I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakanng masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah erotika media ditampilkan dalam program siaran ORGASME
Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan di Visi 89,6 FM?”
I.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih
jelas. a.
Penelitian ini hanya dilakukan pada program siaran ORGASME Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan di Visi 89.6 FM.
b. Penelitian ini dilakukan pada program siaran ORGASME Obrolan Segar
Seputar Seks Yang Menggairahkan yang disiarkan bulan Maret 2008. c.
Penelitian ini dilakukan pada program siaran ORGASME Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan minimal 2 kali tayangan.
d. Penelitian ini menggunakan analisi wacana kritis dan focus penelitian hanya
pada level teks saja.
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mengtahui bagaimana erotika media dalam program siaran ORGASME Obrolan Segar Seputar Seks Yang Menggairahkan di Visi
89.6 FM. b. Untuk mengetahui bagaimana makna tersirat, yang tampak secara nyata
dalam program siaran ORGASME.
I.4.2 Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian komunikasi khususnya penelitian analisis wacana.
b. Secara teoritis, peneliti dapat menerapakan ilmu yang didapat selama ini menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU sekaligus menambah
khasanah wawasan mengenai media dan analisis wacana.
I.5. KERANGKA TEORI
Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti sebuah masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1995:39.
Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk konsep, defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalakan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6.
I.5.1. Analisis Wacana Kritis
Dalam Analisis Wacana Kritis critical Discourse analysisCDA, wacana disini tidak dipahami sebagai studi bahasa. Bahasa di sini dianalisis bukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Artinya, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu
termasuk didalamnya praktek kekuasaan dalam melihat ketimpangan yang terjadi. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan
dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi- strategi didalamnya.
I.5.2. Model Teun A. van Dijk
Model ini sering disebut sebagai Kognisis sosial, menurut Van Dijk penelitian atas wacana tidak cukup jika didasarkan pada analisis atas teks semata,
karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Perlu dilihat bagaimana sesuatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu
pengetahuan kenapa teks bisa seperti itu Eriyanto,2001:222. Teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa
yang mandiri. Akan tetapi teks dibentuk dalam suatu praktek diskursus. Van Dijk tidak hanya membongkar teks semata, tapi ia melihat bagaimana struktur sosial,
dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tersebut.
Wacana oleh van Dijk dibentuk oleh 3 dimensi: teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
I.5.3. Radio
Radio siaran mendapat julukan ‘kekuasan kelima’ atau The fifth estate, setelah pers dianggap sebagai ‘kekuasaan keempat’ dan tiga lembaga lainnya
Universitas Sumatera Utara
adalah eksekutif, legislative, dan yudikatif. Ada 3 faktor yang mendukung mengapa radio dijuluki kekuasaan kelima , yaitu :
a. Radio siaran bersifat langsung Makna langsung sebagai sifat radio siaran ialah bahwa suatu pesan yang
akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit. b. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan
Bagi radio tidak ada jarak dan waktu; begitu suatu pesan diucapkan oleh seorang penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh
khalayak. Bagi radio tidak apa pula jarak ruang, bagaimanapun jauhnya sasaran yang dituju, radio dapat mencapainya.
c. Radio siaran memiliki daya tarik terdapat 3 unsur yang menjadi daya tarik radio siaran, yaitu :
- kata-kata lisan spoken words - musik music
- efek suara sound effect Dengan dihiasi musik dan didukung efek suara, seperti suara binatang,
hujan atau badai, mobil atau pesawat, dan lain-lain, suatu acara yang disajikan radio menjadi hidup.
Berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, pribadi, aktif dan selektif, itu harus dipergunakan :
- kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - kata-kata yang tidak melanggar kesopanan
- kata-kata yang mengesankan - penggulangan kata-kata yang penting
- susunan kalimat yang logis , Onong,1983:93
Universitas Sumatera Utara
Radio sebagai salah satu lembaga penyiaran di Indonesia merupakan media komunikasi massa yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial,
budaya, politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,pendidikan, hiburan, serta
kontrol sosial dan perekat sosial. Perlu ada aturan juga yang mengatur dan mengawasi lembaga penyiaran yang ada, sehingga Undang-undang No.32 Tahun
32 mengatur Hal-hal penyiaran yang ada di Indonesia. Dalam Undang-undang No.32 Tahun 2002 terdiri dari 64 Pasal. Secara umumnya, dalam UU Tentang
Penyiaran ini mengatakan bahwa siaran yang dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukan pendapat, sikap dan perilaku khalayak , maka penyelenggara penyiaran wajib bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral , tata susilah
budaya, kepribadian dan kesatuan bangsa.
I.5.4. Talkshow
Berbagai tayangan talkshow menghibur dan informatif belakangan ini telah menjadi tayangan atau program andalan media elektronik. Kehadirannya
selalu ditunggu oleh pemirsa atau khalayak. Berbagai bentuk tayangan dimunculkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pemirsa radio,
yang haus akan acaraprogram yang informatif, namun juga menghibur. Salah satu diantaranya tayangan yang informatif dan menghibur adalah talkshow. Saat ini,
komposisi program talkshow termasuk yang terbesar. Talkshow dikategorikan menjadi dua, yaitu yang sifatnya ringan dan
menghibur dan yang sifatnya formal dan serius. Namun secara umum, talkshow adalah program atau acara yang mengulas suatu permasalahan melalui
Universitas Sumatera Utara
perbincangan, diskusi, wawancara dan interaksi dengan narasumber dan atau pemirsa, yang dipandu oleh moderator, tanpa kehadiran aktor yang memerankan
karakter tertentu. Talkshow yang sifatnya formal dan serius umumnya termasuk dalam
kategori berita, sementara talkshow yang sifatnya ringan dan menghibur termasuk dalam kategori informasi. Untuk kategori yang kedua ini, talkshow biasanya
disampaikan dalam suasana yang santai dan penuh keakraban dengan mengundang satu atau lebih narasumber untuk membahas topik yang sedang
hangat. Topik-topik yang sifatnya ringan dan mudah dicerna oleh pemirsa. Suasana santai dan ringan itu juga tercermin dari kepiawaian sang tuan rumah
acara host alias moderator menghidupkan suasana dengan komentar-komentar atau ulah jahil yang memancing tawa.
I.5.5. Erotika Media Massa
Pendidikan seks memang penting buat remaja pada saat ini, tapi bagaimana jika pendidikan seks itu ditawarkan lewat media massa. Seharusnya,
media massa pun dapat lebih berhati-hati dalam hal ini, jangan sembarangan mengatakan bahwa suatu acara atau suatu program bertujuan untuk mendidik
bahkan untuk mengajak kepada khalayak untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, dan ternyata dari cara penyampaian dan bahasa yang
dipergunakan tidak mencermikan hal tersebut. Pertunjukan bicara talkshow televisi dan radio tentang seksualitas yang
menjurus porno itu dilarang dan sebagai pekerja media haruslah berhati-hati. Disadari atau tidak, erotika adalah gairah saksual yang dibangkitkan dengan
stimulus internal maupun eksternal. Sedangkan erotika melalui melalui media
Universitas Sumatera Utara
massa adalah stimulus eksternal, dan stimulus eksternal ini yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini, media
elektronik seperti radio dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pada para pendengar program siaran ORGASME tersebut.
Media massa dipandang sebagai media yang cukup kuat memberi pengaruh terhadap perkembangan seks seseorang. Entah itu merupakan pengaruh
yang buruk atau pengaruh yang baik pada diri seseorang tersebut. Efek media itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Apabila erotila di sebarluaskan melalui media massa, maka erotika it akan membentuk efek media terhadap pembaca atau pendengarnya. Maksudnya
erotika ini akan menjadi stimulus. Dan stimulus ini akan menciptakan respons bagi individu pembaca atau pendengar yang distimulus oleh media massa itu
Bungin,2001:55-56.
I.6. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai
Nawawi,1995:40. Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana dengan memakai model analisis Teun A Van Dijk.
Dalam analisisnya. Teun A Van Dijk memusatkan perhatiannya pada beberapa hal, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Yang peneliti ingin
bahas hanya pada batas teks saja. Dimana teks terdiri dari beberapa struktur yang masing-masing bagian saling mendukung, dan dibagi ke dalm 3 tingkatan yaitu
pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang dapat
Universitas Sumatera Utara
diamati dari topiktema yang diangkat oleh suatu teks. Kedua, superstruktur merupakan kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan
kesimpulan. Dan ketiga, struktur mikro merupakan makna local dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
I.7. OPERASIONAL KONSEP