Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Malaria

2.3.3. Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Malaria

Berdasarkan Pedoman pemberantasan dan penanggulangan malaria yang dikeluarkan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, meliputi kegiatan pemberantasan dan penanggulangan yang terdiri dari Depkes RI, 1999: 1. Penemuan kasus Salah satu cara untuk memutuskan rantai penularan penyakit malaria adalah dengan cara menemukan penderita sedini mungkin yaitu: a. Secara aktif Active Case Detection Penemuan penderita malaria secara aktif merupakan suatu metode yang cukup efektif dalam menekan tingginya angka malaria terutama pada daerah-daerah endemis malaria. Pelaksana kegiatan adalah Juru Malaria Desa yang terlatih yang bertanggung jawab terhadap petugas malaria puskesmas Wasor Malaria. Dengan terbentuknya juru malaria desa harus diikuti oleh terbentuknya Pos Obat Desa POD yang menjamin kesinambungan Ketersediaan Obat Malaria OAM. Petugas juru malaria desa akan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah guna menemukan penderita malaria klinis, mengambil sediaan darah dan memberikan pengobatan jika positif malaria. b. Secara Pasif Passive Case Detection Penemuan penderita malaria secara pasif dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan, baik di puskesmas maupun di rumah sakit dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sediaan darah penderita. Adanya poliklinik khusus Universitas Sumatera Utara tentang malaria juga sangat bermanfaat dalam penemuan penderita malaria secara mikroskopis. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria klinis yang berkunjung ke sarana pelayanan. 2. Survei Malaria Malariometric Survey Kegiatan ini dilakukan di luar Jawa dan Bali, bentuk pelaksanaannya yaitu: a. Malariometrik Surevi Dasar MSD dengan tujuan mengukur tingkat endemisitas dan pevalensi malaria di daerah survei. b. Survei Malariometrik Evaluasi SME dengan tujuan mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor dan konfirmasi KLB khususnya pada penyemprotan rumah di daerah di luar Jawa dan Bali Depkes RI, 2003. 3. Pengobatan Penderita Setelah penderita ditemukan maka dilakukan proses pengobatan dengan berbagai cara kepada tersangka maupun yang sudah terbukti sebagai penderita malaria. Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi angka kesakitan, menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah komplikasi dan relaps dan mengurangi kerugian ekonomis akibat sakit, juga mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari penderita kepada orang sehat melalui vektor nyamuk Anopheles sp. Harijanto, P., 2000. Adapun pengobatan terdiri dari 3 macam yaitu: a. Pengobatan Klinis Universitas Sumatera Utara Pengobatan diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan tersebut. b. Pengobatan Radikal Pengobatan ini diberikan di daerah dan selama ini bersifat sentralistik yang bisa dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah kabupaten dan provinsi. Karena itu, kebijakan pelaksanaan pemberantasan malaria diselenggarakan secara spesifik di daerah berdasarkan desentralisasi dengan melibatkan masyarakat dan menjalin kemitraan bersama donor agensi. c. Pengobatan Pencegahan Profilaksis Pengobatan ini terdiri dari 3 macam yaitu: 1. Profilaksis perorangan terhadap ibu hamil, pendatang baru dan lain-lain. 2. Profilaksis kelompok sementara terhadap pekerja musiman, ABRI, Pramuka. 3. Profilaksis kelompok menetap transmigrasi. 4. Pemberantasan Vektor a. Dasar Pertimbangan Pemberantasan vektor dilaksanakan berdasarkan pertimbangan; rational, effective, efficient, suistanable dan acceptable yang sering disingkat dengan REESA Depkes RI, 1999. Universitas Sumatera Utara b. Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan dalam pemberantasan vektor sesuai dengan ketentuan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI adalah: 1. Penyemprotan rumah di daerah endemis 2. Larvaciding 3. Biological control 4. Pengelolaan lingkungan 5. Pemolesan kelambu dengan insektisida 6. Tindakan Pencegahan yang terdiri dari : a. Pencegahan Berbasis Masyarakat i. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat antara lain dengan memperhatikan kebersihan lingkungan, menghilangkan tempat- tempat perindukan nyamuk Anopheles sp. sebagai vektor secara permanen dari lingkungan pemukiman. ii. Sebelum dilakukan penyemprotan dilakukan telaah yang teliti terhadap bionomik dari nyamuk Anopheles sp. di daerah tersebut, hal ini perlu dilakukan agar penyemprotan memberikan hasil yang diharapkan Chin, J., 2000. b. Tindakan Pencegahan Perorangan Menghindari gigitan nyamuk dengan cara tidak berpergian antara senja dan malam hari. Jika harus berpergian kenakan celana panjang dan baju lengan panjang dengan warna terang. Gunakan obat nyamuk Universitas Sumatera Utara oles repellent. Tinggal dalam rumah dengan ventilasi yang memakai kawat kasa, tidur memakai kelambu terutama pada malam hari akan mengurangi resiko terkena malaria secara bermakna Daulay, D., 2006. Penggunaan obat anti nyamuk semprot atau obat anti nyamuk bakar juga mencegah tertular malaria. Tindakan pencegahan ini dianjurkan kepada ibu hamil dan ibu bersalin yang memiliki resiko berat bagi janin dan proses persalinannya.

2.4. Kerangka Konsep