Dalam implementasi program deteksi dini Puskesmas Tanjung Morawa membutuhkan koordinasi yang baik dan kerja sama lintas sektor agar program
deteksi dini tersebut dapat berhasil. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Puskesmas Tanjung Morawa telah melakukan koordinasi, baik dalam lintas
program, lintas sektor, dan juga dalam masyarakat itu sendiri, seperti program IMS, BKKBN, YKI, perusahaan asing dan swasta, Kader posyandu, dan juga
PKK. Dalam kegiatan atau event-event tertentu seperti perayaan hari kartini, pemasangan KB oleh BKKBN Puskesmas Tanjung Morawa selalu diikutsertakan
untuk melakukan IVA dan perusahaan-perusahaan swata mengajak Puskesmas Tanjung Morawa untuk melakukan pemeriksaan di perusahaan mereka.
Rapat koordinasi di puskesmas dilaksanakan sebagai persiapan kegiatan program deteksi dini kanker leher rahim. Melibatkan lintas program dan lintas
sektor antara lain Camat, Ketua PKK, Pimipinan puskesmas, Kepala Desa, Pembina Desa, Kapolsek, Kader Kesehatan, bidan, lintas sektor dan lintas
program lainnya KEMENKES RI, 2013. Puskesmas Tanjung Morawa pertiga bulan melakukan rapat koordinasi untuk melakukan monitor dan evaluasi
mengenai pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim.
5.8 Deteksi Dini
Deteksi dini adalah kegiatan untuk mengungkapkan akan adanya kemungkinan mengidap penyakit kanker serviks dengan menggunakan metode
IVA ,yaitu dengan memeriksakan lehar rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka 3-5KEMENKES RI, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan IVA dilaksanakan setiap hari rabu di Puskesmas Tanjung Morawa. Pemeriksaan IVA ini dilakukan selama 5 tahun sekali, sebelum dan
sesudah pemeriksaan IVA harus di berikan konseling, berisikan tentang manfaat dan keuntungan melakukan pemeriksaan IVA, Hasil yang didapat setelah
melakukan IVA, tindakan selanjutnya jika ditemukan hasil nya, dan kapan harus melakukan kunjungan ulang.
Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA negatif, harus menjalani penapisan minimal 5 tahun sekali.Mereka yang mempunyai hasil IVA positif dan
mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian KEMENKES RI 2013. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pasien
yang telah melakukan IVA 5 lima tahun lalu telah melakukan kunjungan ulang dan juga terdapat pasien yang tidak melakukan kunjungan ulang dengan alasan
pasien tersebut tidak mempunyai keluhan setelah pemeriksaan IVA yang lalu. Dalam menghadapi pasien yang tidak melakukan kunjungan ulang salah satu
informan yang menjadi petugas IVA menyatakan Belum kan tugas kita kan banyak, ya kalau dia ingat sebaiknya ya harus seperti
itu lah ,,, tapii kayaknya belum sampai sejauh itu lah ,, cuman anjuran kami berikan.
Udah kan sekali lima tahun programnya, kami kan mulai programny dimulai tahun 2006 eh 2007 bulan 7 berarti udah mulai jalan 7 tahun kami ini. Ada yang
gag kunjungan dan ad yang kunjungan ulang.
Ya pokoknya kalau setingkat cryo itu pasti sembuh Berdasarkan wawancara di atas, Puskesmas Tanjung Morawa hanya
memberikan anjuran untuk melakukan kunjungan ulang dan menyatakan kalau setelah pemeriksaan IVA negatif akan seterusnya negatif dan juga yang sudah
dilakukan cryotheraphy sudah pasti sembuh dan tidak terkena kanker serviks. Dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan pasien yang tidak melakukan
Universitas Sumatera Utara
kunjungan ulang yaitu pasien tersebut tidak memiliki keluhan setelah melakukan pemeriksaan IVA pertama dan juga dikarenakan puskesmas tanjung morawa
memiliki program yang banyak sehingga yang tidak melakukan kunjungan ulang 5 lima tahun sekali tersebut tidak menjadi perhatian puskesmas.
Menurut KEMENKES RI, 2013 , dalam melaksanakan program tersebut, sistem yang digunakan merupakan SVA Single Visit Approach yaituPendekatan
Kunjungan Tunggal atau dengan istilah “Dilihat dan Diobatisee and treat” untuk pencegahan kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA yang dilanjutkan
dengan pengobatan krioterapi. Dengan kata lain, apabila seorang klien yang dinilai IVA + akan mendapatkan tawaran pilihan pengobatan dengan krioterapi
atau rujukan untuk pelayanan lain, pada hari yang sama saat dia menjalani penapisan tersebut.Pendekatan ini bertujuan untuk menghindari kunjungan
berulangdari ibuklien dan mengurangi kemungkinan ketidak hadiran kembali pada kunjungan berikutnya. Namun dalam prakteknya prakteknya kebanyakan
tidak memakai sistem ini karena setiap kasus berbeda-beda yaitu, pasien diberi obat dulu setelah pemeriksaan IVA pasien meminta izin dari suaminya dahulu
sebelum melakukan krioterapi atau menunggu kesiapan pasien dalam melakukan krioterapi, karena sebelum melakukan krioterapi diperlukan informed consent oleh
pasien.
5.9 Pengobatan