media radio ini.

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan model pendekatan Teun A. van Dijk yang meneliti pada level teks. Dimensi teks akan dianalisis dengan elemen wacana seperti tematik, skematik, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, pranggapan, grafis dan metafora.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga rekaman talkshow program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) selama bulan Maret 2008. Hasil penelitian ini menemukan bahwa isi teks dalam wacana siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) terdapat erotika media dalam penggunaan bahasa atau pemilihan katanya dan gaya bahasa yang digunakan. Gaya bahasa dan pemilihan kata yang digunakan merupakan stimulus yang dapat menimbulkan gairah dan imajinasi seksual terhadap pendengarnya. Selain itu, terdapat juga penyimpangan tujuan awal dari program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan).

Tujuan dari acara ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini adalah sebagai sarana pendidikan seks. Tetapi peneliti menemukan bahwa dari gaya bahasa dan pemilihan kata-kata yang digunakan menunjukan acara ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini tidak pantas disebut sebagai sarana pendidikan seks, melainkan sebagai sarana pengetahuan seks bagi anak muda di kota Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya yang berkelimpahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Erotika Media dan Program Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan)”. Adapun skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dari Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orangtua peneliti yakni Ayahanda Sutan Silalahi dan Ibunda Rolandia Sihombing yang selalu ada di rumah untuk membimbing dan memberikan semangat, cinta dan kasih sayangnya. Terima kasih telah selalu mendoakan peneliti dalam setiap kesempatan dan yang selalu berharap bahwa peneliti nantinya akan menjadi manusia yang berguna di masa yang akan datang.


(7)

Tidak lupa pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, Msi selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak membantu memotivasi dan membimbing peneliti selama penulisan skripsi ini. Terima kasih sedalam-dalamnya atas waktu, nasehat dan pemikiran yang telah diberikan kepada peneliti.

4. Ibu Dra. Lusiana A.Lubis,MA selaku dosen wali yang telah banyak membimbing peneliti selama perkuliahan.

5. Bapak/ Ibu dosen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada umumnya yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Kak Icut, Kak Ros, Maya, Rotua dan seluruh staf yang ada di Departemen Ilmu Komunikasi yang membantu peneliti dalam hal administrasi selama ini.

7. Teman-teman dekat seperjuangan peneliti : Yoyo, J’c, Ndank, Noe, dan Selly. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas pertemanan kita selama hampir 4 tahun ini. Terima kasih karena selalu ada buat peneliti, selalu memberikan canda tawa yang khas dan yang memberikan semangat ketika


(8)

peneliti merasa duka. Terima kasih telah memberikan banyak hal yang membuat peneliti menjadi lebih dewasa dan berpikir maju ke depan .Semoga pertemanan kita selalu ada meskipun jarak akan memisahkan kita nantinya.

8. Teman-teman Kom ’04 yang selalu mau memberikan informasi-informasi penting dan selalu mau berteman dengan peneliti terutama kepada Putriana S . Terima kasih telah mau membantu peneliti.

9. Terima Kasih kepada Yusuf Gandhi Putra yang sudah menyemangati dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Semua pihak yang turut membantu kelancaran penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan dapat memperluas pemikiran di masa yang akan datang. Terima kasih.

Medan, Mei 2008 Peneliti


(9)

Daftar Isi

Lembar Persetujuan

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 8

I.3 Pembatasan Masalah ... 8

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

I.4.2 Manfaat Penelitian... 9

I.5 Kerangka Teori ... 9

I.5.1 Analisis Wacana Kritis ... 9

I.5.2 Model Teun A. Van Dijk ... 10

I.5.3 Radio... 10

I.5.4 Talkshow... 12

I.5.5 Erotika Media Massa ... 13

I.6 Kerangka Konsep ... 14

I.7 Operasional Konsep ... 15


(10)

II.1. Paradigma Kritis ... 18

II.1.1 Analisis Wacana Kritis ... 20

II.2. Model Teun A. Van Dijk ... 24

II.3. Komunikasi Massa ... 29

II.3.1. Talkshow ... 32

II.4. Radio ... 34

II.5. Erotika Media Massa ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

III.1.1 Sejarah Singkat Radio VISI FM Medan ... 45

III.1.2. Karakteristik Radio VISI FM Medan ... 46

III.1.3. Program Siaran VISI FM Medan ... 47

III.2. Metode Penelitian ... 50

III.3. Subjek Penelitian ... 51

III.4.Unit dan Tingkat Analisis ... 52

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 53

III.6. Metode Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 55

IV.1. Analisis Teks ... 55

IV.1.1. Analisis Teks Talkshow Siaran Orgasme Rekaman Pertama 55 IV.1.2. Analisis Teks Talkshow Siaran Orgasme Rekaman Kedua . 68 IV.1.2. Analisis Teks Talkshow Siaran Orgasme Rekaman Ketiga 78 IV.2. Diskusi dan Pembahasan ... 96

IV.2.1. Siaran Orgasme dan Erotika Media ... 97

IV.2.2. Makna Tersirat dalam Siaran Orgasme ... 99


(11)

BAB V PENUTUP ... 104

V.1 Kesimpulan ... 104

V.2 Saran ... 105

Daftar Pustaka ... 106 Lampiran


(12)

Daftar Tabel

Tabel III.1 Subjek Penelitian ... 52

Tabel III.2 Struktur Teks ... 52

Tabel III.3 Struktur Wacana Teun A. van Dijk ... 53

Tabel IV.1 Rekaman Pertama Siaran Orgasme ... 87

Tabel IV.2 Rekaman Kedua Siaran Orgasme ... 90


(13)

Abstraksi .

Penelitian ini berjudul “Erotika Media dan Program Siaran ORGASME ” (Analisis Wacana Mengenai Erotika Media dan Program Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) di VISI 89,6 FM). Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membedah bagaimana erotika media ditampilkan dalam program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan).

Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) memberikan begitu banyak pengetahuan seputar seks kepada pendengarnya, dan topik-topik yang dibahas pun merupakan fenomena penyimpangan seks dan berbagai pembahasan yang sudah tidak tabu untuk dibahas dengan bentuk talkshow di media radio ini.

Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dengan model pendekatan Teun A. van Dijk yang meneliti pada level teks. Dimensi teks akan dianalisis dengan elemen wacana seperti tematik, skematik, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, pranggapan, grafis dan metafora.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga rekaman talkshow program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) selama bulan Maret 2008. Hasil penelitian ini menemukan bahwa isi teks dalam wacana siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) terdapat erotika media dalam penggunaan bahasa atau pemilihan katanya dan gaya bahasa yang digunakan. Gaya bahasa dan pemilihan kata yang digunakan merupakan stimulus yang dapat menimbulkan gairah dan imajinasi seksual terhadap pendengarnya. Selain itu, terdapat juga penyimpangan tujuan awal dari program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan).

Tujuan dari acara ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini adalah sebagai sarana pendidikan seks. Tetapi peneliti menemukan bahwa dari gaya bahasa dan pemilihan kata-kata yang digunakan menunjukan acara ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini tidak pantas disebut sebagai sarana pendidikan seks, melainkan sebagai sarana pengetahuan seks bagi anak muda di kota Medan.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Media dan masyarakat adalah dua bagian yang tidak dapat terpisahkan, karena media tumbuh dan berkembang seiring dengan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi. Pertumbuhan media dewasa ini sangt cepat, hal ini juga disertai dengan kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat dan akurat. Media cetak, elektronik dan media online telah memiliki tempat tersendiri di hati penggunanya, karena masing-masing media tersebut memiliki keunggulan tersendiri dalam memberikan dan menyajikan informasi pada khalayaknya.

Media masssa adalah sarana komunikasi dan informasi yang berperan untuk melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses masyarakat secara masal pula. Informasi massal adalah informasi yang ditujukan untuk masyarakat secara menyeluruh bukan hanya diperuntukkan untuk pribadi tertentu saja.

Khalayak juga memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis dari mengkonsumsi media massa. Manusia tidak saja perlu untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, namun ia juga harus memenuhi kebutuhan rohaninya, jiwanya. Kebutuhan ini dapat terpuaskan dengan adanya media massa. Media massa memenuhi kebutuhan tersebut dengan sajian yang menurut media yang bersangkutan dapat dinikmati dan memiliki nilai estetika.


(15)

Radio khususnya merupakan media yang pada saat ini juga banyak diminati berbagai kalangan usia, pendidikan dan kelas sosial. Keunggulan radio siaran dari media lain adalah sifatnya yang santai. Komunikan yang menikmati acara atau program siaran radio ini bisa sambil makan, tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian dengan media massa lainnya. penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang non-verbal yang dipergunakan jumlahnya sangat minim.

Karena sifatnya auditif, untuk didengarkan lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk acara yang menarik. Acara yang menarik itu guna untuk menarik para khalayak sasaran, karena banyaknya juga kompetitor-kompetitor lainnya yang sedang merebut hati para pendengar radio. Agar program siaran radio itu menarik tidak hanya siaran kata saja yang disampaikan tetapi siaran seni suara juga. Siaran kata hanya terdiri dari kata-kata yang disampaikan oleh penyiar di radio dan siaran seni suara merupakan segala bentuk kesenian yang pokok isinya dilukiskan dengan musik.

Radio siaran yang mendapat julukan ‘kekuasaan kelima’ atau The fifth

estate tidak hanya memiliki fungsi untuk pemberian informasi dan menghibur

saja, tetapi radio siaran juga sebagai sarana pendidikan juga (Onong,1992:107). Berdasarkan fungsi-fungsi media massa yang ada, maka dapat dikatakan pula bahwa media massa memiliki peran di dalam menciptakan apa yang disebut dengan daya tarik seks (sex appeal). Mengenai hal ini dapat diasumsikan bahwa fungsi media massa sebagai salah satu sarana pembangkit gairah seks adalah fungsi yang paling dapat menjelaskan mengapa media massa dipandang berperan


(16)

di dalam menciptakan apa yang berkaitan dengan seks. Entah itu standarisasi daya tarik seks yang perlu dimiliki seseorang, apa yang perlu dilakukan untuk mendapat daya tarik seks yang tinggi, apa yang akan didapat dengan memiliki daya tarik seks tertentu, dan sebagainya.

Seks adalah topik pembicaraan yang paling menarik untuk dibahas. Selain tidak bosannya untuk dibahas hingga pada saat ini, seks juga tidak tabu untuk dibicarakan dengan bebasnya. Informasi mengenai masalah seks dapat dengan mudah kita akses, baik di media cetak, elektronik maupun media online. Tetapi , pembahasan mengenai seks di Radio tidak banyak kita dapatkan pada saat ini. ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) merupakan suatu program atau acara siaran radio di VISI 89.6 FM yang membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Seks. Tujuan awal dibuatnya acara ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini adalah memberikan pendidikan seks kepada para pendengar. Acara ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) yang dipandu oleh 2 penyiar ini ternyata banyak menarik minat para pendengar radio di kota Medan, tidak hanya orang dewasa yang mendengarnya tetapi remaja yang masih duduk dibangku sekolah pun ikut mendengarnya. Hal ini dapat peneliti ketahui dikarenakan program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini dibuat berupa Talkshow tidak hanya pembahasan yang dilakukan oleh penyiar itu saja. Ada perbincangan dan diskusi dari penyiar dan pendengar yang menghubungi para penyiar secara on air.

Setiap minggunya program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini membahas satu topik yang menjadi fenomena di


(17)

masyarakat luas, khususnya di kalangan remaja. Talkshow atau program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini disiarkan setiap hari Kamis pukul 22.00 – 23.00 WID di Visi 89.6 FM. Topik yang menjadi pembahasan pada program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini diangkat daru kasus-kasus yang terjadi disekitar kita. Tanpa kita sadari budaya Indonesia sekarang sudah melenceng menjadi budaya Barat yang begitu bebasnya. Tetapi bukan itu yang peneliti ingin bahas, tetapi yang peneliti ingin teliti adalah program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) yang penyampaian pesan dan informasinya disampaikan semenarik mungkin sehingga bahasa verbal maupun non verbal yang digunakan pun banyak yang melanggar aturan dan norma-norma karena keerotisan bahasanya.

Walaupun pers di Indonesia sudah mengalami kebebasan tetapi tidak lepas dari aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di negara kita ini. Bebas berekspresi dalam menyampaikan informasi sehingga kata-kata atau produksi teks yang disampaikan dapat menimbulkan keerotisan media. Erotika media massa banyak kita jumpai dimana saja, baik di surat kabar, majalah, televisi, radio, telepon, internet, dan lain sebagainya. Padahal, pemerintah telah membuat atura-aturan agar tidak terjadi eksploitasi seksualitas dan erotika.

Topik atau teks yang digunakan oleh penyiar pada program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) ini terlalu vulgar dan menimbulkan erotika media. Pemiihan kata-kata, kemasan kalimat yang gunakan ternyata malah tidak mendidik para pendengar program siaran tersebut. Dimana tujuan awal didirikan program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar


(18)

Seks yang Menggairahkan) ini adalah untuk mendidik generasi muda dimana sasaran khalayak pendengar radio VISI 89.6 FM ini adalah kawula muda kota Medan, tetapi peneliti melihat penyajiannya tidak mendidik tetapi hanya untuk pembahasan seru-seruan saja.

Kalau memang mendidik, seharusnya pakar pendidikan seks dihadirkan setiap talkshow itu disirakan. Lalu, bahasa yang digunakan pun pasti akan lebih halus dan tidak menggunakan bahasa yang “Jorok”. Kata-kata yang digunakan terlalu vulgar dan talkshow yang disiarkan pun di produksi secara tidak mendidik dan menimbulkan erotika media massa. Selain itu, dengan bahasa dan penyampaian yang begitu seronok, jam penayangan program ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan) tersebut masih tergolong prime time. Dimana pada pukul 22.00-23.00 WIB masih banyak anak-anak sekolah atau anak-anak yang dibwah umur yang mendengarkan program tersebut. Sehingga, dengan kata-kata dan penyampaian informasi seks yang tidak mendidik itu malah dapat menimbulkan efek negatif kepada mereka.

Beberapa topik yang pernah dibawakan dan dibahas dalam program ORGASME ini yaitu; masturbasi, malam pertama, ngelamun jorok, titik rangsangan, petting, phonesex, sex in the car, threesome, oral sex, air liur, penyakit kelamin, payudara, Mr.Happy, dan lain sebagainya. Tidak heran, begitu besar antusias para pendengar mengikuti diskusi program ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) ini. Peneliti dapat mengetahuinya dari banyaknya pendengar yang mengirim sms ke VISI 89.6 FM, walaupun hanya sekedar bertanya seperti; “Apakah orang yang sering melakukan masturbasi


(19)

bagaimana caranya pacar saya dapat terangsang?”. Salah satu topik yang tidak mendidik menurut peneliti dan ternyata menimbulkan efek negati kepada pendengarnya adalah topik Phonesex, dimana talkshow yang begitu santai dan disertai tawa dari kedua penyiar lalu teks atau kata-kata yang vulgar dan porno disertai juga dengan desahan-desahan kedua penyiar. Dalam topik tersebut, membahas bagaimana melakukan seks lewat telepon. Ternyata lewat telepon pun kita bisa melakukan kegiatan seks, dan dalam program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) ini malah mengajarkan untuk melakukan phonesex bersama pasangannya. Dan minggu depannya, ada salah seorang pendengar setia program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) ini bercerita secara on air bahwa ia setelah mendengar pembahasan minggu lalu mengenai Phonesex, ia tertarik dan akhirnya mempraktekkannya dengan pasangannya.

Ada juga contoh kata-kata yang pernah dilontarkan oleh sang penyiar pada tanggal 13 Desember 2007 dengan topik pembahasan “Malam Pertama”, yaitu :

“daripada kita kawin tanpa cinta, lebih enak seks aja!”

bertanya kepada salah satu penelepon : “ Ucok (Mr.Happy) apa kabarnya?”

“Sabrina ini kan yang ngajak aku ML (Making Love) kemaren” (Sambil

membaca sms dari Sabrina)

“baca donk smsnya, aku mau tahu bagaimana cara keperawanannya hilang”


(20)

Dan pada acara siaran ORGASME pada tanggal 17 Januari 2008 dengan topik pembahasan “Air Liur”, ada juga beberapa kata-kata yang vulgar ,yaitu:

“ rasa air liur itu enak , klo ciuman itu pake fantasi yang enak”

“Klo kamu terujung banget mungkin kondom sangat membantu untuk menghindari penyakit kelamin”

“Kamu mau gak nyium bibir cewek lain?”

“gimana pandangan kamu tentang air liur pas ciuman?”

“Loh…belum dimasukin koq udah capek cha?” (bertanya pada penelepon)

“Hmmm….hmmmm….ahhhhh…(desahan)…koq udah capek ?! kan belom digoyang”

“ Mutiara di (Maaf) penis itu bukan untuk menambah kebesaran tetapi

untuk menambah sensasi dalam bercinta”

Hal ini jelas membuktikan bahwa teks dan penyajiannya ternyata dapat mempengaruhi seseorang. Seharusnya, para pekerja media khususnya radio harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata dan cara penyajiannya dalam menyampaikan informasi. Jangan sampai, kita sebagai pekerja media melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mengenai eksploitasi seksualiatas dan erotika media massa. Dan jangan mempertontonkan dan menjual pornografi dan pornoaksi demi keuntungan saja tetapi pada akhirnya malah membuat moral bangsa kita semakin terpuruk.

Dari permasalahan itulah, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana erotika media dan program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) di Visi 89.6 FM.


(21)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakanng masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah erotika media ditampilkan dalam program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) di Visi 89,6 FM?”

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas.

a. Penelitian ini hanya dilakukan pada program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) di Visi 89.6 FM.

b. Penelitian ini dilakukan pada program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) yang disiarkan bulan Maret 2008. c. Penelitian ini dilakukan pada program siaran ORGASME (Obrolan Segar

Seputar Seks Yang Menggairahkan) minimal 2 kali tayangan.

d. Penelitian ini menggunakan analisi wacana kritis dan focus penelitian hanya pada level teks saja.

I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1 Tujuan Penelitian


(22)

a. Untuk mengtahui bagaimana erotika media dalam program siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan) di Visi 89.6 FM.

b. Untuk mengetahui bagaimana makna tersirat, yang tampak secara nyata dalam program siaran ORGASME.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian komunikasi khususnya penelitian analisis wacana.

b. Secara teoritis, peneliti dapat menerapakan ilmu yang didapat selama ini menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sekaligus menambah khasanah wawasan mengenai media dan analisis wacana.

I.5. KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39).

Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalakan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

I.5.1. Analisis Wacana Kritis

Dalam Analisis Wacana Kritis (critical Discourse analysis/CDA), wacana disini tidak dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa di sini dianalisis bukan dengan


(23)

menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Artinya, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu termasuk didalamnya praktek kekuasaan dalam melihat ketimpangan yang terjadi. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya.

I.5.2. Model Teun A. van Dijk

Model ini sering disebut sebagai Kognisis sosial, menurut Van Dijk penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Perlu dilihat bagaimana sesuatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu (Eriyanto,2001:222).

Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu praktek diskursus. Van Dijk tidak hanya membongkar teks semata, tapi ia melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tersebut. Wacana oleh van Dijk dibentuk oleh 3 dimensi: teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

I.5.3. Radio

Radio siaran mendapat julukan ‘kekuasan kelima’ atau The fifth estate, setelah pers dianggap sebagai ‘kekuasaan keempat’ dan tiga lembaga lainnya


(24)

adalah eksekutif, legislative, dan yudikatif. Ada 3 faktor yang mendukung mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima , yaitu :

a. Radio siaran bersifat langsung

Makna langsung sebagai sifat radio siaran ialah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit.

b. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan

Bagi radio tidak ada jarak dan waktu; begitu suatu pesan diucapkan oleh seorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak apa pula jarak ruang, bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju, radio dapat mencapainya.

c. Radio siaran memiliki daya tarik

terdapat 3 unsur yang menjadi daya tarik radio siaran, yaitu : - kata-kata lisan (spokenwords)

- musik (music)

- efek suara (soundeffect)

Dengan dihiasi musik dan didukung efek suara, seperti suara binatang, hujan atau badai, mobil atau pesawat, dan lain-lain, suatu acara yang disajikan radio menjadi hidup.

Berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, pribadi, aktif dan selektif, itu harus dipergunakan :

- kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - kata-kata yang tidak melanggar kesopanan - kata-kata yang mengesankan

- penggulangan kata-kata yang penting


(25)

Radio sebagai salah satu lembaga penyiaran di Indonesia merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,pendidikan, hiburan, serta kontrol sosial dan perekat sosial. Perlu ada aturan juga yang mengatur dan mengawasi lembaga penyiaran yang ada, sehingga Undang-undang No.32 Tahun 32 mengatur Hal-hal penyiaran yang ada di Indonesia. Dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 terdiri dari 64 Pasal. Secara umumnya, dalam UU Tentang Penyiaran ini mengatakan bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak , maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral , tata susilah budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa.

I.5.4. Talkshow

Berbagai tayangan talkshow menghibur dan informatif belakangan ini telah menjadi tayangan atau program andalan media elektronik. Kehadirannya selalu ditunggu oleh pemirsa atau khalayak. Berbagai bentuk tayangan dimunculkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pemirsa radio, yang haus akan acara/program yang informatif, namun juga menghibur. Salah satu diantaranya tayangan yang informatif dan menghibur adalah talkshow. Saat ini, komposisi program talkshow termasuk yang terbesar.

Talkshow dikategorikan menjadi dua, yaitu yang sifatnya ringan dan

menghibur dan yang sifatnya formal dan serius. Namun secara umum, talkshow adalah program atau acara yang mengulas suatu permasalahan melalui


(26)

perbincangan, diskusi, wawancara dan interaksi dengan narasumber dan atau pemirsa, yang dipandu oleh moderator, tanpa kehadiran aktor yang memerankan karakter tertentu.

Talkshow yang sifatnya formal dan serius umumnya termasuk dalam

kategori berita, sementara talkshow yang sifatnya ringan dan menghibur termasuk dalam kategori informasi. Untuk kategori yang kedua ini, talkshow biasanya disampaikan dalam suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih narasumber untuk membahas topik yang sedang hangat. Topik-topik yang sifatnya ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin dari kepiawaian sang tuan rumah acara (host) alias moderator menghidupkan suasana dengan komentar-komentar atau ulah jahil yang memancing tawa.

I.5.5. Erotika Media Massa

Pendidikan seks memang penting buat remaja pada saat ini, tapi bagaimana jika pendidikan seks itu ditawarkan lewat media massa. Seharusnya, media massa pun dapat lebih berhati-hati dalam hal ini, jangan sembarangan mengatakan bahwa suatu acara atau suatu program bertujuan untuk mendidik bahkan untuk mengajak kepada khalayak untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, dan ternyata dari cara penyampaian dan bahasa yang dipergunakan tidak mencermikan hal tersebut.

Pertunjukan bicara (talkshow) televisi dan radio tentang seksualitas yang menjurus porno itu dilarang dan sebagai pekerja media haruslah berhati-hati. Disadari atau tidak, erotika adalah gairah saksual yang dibangkitkan dengan stimulus internal maupun eksternal. Sedangkan erotika melalui melalui media


(27)

massa adalah stimulus eksternal, dan stimulus eksternal ini yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini, media elektronik seperti radio dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pada para pendengar program siaran ORGASME tersebut.

Media massa dipandang sebagai media yang cukup kuat memberi pengaruh terhadap perkembangan seks seseorang. Entah itu merupakan pengaruh yang buruk atau pengaruh yang baik pada diri seseorang tersebut. Efek media itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apabila erotila di sebarluaskan melalui media massa, maka erotika it akan membentuk efek media terhadap pembaca atau pendengarnya. Maksudnya erotika ini akan menjadi stimulus. Dan stimulus ini akan menciptakan respons bagi individu pembaca atau pendengar yang distimulus oleh media massa itu (Bungin,2001:55-56).

I.6. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,1995:40). Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana dengan memakai model analisis Teun A Van Dijk.

Dalam analisisnya. Teun A Van Dijk memusatkan perhatiannya pada beberapa hal, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Yang peneliti ingin bahas hanya pada batas teks saja. Dimana teks terdiri dari beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung, dan dibagi ke dalm 3 tingkatan yaitu pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang dapat


(28)

diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Kedua, superstruktur merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Dan ketiga, struktur mikro merupakan makna local dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

I.7. OPERASIONAL KONSEP

a. Tematik

Gambaran umum dari suatu teks. Bisa disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Topik atau tema apa yang hendak disampaikan.

b. Skematik

Skema atau alur dari wacana. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Skema atau alur dari mulai pendahuluan/perkenalan, isi pembicaraan, dan penutup atau kesimpulan.

c. Latar

Merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantic (arti) yang ingin ditampilkan. Apa yang menjadi latar belakang atau peristiwa yang ditulis atau disampaikan. Dan latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan.

d. Detil

Dalam elemen wacana detil komunikator dapat menampilkan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan dalam jumlah sedikit kalau hal itu akan merugikan dirinya.


(29)

e. Maksud

Elemen maksud melihat informasi mana hendak disampaikan dengan jelas, kata-kata yang tegas guna mendapatkan makna yang diterima oleh khalayak. f. Koherensi

Adalah pertalian atau jalinan antarkata atau kalimat dalam teks. g. Koherensi kondisional

Dalam penggabunggan kalimat digunakan anak kalimat sebagai penjelas. Dimana dalam 2 kalimat yang digabungkan, kalimat kedua adalah pnejelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung seperti “yang” atau “dimana”.

h. Koherensi pembeda

Berhubungan dengan bagaimana dua peristiwa atau fakta yang hendak dibedakan. Dua peristiwa dapat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan.

i. Pengingkaran

Adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implicit.

j. Bentuk kalimat

Menentukan apakah subjek diekspresikan secara eksplisit atau implicit dalam teks.

k. Kata ganti

Elemen kata ganti merupaka elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komuniatas imajinatif.


(30)

Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.

m. Praanggapan

Merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.

n. Grafis

Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. o. Metafora

Dalam penyampaian pesan pokok tidak hanya lewat teks tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita.


(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Paradigma Kritis

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Menurut AS Hikam, paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana (Eriyanto,2001;4).

Pandangan pertama, diwakili oleh kaum posotivisme-empiris. Oleh penganut aliran ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Aliran ini menolak pandangan empirisme/positivisme yang memisahkan objek dan subjek bahasa. Dalam pandangan konstrutivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Pandangan ketiga,disebut sebagai pandangan kritiis. Pandangan ini mengoreksi pandangan konstrutivisme. Analisis wacana tidak dipusatkan pada kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran seperti pada analisis konstrutivisme. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Menurut Hall, paradigma kritis bukan hanya mengubah pandangan mengenai realitas yang dipandang alamiah tersebut, tetapi juga beragumentasi bahwa media adalah kunci utama dari pertarungan kekuasaan tersebut, melalui mana nilai-nilai kelompok dominan dimapankan, dibuat berpengaruh, dan menentukan apa yang diinginkan oleh khalayak (Eriyanto,2001;29).


(32)

Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara/penyiar. Tetapi merupakan representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu maupun strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana perspektif yang mesti dipakai, dan topik apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan. Karena memakai perspektif kritis, analisis wacana kategori ini disebut juga dengan analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Ini untuk membedakan dengan analisis wacana dalam kategori pertama dan kedua (discourse analysis).

Analisis wacana dapat dikategorikan sebagai kelompok metode beraliran kritis dalam penelitian komunikasi. Pertama, aliran kritis lebih menekankan pada unsur-unsur filosofis komunikasi. Pertanyaan-pertanyaan yang sering dikemukakan oleh kaum kritis adalah, siapa yang mengontrol arus komunikasi; ideologi apa yang ada dibalik media?

Kedua, aliran kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi manusia. Ketiga, aliran kritis ini lebih memusatkan perhatiannya pada siapa yang mengendalikan komunikasi. Aliran ini beranggapan bahwa komunikasi hanya dimanfaatkan oleh kelas yang berkuasa, baik untuk mempertahankan kekuasaannya maupun untuk merepresi pihak-pihak yang menentang. Keempat, aliran kritis sangat yakin dengan anggapan bahwa teori komunikasi menusia, khususnya teori-teori komunikasi massa tidak mungkin akan dapat menjelaskan realitas secara utuh dan kritis apabila ia mengabaikan teori-teori tentang masyarakat. oleh karena itu , teori


(33)

komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial (Bungin,2003:153-155).

II.1.1 Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana termasuk dalam paradigma kritis. Wacana untuk konsumsi publik bukan dilihat dalam keadaan mentah tapi sebaliknya adalah wacana yang diorganisasi ulang dan dikontekstualisasikan agar sama dengan bentuk ekspresi tertentu yang sedang digunakan. Bentuk ekspresi teks tertentu mempunyai dampak besar atau apa yang terlihat, siapa yang melihat dan dari perspektif sudut pandang macam apa.

Hal ini bisa dijelaskan bahwa ketika kita membaca teks, maka makna tidak akan kita temukan dalam teks yang bersangkutan. Yang kita temukan adalah pesan dalam sebuah teks. Sebuah peristiwa yang direkam oleh media massa baru mendapat makna ketika peristiwa tersebut ditempatkan dalam identifikasi kultural di mana berita tersebut hadir. Peristiwa demi peristiwa diatur dan dikelola sedemikian rupa oleh para awak media, dalam hal ini oleh penyiar radio. Itu berarti bahwa para awak media menempatkan peristiwa ke dalam peta makna. Seluruh aktivitas dan pemaknaan simbolik dapat dilakukan dalam teks media massa. Pada dasarnya teks media massa bukan realitas yang bebas nilai. Pada titik kesadaran pokok manusia, teks selalu memuat kepentingan.

Analisis wacana merupakan jenis penelitian yang berfokus pada analisis struktur, strategi dan proses produksi dan reproduksi makna text dan talk yang dilakukan secara eksplisit dan sistematis. Text berkaitan dengan struktur ekspresi dalam bentuk kata, susunan kata, atau susunan kalimat, sementara talk


(34)

merupakan struktur ekspresi dalam bentuk audio (suara, ucapan, dan sebagainya). Akan tetapi, text dan talk tidak hanya dianalisis dari aspek strukturnya (bentuknya) melalui perspektif semiotika tetapi juga dianalisis dari proses dan konteks yang melatarbelakangi produksi dan reproduksi keduanya. Pokok soal yang dipermasalahkan analisis wacana kritis adalah perihal bagaimana sebuah realitas atau fakta dihadirkan kembali dalam pesan atau teks media. Problem representasi ini tidak hanya menyangkut penyajian belaka, bahkan juga berkait erat dengan soal pemilihan jenis fakta yang akan diangkat, perspektif yang digunakan , narasumber, topik yang dipilih dan semacamnya.

Asumsi dasar analisis wacana kritis adalah bahwa realitas yang disajikan teks-teks media massa adalah realitas yang terdistorsi dalam arus proses sejarah dominasi antara kekuatan –kekuatan sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Analisis wacana sebagai salah satu dari analisis isi selain analisis ini kualitatif yang banyak dipakai. Kalau analisis ini kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan ”apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada ”bagaimana’ (how) dari pesan atau teks komunikasi. Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001:xv).

Dalam Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/CDA), wacana di sini tidak dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa di sini dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga


(35)

menghubungkan dengan konteks. Artinya, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu termasuk di dalamnya praktek kekuasaan dalam melihat ketimpangan yang terjadi.

Dalam Eriyanto (2001: 8-13) mengutip Fairclough dan wodak , Analisis Wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Karakteristik Analisis Wacana Kritis menurut Teun A. van Dijk , Fairclough dan Wodak adalah:

1. Tindakan

Wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana tidak ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Ada beberapa konsekuensi yang harus dipandang. Pertama wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan. Apakah untuk mempengaruhi, membujuk, merayu, mendebat, bereaksi. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali.

2. Konteks

Analisis Wacana Kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti layar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Menurut Gyu Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan siatuasi apa; bagaimana perbedaab tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk masing-masing pihak.

Ada tiga hal sentral yang harus ada dalam wacana, yakni teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan ,


(36)

musik gambar, efek suara, citra, an lain sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi. Wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama.

3. Historis

Salah satu aspek penting untuk mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu dimana wacana itu diciptakan. Pemahaman akan wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberi konteks historis dimana teks itu diciptakan.

4. Kekuasaan

Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan berhubungan dengan kontrol kekuasaan. Bisa berupa kontrol atas teks atau mengontrol struktur wacana.

5. Ideologi

Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kesadaran kapada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken

for granted. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium

melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.


(37)

II.2. Model Teun A. van Dijk

Analisis yang dikenal sebagai Pendekatan kognisi Sosial ini, dikembangkan oleh pengajar di Universitas Amsterdam Belanda, dengan tokohnya Teun A. van Dijk. Wacana di sini bukan hanya dilihat dari struktur wacana, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi ini menyertakan suatu proses yang disebut kognisi sosial. Menurut Teun A. van Dijk penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Perlu dilihat bagaimana sesuatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu. Oleh karena itu penelitian mengenai wacana tidak bisa mengeksklusi seakan-akan teks adalah bidang yang kosong. Sebaliknya dia adalah bagian kecil dari struktur masyarakat (Eriyanto,2001:222).

Pada dasarnya, realitas di dalam masyarakat informasi sekarang dibentuk oleh berbagai teknik kontruksi sosial realitas. Konstruksi ini menciptakan berbagai bentuk kejadian atau peristiwa yang tampaknya terjadi, padahal semuanya tidak lebih dari sebuah rekayasa. Bisa dikatakan bahwa keyakinan atau pengetahuan kita tentang dunia diperoleh melalui discourse dan komunikasi.

Teks dibentuk dalam suatu praktek diskursus. Teun A. van Dijk tidak hanya membongkar teks semata, tapi ia melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tersebut. Wacana oleh Teun A. van Dijk dibentuk oleh tiga dimensi: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.


(38)

Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah (Eriyanto,2001:224).

Model analisis Teun A. van Dijk bisa digambarkan sebagai berikut :

(Eriyanto,2001:225) a. Teks

Teks terdiri dari beberapa unsur dan tingkatan yang saling mendukung. Pertama struktur makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.

Kedua superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan

kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam suatu berita secara utuh. Ketiga struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak, kalimat, parafrase, dan gambar.

Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Kita tidak hanya mengerti apa isi dari suatu teks

Konteks

Kognisi Sosial


(39)

berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf, dan proposisi. Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebgai berikut:

(Eriyanto,2001:227)

Pemakaian kata, kalimat, proposisi tertentu oleh media dipahami Teun A. van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang.

b. Kognisi Sosial

dalam kerangka analisis wacana Teun A. van Dijk , perlu ada penelitian mengenai kognisis sosial, atau kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Seperti yang dijelaskan Eriyanto (2001:261), peristiwa dimengerti dan dipahami didasarkan pada skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial dan peristiwa.

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang diamati dari topik atau tema yang diangkat dari suatu teks

Super Struktur

Kerangka dari suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan

Struktur Mikro

Makna local dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.


(40)

Skema menunjukkan bahwa kita mengunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang datang dari lingkungan. Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas. Membantu kita untuk mamandu apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Ada beberapa macam skema/model yang dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Macam-macam Skema

Skema Person (Person Schemas). Skema ini adalah bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang penyiar misalnya, memandang dan memahai orang yang sudah tidak perawan yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan disampaikan.

Skema Diri (Self Schcemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.

Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat.

Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema ini barangkali yang paling banyak dipakai , karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai wartawan. (Eriyanto,2001:262)

Wartawan atau penyiar menggunakan model/skema dalam memahami peristiwa yang diliputnya. Model itu memasukkan opini, sikap, persfektif dan informasi lainnya. Menurut Teun A. van Dijk (dalam Erriyanto 2001:269) ada beberapa strategi yang dilakukan.


(41)

Pertama seleksi, yaitu strategi yang komplek yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa, informasi diseleksi oleh wartawan untuk ditampilkan ke dalam berita. Kedua reproduksi, berhubungan dengan apakah informasi yang ditampilkan dikopi, digandakan, atau tidak dipakai sama sekali oleh wartawan. Ini berhubungan dengan sumber berita. Ketiga penyimpulan, strategi besar dalam memproduksi berita atau tulisan yang berhubungan dengan mental wartawan adalah penyimpulan atau peringkasan informasi.

c. Konteks Sosial

konteks didefinisikan sebagai struktur (terrepresentasikan secara mental) dari sifat situasi sosial yang relevan untuk produksi atau komprehensi wacana. Ini terdiri dari kategori seperti situasi, setting (waktu atau tempat), tindakan yang terjadi (meliputi wacana dan genre wacana), peserta dalam berbagai peran komunikatif, sosial, atau institusional, serta mental representation: tujuan, pengetahuan, opini, sikap, dan ideologi.

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam suatu masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Teun A. van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, hal yang penting yakni kekuasaan dan akses.

Praktik kekuasaan berhubungan dengan kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok, satu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Biasanya didasarkan atas pemilikan sumber-sumber yang bernilai. Sedangkan akses,


(42)

menunjukkan bagaimana kelompok yang berkuasa memiliki akses yang lebih besar ke media dan kesempatan yang lebih besar untuk mempengaruhi khalayak. Hal inilah yang terkadang menjadikan media bukanlah sesuatu yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok dominan, media memiliki kemungkinan besar dikuasai oleh kelompok berkuasa atau kelompok-kelompok yang memegang kekuasaan.

Untuk kalangan kritis (critical), media dipandang sebagai alat perjuangan kelas. Makna dalam hal ini tidak ditentukan oleh struktur realitas, melainkan oleh kondisi ketika pemaknaan dilakukan melalui praktek sosial, dimana terdapat peluang yang sangat besar bagi terjadinya pertarungan kelas dan ideologi.

II.3. Komunikasi Massa

Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris ”communication” yang menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin ”communis” yang dalam bahasa Indonesia yang berarti ”sama” dan menurut Sir.Gerald Barry ”commuicare” yang berarti ”bercakap-cakap” (dalam Effendy, Onong,1990:1). Jika kita berkomunikasi , berarti kita mengadakan kesamaan, dalam hal ini kesamaan pengertian dan makna.

Menurut Hovland (dalam Effendy, Onong,1990:2), komunikasi didefenisikan sebagai berikut : ”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan melalui atau dengan menggunakan media massa (mass media of


(43)

comunication). Komunikasi massa menyiarkan informasi (ideas and information), pendapat-pendapat, nilai-nilai (values) kepada komunikan yang beraneka ragam dan dalam jumlah yang banyak denagan sekaligus menggunakan media massa.

Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca / pendengar / penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Yang dimaksudkan dengan komunikasi massa di sini ialah komunikasi dengan menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, radio dan televisi yang siarannya ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Disebut media massa apabila media itu menyebabakan khalayak secara serempak bersama-sama memperhatikan pesan yang sama yang dikomunikasikan media itu pada saat yang sama.

Dapat disimpulkan bahwa, komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa yang modern dalam penyampaian informasi maupun pengetahuan kepada khalayak (komunikan) luas dan heterogen. Media massa merupakan media yang sangat penting dalam menyiarkan berbagai informasi, pengetahuan, pendidikan dan hiburan, yang dapat diterima secara serentak dan sesaat oleh komunikannya.

Adapun ciri-ciri utama dari komunikasi massa, adalah: 1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum


(44)

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Selain memiliki ciri, komunikasi massa juga memiliki fungsi. Adapun fungsi dari komunikasi massa yaitu :

1. Pengawasan (surveillance)

Pengawasan ini mengacu pada peranan berita dan informasi media massa. media dianggap bertindak sebagai pengawas karena orang-orang media inilah yang mengumpulkan segala informasi yang tidak dapat diperoleh oleh masyarakat luas.

2. Interpretasi

Selain menyajikan fakta dan data, media massa juga harus mampu melakukan interpretasi mengenai informasi yang disajikan atau tentang suatu peristiwa.

3. Hubungan (linkage)

Media massa harus dapat berperan sebagai penghubung dari unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung atau perorangan.

4. Sosialisasi

Media massa mentransmisikan nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi prilaku dan nilai dari suatu kelompok. Adapun media yang paling mudah mentransmisikan nilai-nilai adalah media elektronik(televisi dan radio) yang memiliki sifat mudah dicerna, diingat dan komunikatif terhadap audiencenya.


(45)

5. Hiburan

Adapun 70 persen dari isi dan informasi yang diberikan media massa pada umumnya adalah untuk menghibur audiencenya, terutama media-media elektronik seperti televisi, radio serta internet (Effenfy,1995:29-31).

II.3.1 Talkshow

Talkshow merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang

biasanya mengangkat isu-isu yang tengah hangat dimasyarakat. Tema yang diangkat juga bisa bermacam-macam. Mulai dari persoalan budaya, ekonomi, politik, pendidikan, olehraga bahkan seks.

Talkshow adalah suatu acara perbincangan yang dapat dilihat setiap dari melalui siaran televisi maupun didengar di radio. Wawancara tetap menjadi sentral dalam talkshow dengan segala tipenya. Acara ini biasa diprduksi oleh sekelompok pekerja khusus. Para pengisi acara didaftar atau dicatat. terlebih dahulu, kemudian para anggota staf melukan riset dengan sangat hati-hati terhadap latar belakang tamu mereka dan melengkapi dengan catatan-catatan sebagai bahan atau materi pembawa acara. Sementara music director mempersiapkan musik pengiring. Lalu produser acara yang selalu bergerak cepat, dengan tenang dan hangat mempertunjukkan talkshow yang menjadi tanggung jawabnya untuk menghibur dan menyenangkan hati para penonton dan pendengar. Berbagai tayangan talkshow menghibur dan informatif belakangan ini telah menjadi tayangan atau program andalan media elektronik. Kehadirannya selalu ditunggu oleh pemirsa atau khalayak. Berbagai bentuk tayangan dimunculkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pemirsa radio,


(46)

yang haus akan acara/program yang informatif, namun juga menghibur. Salah satu diantaranya tayangan yang informatif dan menghibur adalah talkshow. Saat ini, komposisi program talkshow termasuk yang terbesar.

Tugas sebagai seorang pembawa acara talkshow tidaklah terlalu banyak, tetapi sangat menuntut banyak latihan dan penuh tantangan. Acara-acara seperti ini membutuhkan usaha keras dan kemampuan menyesuaikan diri dengan seluruh anggota tim. Sudah tentu sebagai pembawa acara talkshow ini diharapkan mampu mengembangkan keahlian dalam membawakan acara, sehingga sebuah acara talkshow akan dapat berjalan sukses dan lancar walaupun tanpa adanya naskah atau latihan sekalipun.

Namun secara umum, talkshow adalah program atau acara yang mengulas suatu permasalahan melalui perbincangan, diskusi, wawancara dan interaksi dengan narasumber dan atau pemirsa, yang dipandu oleh moderator, tanpa kehadiran aktor yang memerankan karakter tertentu.

Talkshow dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1. Sifatnya ringan dan menghibur

Talkshow yang sifatnya ringan dan menghibur termasuk dalam kategori

informasi. Untuk kategori ini, talkshow biasanya disampaikan dalam suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih narasumber untuk membahas topik yang sedang hangat. Topik-topik yang sifatnya ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin dari kepiawaian sang tuan rumah acara (host) alias moderator menghidupkan suasana dengan komentar-komentar atau ulah jahil yang memancing tawa.


(47)

2. Sifatnya formal dan serius.

Talkshow yang sifatnya formal dan serius umumnya termasuk dalam

kategori berita.

Acara-acara talkshow yang laris juga di dominasi oleh talkshow yang ringan dan menghibur yang biasanya menyajikan perbincangan seputar seks, pernikahan, mistis dan dunia bintang yang menyajikan gosip-gosip dan profil artis atau tokoh-tokoh lainnya yang dikenal masyarakat. Bagaimanapun

talkshow merupakan sajian menarik, karena talkshow memiliki peluanh untuk

menjadi kekuatan yang bisa mempengaruhi dan memunculkan isu di masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya radio-radio maupu rumah produksi yang berlomba-lomba membuat acara talkshow dengan topik yang memikat masyarakat luas serta bisa dijual. Dengan demikian pola pandang masyarakat terhadap program televisi dan radio siar akan bergeser dari hiburan menjadi informatif.

II.4. Radio

Radio siaran (radio broadcast) adalah suatu aspek dari komunikasi. Karena itu proses siaran dipelajari dan diteliti oleh ilmu komunikasi. Radio merupakan salah satu jenis media massa (mass media) , yakni sarana atau saluran komunikasi masssa (channel of mass communication), seperti halnya surat kabar, majalah atau televisi. Ciri khas utama radio adalah auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran.

Radio siaran mendapat julukan ‘kekuasan kelima’ atau The fifth estate, setelah pers dianggap sebagai ‘kekuasaan keempat’ dan tiga lembaga lainnya


(48)

adalah eksekutif, legislative, dan yudikatif. Ada 3 faktor yang mendukung mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima , yaitu :

c. Radio siaran bersifat langsung

Makna langsung sebagai sifat radio siaran ialah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit.

d. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan

Bagi radio tidak ada jarak dan waktu; begitu suatu pesan diucapkan oleh seorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak. Bagi radio tidak apa pula jarak ruang, bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju, radio dapat mencapainya.

c. Radio siaran memiliki daya tarik

Terdapat 3 unsur yang menjadi daya tarik radio siaran, yaitu : - kata-kata lisan (spoken words)

- musik (music)

- efek suara (sound effect)

Menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga. Tilislah berita yang ingin disiarkan sambil bicara pada saat membacanya. Bahkan, tulisah kalimat-kalimat didengar secara baik untuk telinga. Radio yang awalnya memang untuk menyebarkan informasi sempat bergeser fungsinya lebih pada tujuan menghibur atau radio musik. Sekarang saat informasi menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat, radio tetap menjadi alternatif menjanjikan. Sifat radio yang auditif membutuhkan cara tersendiri dalam penulisannya.

Kelebihan radio, sebagai media massa, memang ada dalam hal daya tembus. Informasi yang disiarkannya punya nilai kesegeran (immediacy) dan


(49)

keluwesan (flexibility). Ia seakan dengan mudah berada di sekitar kita: pesan diantarkan melalui kecepatan transitor, dan sekelompok orang yang tak saling kenal (di mana pun ia berada) mendengarkannya. Jutaan radio penerima telah siap menerima.

Kebanyakan program radio menyetel mata-mata acara yang terdiri dari musik rekaman, diselingi dengan berita, olahraga, talkshow, iklan komersial, dan materi-materi dramatik dan intelektual. Radio memiliki keampuhan tersendiri, dalam menembus masyarakat. Karena variasi acaranya, radio memberi hal-hal yang bersifat auditif kepada setiap orang. Radio mempunyai kecepatan lebih dibanding mendium komunikasi lainnya dalam melayani materi informasinya. Para penggemarnya, memang menyetel radio untuk mendapatkan hiburan dan kekuatan untuk mencapai segera apa yang diimpikannya.

Dalam proses komunikasi sosial, peran utama radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan dan hiburan. Bila salah satu dari ketiga hal di atas tidak terpenuhi akan membuat radio kehilangan fungsi sosialnya, kehilangan pendengarnya dan akhirnya akan digugat masyarakat karena tidak berguna bagi mereka.

Radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya, yaitu:

1. Auditori. Radio adalah ”suara”, untuk di dengar, karena isi siaran bersifat ”sepintas lalu” dan tidak dapat diulang.

2. Transmisi. Proses penyebarluasan atau disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (transmisi).


(50)

3. Mengandung gangguan. Seperti timbul – tenggelam (fading) dan gangguan teknis ”channel noise factor”.

4. Theatre of Mind. Radio mencipta gambar (makes picture) dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara.

5. Identik dengan musik. Radio adalah sarana hiburan termurah dan tercepat sehingga menjadi media utama untuk mendengarkan musik.

Radio sebagai salah satu lembaga penyiaran di Indonesia merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,pendidikan, hiburan, serta kontrol sosial dan perekat sosial. Perlu ada aturan juga yang mengatur dan mengawasi lembaga penyiaran yang ada, sehingga Undang-undang No.32 Tahun 32 mengatur Hal-hal penyiaran yang ada di Indonesia. Dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 terdiri dari 64 Pasal. Secara umumnya, dalam UU Tentang Penyiaran ini mengatakan bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak , maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral , tata susilah budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa

II.5. Erotika Media Massa

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Oleh karena itu, maka media massa sering digunakan sebagai


(51)

alat mentransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau mentransformasikan informasi di antara masyarakat itu sendiri. Sebagaimana sifat media massa selain mengandung nilai manfaat sebagi alat transformasi , namun juga sering tidak sengaja menjadi media informasi yang ampuh untuk menabur nilai-nilai baru yang tidak diharapkan masyarakat itu sendiri.

Untuk meningkatkan daya saing suatu media massa, maka tidak jarang media massa menggunakan berita atau gambar erotika sebagai daya tarik media tersebut. Karena disadari atau tidak, objek-objek berita yang dikembangkan secara komersial adalah berkisar harta,tahta dan wanita (bungin,2001:2).

Erotika adalah gairah seksual yang dibangkitkan dengan stimulus internal maupun eksternal. Sedangkan erotika melalui media massa adalah stimulus eksternal. Pengaruh stimulus eksternal melalui erotika bersifat subjektif dan relatif, yaitu tergantung kepada pengalaman masing-masing individu. Walaupun demikian, tetap ada byang bersifat universal , yaitu stimuluas eksternal yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini, media elektronik yaitu televisi,radio, dan internet bukanlah stimulus yang netral karena dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pada pemirsanya.

Sehubungan dengan perdebatan mengenai erotika dan porno (pornografi, pornoaksi, pornomedia, pornoteks atau pornowicara) di media elektronik saat ini, berkembang tiga anggapan di masyarakat. anggapan pertama, menilai tayangan adegan seks tidak memberikan inspirasi pada penontonnya untuk melakukan hubungan seks, namun justru cenderung memperkuat keinginan dalam hati seseorang yang memang berniat melakukan hubungan seks. Kedua, beranggapan


(52)

adegan-adegan itu hanya berfungsi sebagai katarsis (penyaluran emosi), artinya apabila seseorang berkeinginan seksual, begitu melihat atau mendengar adengan seks maka akan tersalurkan keinginannya itu. Ketiga, beranggapan adegan seks di televisi, film maupun radio sama sekali tidak berpengaruh buruk. Artinya banyak kasus menunjukkan, penonton tidak meniru begitu saja adegan-adegan seks tersebut, akan tetapi peran lingkungan keluarga, latar belakang pendidikan dan agama sangat mempengaruhi seseorang.

Pengaruh media massa ini tidak terlepas dari infiltrasi globalisasi informasi dan budaya yang juga menyerang kehidupan kita. Globalisasi telah membawa budaya luar yang lebih dulu telah menerima perilaku seks bebas ke dalam pikiran-pikiran masyarakat luas sehingga dengan mudah mempengaruhinya. Begitu sulit untuk mengidentifikasi adegan erotika yang sering muncul di media elektronik. Kesulitan mengidentifikasi terdapat pada :

1. Ukuran erotika yang digunakan oleh badan sensor film yang begitu longgar bila dibandingkan dengan ukuran-ukuran norma masyarakat.

2. Batas umur dan kedewasaan pemirsa atau pembaca yang menonton atau membaca berita-berita erotika menjadi mudah ditangkap dan diterima oleh masyarakat sebagai tontonan yang biasa-biasa saja dan sulit diidentifikasi sebagai gejala erotika.

3. Ukuran-ukuran erotika yang hidup di masyarakat sangat bervariatif. Karena itu ada masyarakat yang telah menentukan sebuah tanyangan sebagai erotik namun pada masyarakat lain, tayangan tersebut justru belum masuk kategoti erotik.


(53)

4. Menonton berita dan gambar-gambar erotik, bagi orang-orang tertentu adalah hiburan dan pelepas ketegangan sehingga secara objektif keadaan itu diharapkan oleh orang tersebut. Dalam hal ini, dengan cara apapun mereka berharap agar dapat melihat, membaca atau mendengar berita, dan gambar-gambar itu, walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi.

Perdebatan tentang erotika dan pornografi sering muncul ke permukaan , tidak hanya karena sarat dengan nilai-nilai seksual, namun sering perdebatan muncul hanya untuk menentukan makna sesungguhnya dari erotika atau pornografi itu sendiri. Perdebatan erotika dimulai dari persoalan etik-emik. Makna etik erotika dan pornografi sebenarnya sama karena keduanya menyodorkan objek seks sebagai muatannya. Namun dari sini kemudian batasan-batasan emik dibuat oleh orang lain yang sedang ”menikmati” erotika dan pornografi itu sehingga merangsang fantasi seksual.

Andre Dworkin berpendapat bahwa erotika merupakan porno kelas tinggi; diproduksi secara lebih baik dan ditujukan untuk konsumsi golongan yang lebih tinggi. Sama dengan callgirl dan pelacur kaki lima. Yang satu dipandang lebih baik, tetapi keduanya menawarkan service yang sama, yaitu seks. Sedangkan eksistensi kedua-duanya disebabkan oleh sistem nilai seksual yang sama (Bungin,2001:28-29).

Erotika adalah gairah seksual yang dibangkitkan dengan adanya stimulus internal dan eksternal. Dan media elektronik adalah salah satu stimulus eksternal. Pornografi dan erotika dapat dibedakan. Istilah ’porno’ selalu dikaitkan dengan objek-objek seks yang menjijikan (merangsang nafsu), tidak sehat dan merugikan


(54)

martabat individu. Sedangkan erotika adalah mengenai objek seks yang alami, sehat, menyenangkan, dan detail serta mendekati realitas. Pada kebanyakan orang, pornografi tidak mampu merangsang nafsu birahi, karena justru pornografi menjijikan , sedangkan erotika justru secara lembut dapat membangkitkan fantasi birahi yang indah.

Pada perilaku verbal, seks yang diperbincangkan jauh dari objek seks itu sendiri secara visual. Namun, perilaku seks visual selalu menghindarkan objek-objek seks dalam bentuk-bentuk yang sebenarnya. Dan juga karena sifat visual yang lebih ’berkesan’ dari verbal, maka visualisasi seksual ini lebih banyak dipandang sebagai pelaku erotika dan porno. Film dan fotografi, umpamanya selalu menyuguhkan objek-objek manusia sebagai sasaran langsung dalam karya-karyanya dan hal ini dipandang sebagai karya yang sarat dengan makna erotika dan porno. Padahal, erotika dan pornografi yang disuguhkan melalui perilaku verbal pun banyak kita temukan dan memberi dampak yang pasti.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa dorongan perilaku seks tertentu berhubungan dengan pengaruh lingkungan sosial. Sehingga pendidikan seks itu penting buat perkembangan diri seseorang tersebut. Selain faktor lingkungan sosial yang disebut sebagai faktor eksternal, maka faktor internal juga sangat mempengaruhi individu dalam berperilaku seks. Hormon dapat berpengaruh besar terhadap dorongan seksual individu, terutama saat anak laki-laki dan perempuan menjadi dewasa.

Perilaku seks manusia juga berhubungan dengan perkembangan sosial dan budaya masyarakat. Pada masyarakat tradisional, sikap dan perilaku seks dimaknai sebagai sikap dan perilaku privasi yang hanya boleh ada, dilakukan,


(55)

serta diperbincangkan dalam hubungan-hubungan suami-istri. Nilai-nilai tradisional memberi bingkai yang kuat terhadap kesakralan nilai seksual ini dalam institusi perkawinan.

Dalam masyarakat yang sedang mengalami transformasi nilai dari agraris ke industri atau dari tradisional ke modern bahkan ke postmodern seperti sekarang ini. Perilaku seks secara tertutup dan terbatas dalam perkawinan dipandang sebagai nilai yang tradisional. Sejalan dengan itu pula bahwa pengenalan nilai-nilai seksual baru secara terbuka, tidak sopan (vulgar), dan bebas dianggap sebagai nilai-nilai baru dan lebih cocok pada masyarakat modern yang dicita-citakan. Sedangkan pada masyarakat postmodern, seks terbuka dan vulgar dipandang sebagai hak azasi manusia yang harus dihormati oleh orang lain tanpa mereka pertimbangkan bahwa hak mereka itu telah menggangu orang disekitarnya.

Erotika menjadi sebuah inovasi manakala perilaku tersebut menjadi sebuah gagasan atau ide, dimana ide itu mampu diangkat kepermukaan dan menembus batas norma perkawinan. Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Dengan demikian, perilaku penyimpangan bukannya sebuah tindakan semata, tetapi sebuat konsekuensi dari adanya norma dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut. Didalam masyarakat normal, perilaku seks menyimpang adalah cermin memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perkawinan dan norma seksual pada umumnya di masyarakat tersebut, serta pola-pola lain disekitar norma pengaturan perilaku seks di masyarakat. Dan dengan melemahnya struktur sosial lain seperti keluarga,


(56)

lembaga pendidikan, lembaga agama maupun lembaga sekuritas sosial dan sebagainya dalam mengontrol perilaku seks menyimpang ini, membuat masyarakat kota tanpa beban apapun dapat melalukan perilaku seks menyimpang.

Berita erotika media massa baik cetak maupun elektronik adalah media yang amat dekat dengan khalayak dan sekaligus menjadi media yang kuat pengaruhnya terhadap masyarakat. Gambaran mengenai bagaimana masyarakat memperoleh informasi erotika dari media massa menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat. informasi erotika atau mengenai seks itu bisa diperoleh dari berbagai sumber. Informasi mengenai seks dan erotika itu berdasarkan fenomena-fenomena yang ditemukan disekitar kita. Fenomena erotika itulah yang diangkat dan dijadikan sebagai sebuat berita dan gambaran seks (Bungin,2001:135) .

Informasi mengenai seks dan erotika tersebut yang diterima oleh khalayak dapat dikembangkan oleh fantasi mereka mengenai seks. Apalagi mereka yang memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai seks dan erotika yang banyak. Dan dari sekian banyak media massa, media massa radio dikatakan sebagai media yang cukup kuat membangkitkan fantasi erotika. Seperti dalam penelitian ini, radio memiliki kemampuan theater of mind , sehingga para pendengar radio siar akan mulai berimajinasi di dalam pikiran mereka masing-masing tentang informasi mengenai seks dan erotika yang mereka dengar. Walaupun dalam media massa radio khususnya informasi mengenai seks dan erotika terbatas,terputus-putus atau serba sedikit, namun hal itu sudah cukup dapat membangkitkan fantasi erotik karena pada umumnya berita, gambar atau informasi media massa amat


(57)

realistik. Kekuatan realistik inilah yang amat membantu seseorang untuk membangun kerangka fantasi yang serba indah.


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1.1. Sejarah Singkat Radio VISI FM MEDAN

VISI FM muncul di tahun 2001 dengan format yang lain dari senior-seniornya di Kardopa Group yang lebih condong kedaerahan. Radio VISI FM Medan saat ini menjadi salah satu radio yang cukup ternama di kota Medan. Radio VISI FM Medan adalah bagian dari Kardopa Group, antara lain yang bernaung dibawah Kardopa Group adalah KARDOPA AM, VISI FM (keduanya di Medan), MONARIA FM, GRAHA FM (Pekan Baru), DIS AM (Tebing Tinggi) dan KARISMA FM (Balige), KARDOPA GROUP sudah banyak dikenal oleh pencinta radio maupun di kalangan bisnis. Berpusat di Medan, 'the parent' mempunyai vision yang luas dalam menanggapi ragam dan cepatnya perputaran siklus 'taste of music' yang acap kali dihadapi didalam bidangnya ini. Hal ini terlihat dengan hadirnya NAJOGI jasa iklan dan VISI Production House di dalam grup tersebut.

Sebagai salah satu dari sekian banyak radio di kota Medan, VISI FM Medan memiliki tujuan untuk dapat menjadi trend setter dikalangan para remaja Medan, serta mewujudkan core valuenya yaitu menjalin hubungan erat dengan para remaja, menghadirkan ”today's best music” dan suasana yang berbeda namun mampu diterima oleh para trend setters Medan. ”Today’s Best Music


(59)

adalah motto dari VISI FM Medan, yang mengedepan kan musik-musik yang sedang digemari oleh anak muda Medan.

VISI FM Medan juga memiliki keungulan dari radio-radio lain dikota Medan. VISI FM memiliki kemampuan dan berkapasitas untuk menjadi yang pertama dalam memperkenalkan lagu-lagu cikal-bakalnya top hits di kalangan para kawula muda Medan. Jangkauannya pun mencakup dari Pop, Rock, R&B, Hip-Hop sampai ke Alternative dan Modern Rock. Range of music mungkin salah satu hal yang menjadi kebanggan tersendiri dari VISI FM Music is our true colour.

Visiters (Visi listeners) atau para pendengar setia VISI FM yang selalu siap nongkrong VISI FM didepan radionya adalah para remaja 15-25 tahun dengan warna-warna mereka yang kreatif, inovatif, enerjik dan dinamis. Rajin mengikuti setiap perkembangan yang ada di dunia entertainment dan tinggal di daerah perkotaan, sarana hiburan yang cool dan up-to-date merupakan suatu keharusan bagi mereka.

III.1.2. Karakteristik Radio VISI FM Medan

Data Karekteristik

Nama Perusahaan : VISI FM Medan

Gelombang Radio : 89,6 FM


(1)

Rekaman Kedua

Analisis Teks Talkshow Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks

yang Menggairahkan)

Kamis, 13 Maret 2008

Hal Yang Diamati

Elemen Keterangan

Tematik Topik di acara Orgasme, kita bakal ngomongin kecelakaan yang gak jauh-jauh dari seputaran seks. Married By Accident

Skematik Skema Summary

Judul : MBA (Married By Accident)

Lead: di Orgasme ini sebenarnya kita bakal ngebahas tuntas mengenai seputar seks yang cenderung dialami anak muda. Dan kita di sini, intinya ingin menjawab rasa penasaran kalian seputar seks. Mungkin yang mendorong kalian melakukan hubungan seks itu karena rasa penasaran itu.

Semantik Detil Sampai-sampai mungkin pacarannya di teras rumah, tapi dengan suasana yang terang benderang. Sengaja kakak atau adik disuruh ke depan. Sengaja pintu rumah itu dibuka gitu kan, tapi mereka di teras rumah gitu. Padahal sampai segitunya pacarannya. Sampai bener-bener terlalu diawasi.

Maksud 1. mungkin waktu kita masih kecil dulu, dengar kata seks. ‘Apa sih itu seks?’ Ketika kita tahu seks itu gini, gini, gini, gini, mungkin dari orang atau teman atau siapa yang memberitahu kita. Terus di otak itu yang rasanya, oh iya ya. Penasaran dan rasanya ingin mencoba. bagaimana sih rasanya? Apa sih nikmatnya? Dan segala macam, segala macamnya itu..


(2)

Jadi kalau disurvei setiap apotik-apotik yang ada di Kalimantan, terutama di Pontianak gitu ya, aku pernah baca satu artikel, ternyata di sana anak perempuan yang ABG, itu pada beli kondom semuanya.

3. kalau ternyata di Indonesia, jumlah wanita yang sudah tidak perawan lagi ataupun juga keseringan melakukan hubungan seks di luar nikah itu, ternyata sudah mencapai 40%.

Sintaksis Bentuk kalimat

kalau disurvei dari seluruh Indonesia, yang paling banyak menggunakan kondom itu adalah anak-anak muda di Pontianak.

Koherensi Situasi dan kondisi yang memungkinkan, dan mungkin ada dorongan dari nafsu itu juga.

Koherensi kondisional

1. kita cuman mau ngasih tahu fenomena yang terjadi sekarang ini seperti itu

2. supaya kamu jangan terlanjur untuk masuk ke dalam hal-hal, yang tidak semestinya kamu lakukan.

Kata ganti 1. Kapan saatnya dikeluarkan, dikeluarkan, gitu? 2.

kalau mau gaul bebas, tembaknya di luar aja

Stilistik

Leksikon

1.

Itu yang cuman pelirnya doank kan?

2. Langsung pikirannya, srot, srot, gitu kan?

3.

Kaya’ karet sempak?

4.

Yang….yang bunting yang perempuan lah

5.

Karena kesepakatan, dan aku juga mendapatkan dia bukanoriginal.

6.

Malam itu bukan cuman satu orang aja yang ngerjain dia?

7. Jadi satu malamam itu dia meladeni beberapa orang cowok?

8. Berarti dari salah satu yang mengeroyok ada yang subur sekali.


(3)

Menggairahkan ahhh...ahhh...

2. gimana cara melakukan seks yang baik dan benar? 3. Itu yang cuman pelirnya doank kan? Itu tadinya

penuh tuh, tengah-tengahnya tuh tumbuhan dibolongin. Cuman penisnya doank dimasukin, kalau buah zakarnya itu masih tetap, nempel di situ. Jadi milih koteka itu disesuaikan dengan ukuran. Luar biasa.

4. Ya, married by accident, aku pikir kemarin itu dia masalahnya ya, cuman dia kelamaan dicabut kali, makanya dia married.

5. apakah cowok sering memegang buah dada cewek bisa membesar? Terus gimana ciuman yang bersih....?

6. Kalau kamu bilang cowok memeras atau juga, ya, meremas yang namanya payudara, itu bisa menyebabkan besar atau gak.

7. Apa dampaknya kalau sperma itu tertelan oleh cowok itu sendiri?

Metafora

1. Makin Buncit Aje

2. Setelah kamu capek melanglang buana, kamu sekarang mencari yang masih tokcer, masih ketat.


(4)

Rekaman Ketiga

Analisis Teks Talkshow Siaran ORGASME (Obrolan Segar Seputar Seks

yang Menggairahkan)

Kamis, 27 Maret 2008

Hal Yang

Diamati

Elemen

Keterangan

Tematik

Topik

pembahasan tentang ukuran penis dan juga mitos-mitos yang mengenai masalah penis

Skematik

Skema

Summary

Judul : Penis dan Mitos-mitosnya

Lead :

jika misalnya ada sedikit kekurangan dari si leader dan si laki-laki itu yang namanya seru-seru dalam bercinta agak-agak sedikit kurang menyenangkan.

Semantik

Detil

1.

Mungkin megang dulu kali ya, lalu ngelihat dan ia langsung seperti drop gitu

2. berkaca di depan kaca sambil mengembangin punya penis kamu.jadi lihat pada saat dia loyo, pada saat dia tegang.

3. isi website tentang penis semuanya neh ya.. backgroundnya pun gambar penis

4. Kalo kamu punya istri seperti itu, solusinya coba hubungan percintaan itu dilakukan pada malam hari, mati lampu. Dan kamu jangan lupa untuk bawa ubi kayu.

5.

mungkin ada yang namanya viagra, ada juga yang pake kondom sampe berlapis-lapis, ada juga yang pake tisu basah,

Maksud

1. mitos pertama, klo cowok ngerasa penisnya kecil itu bisa menjadi masalah bagi dirinya. 2. Mitos kedua, banyak cewek katanya tuh suka

dengan penis yang panjang.

3. mitos ke 3, penis besar adalah penis yang baik 4. mitos ke 4, cowok lebih perkasa kalo punya


(5)

penis besar

5. mitos ke 5,penis besar membuat hubungan seksual lebih lama.

6. Mitos ke 6, penis orang Asia lebih kecil

Sintaksis

Koherensi

1. Ketika lihat punyanya gede dalam hati ”ih, besarnya punya dia” atau itu jadi kepikiran dan bahkan kadang menghantui dalam pikiran 2. Jadi gak ada seh sebenarnya fakta yang bilang

yang bisa membuktikan kalo sifat jantan dan kelaki-lakian dari seorang cowok itu waktu berhubungan dengan ukuran penis dia.

Koherensi

kondisional

1. kamu jangan pernah frustasi jangan pernah ngerasa gak percaya diri. Yang penting kamu jangan sampai impoten dan jangan sampai gak bisa ejakulasi atau pun juga ereksi.

2. mau kecil mau besar gak ada masalah yang penting percaya diri aja, gitu.

Koherensi

pembeda

banyak juga koq cewek yang suka sama penis yang lebih panjang tapi sebagian besar wanita gak ambil pusing dengan ukuran penis.

Bentuk

kalimat

Ternyata cowok itu juga membandingkan sama aktor film bokep.

Kata ganti

1.

organ kelamin mereka

2.

trus nabrak kiri nabrak kanan itunya

3.

mau segede apapun itu pasti bisa bos

4.

terkadang dia sangat mengidolakan dan menginginkan sesuatu yang besar itu

5. tapi dia gede juga bos.

Stilistik

Leksikon

1. kalo cewek lebih suka dengan penis yang tebel ketimbang penis yang panjang.

2. kekmana penis yang tebal?

3.

agak-agak montok gitu 4. soalnya....boleh menghamili 5. kita mau berdirikannya itu susah


(6)

6. kalau besar berdirikannya susah ya ampun itu bangun sendiri kali.

7. waktu di bangunkan beberapa tahap dulu baru bisa

Retoris

Grafis

1. ORGASME Obrolan Segar Seputar Seks yang Menggairahkan ahhh...ahhh...

2. bukan penis dit//Penis//aku suka bilang penis//penis//kayaknya enak aja dengernya.penis//aduh kalo penis kayaknya kasar banget//hahhaha....emang penis//Klo penis itu imut-imut gitu.

3. aku merasa terganggu sekali dengan ukuran aku. Soalnya aku pernah melakukan hubungan dan aku diejek ketika pacar aku

4. minumannya itu ya diminum, baru timunnya itu pura-pura untuk apa..

5. sekarang gini kamu suka penis yang bagaimana?

6. berapa centi?

7. sekali-skali donk rasain, jangan takut kali sama suami

8. berarti lumayan gede juga punyaku ya?!! 9. pernah kamu pegang punyamu itu? 10. emang sekarang ukurannya berapa Will? 11. kata pacarnya dia punya dia kecil

Metafora

1. kecil-kecil cabe rawit, makin kecil makin sakit 2. kalo kecil tapi bandel, lincah tapi kalo ada juga

yang gede tapi bego

3. seharusnya kamu tinggal membuat dia...mendidiknya aja. mendidiknya dia jangan jadi bego


Dokumen yang terkait

Kecenderungan Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (Studi Analisis Isi Pada Kasus Pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran Media Televisi Yang Dimuat Di Website Kpi.Go.Id)

3 65 156

Implementasi Visi dan Misi Televisi Lokal di Kota Medan (Studi Analisis Isi DAAI TV Dalam Program-Program Siaran)

0 62 118

EFEKTIVITAS PROGRAM SIARAN RADIO SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI (Studi Pada Program Siaran "Kata Kota Kita" di Radio Andalus FM Malang)

0 31 3

Televisi sebagai media dakwah (analisis produksi siaran program Ust. Haryono di JakTV)

5 39 71

Analisis wacana tentang akhlak pada siaran abi maulana dalam program sound of spirit di radio mustang88 fm

1 12 146

Analisis program siaran Balada Cerita Ramadhan (BCR) di Radio Prambors 102.2 FM Jakarta

0 28 100

Strategi Humas Radio Pikiran Rakyat FM Dalam Mensosialisakan Program Siaran (Studi Deskriptif Tentang Radio Pikiran Rakyat FM Dalam Mensosialisasikan Program Siaran Melalui Branding Ob Van Kepada Masyarakat di Kota Bandung)

0 6 18

Wacana Erotika Di Radio Konstruksi Wacana Erotika Dalam Acara Buka Pintu Di Radio Maraghita Bandung Dengan Menggunakan Analisis Wacana Teun A Van Dijk.

1 4 2

PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL DALAM PROGRAM SIARAN DI MGT RADIO BANDUNG.

0 0 2

KECENDERUNGAN PELANGGARAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM SIARAN (STUDI ANALISIS ISI PADA KASUS PELANGGARAN PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM SIARAN MEDIA TELEVISI YANG DIMUAT DI WEBSITE KPI.GO.ID)

0 0 16