Radio sebagai salah satu lembaga penyiaran di Indonesia merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial,
budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,pendidikan, hiburan, serta
kontrol sosial dan perekat sosial. Perlu ada aturan juga yang mengatur dan mengawasi lembaga penyiaran yang ada, sehingga Undang-undang No.32 Tahun
32 mengatur Hal-hal penyiaran yang ada di Indonesia. Dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 terdiri dari 64 Pasal. Secara umumnya, dalam UU Tentang
Penyiaran ini mengatakan bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak , maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral , tata susilah
budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa.
I.5.4. Talkshow
Berbagai tayangan talkshow menghibur dan informatif belakangan ini telah menjadi tayangan atau program andalan media elektronik. Kehadirannya
selalu ditunggu oleh pemirsa atau khalayak. Berbagai bentuk tayangan dimunculkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pemirsa radio,
yang haus akan acaraprogram yang informatif, namun juga menghibur. Salah satu diantaranya tayangan yang informatif dan menghibur adalah talkshow. Saat ini,
komposisi program talkshow termasuk yang terbesar. Talkshow dikategorikan menjadi dua, yaitu yang sifatnya ringan dan
menghibur dan yang sifatnya formal dan serius. Namun secara umum, talkshow adalah program atau acara yang mengulas suatu permasalahan melalui
Universitas Sumatera Utara
perbincangan, diskusi, wawancara dan interaksi dengan narasumber dan atau pemirsa, yang dipandu oleh moderator, tanpa kehadiran aktor yang memerankan
karakter tertentu. Talkshow yang sifatnya formal dan serius umumnya termasuk dalam
kategori berita, sementara talkshow yang sifatnya ringan dan menghibur termasuk dalam kategori informasi. Untuk kategori yang kedua ini, talkshow biasanya
disampaikan dalam suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih narasumber untuk membahas topik yang sedang
hangat. Topik-topik yang sifatnya ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin dari kepiawaian sang tuan rumah
acara host alias moderator menghidupkan suasana dengan komentar-komentar atau ulah jahil yang memancing tawa.
I.5.5. Erotika Media Massa
Pendidikan seks memang penting buat remaja pada saat ini, tapi bagaimana jika pendidikan seks itu ditawarkan lewat media massa. Seharusnya,
media massa pun dapat lebih berhati-hati dalam hal ini, jangan sembarangan mengatakan bahwa suatu acara atau suatu program bertujuan untuk mendidik
bahkan untuk mengajak kepada khalayak untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, dan ternyata dari cara penyampaian dan bahasa yang
dipergunakan tidak mencermikan hal tersebut. Pertunjukan bicara talkshow televisi dan radio tentang seksualitas yang
menjurus porno itu dilarang dan sebagai pekerja media haruslah berhati-hati. Disadari atau tidak, erotika adalah gairah saksual yang dibangkitkan dengan
stimulus internal maupun eksternal. Sedangkan erotika melalui melalui media
Universitas Sumatera Utara
massa adalah stimulus eksternal, dan stimulus eksternal ini yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini, media
elektronik seperti radio dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pada para pendengar program siaran ORGASME tersebut.
Media massa dipandang sebagai media yang cukup kuat memberi pengaruh terhadap perkembangan seks seseorang. Entah itu merupakan pengaruh
yang buruk atau pengaruh yang baik pada diri seseorang tersebut. Efek media itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Apabila erotila di sebarluaskan melalui media massa, maka erotika it akan membentuk efek media terhadap pembaca atau pendengarnya. Maksudnya
erotika ini akan menjadi stimulus. Dan stimulus ini akan menciptakan respons bagi individu pembaca atau pendengar yang distimulus oleh media massa itu
Bungin,2001:55-56.
I.6. KERANGKA KONSEP